Woojin POV- Aku tidak tahu dimana aku lahir karena ibu dan ayahku juga tidak tahu dimana aku lahir. Katanya, ibu menemukan bayiku di jalan dan langsung memungutnya karena kasihan. Ia menemukanku pada tanggal 2 November 1999 ketika aku berusia sekitar 4-6 bulan. Hingga sekarang, ibu menetapkan 2 November menjadi hari ulang tahunku. Kenapa orang tua kandungku tega sekali membuangku seperti itu? Aku kadang sempat berpikir apakah aku ini hasil dari hubungan gelap seseorang? Aku bahkan berpikir sampai sana. Tapi teori itu tidak kupikirkan lagi ketika ibu bercerita soal kalung perak ini.
"2 November 1999? Ketika ibumu menemukan bayimu?" tanya Jihoon.
Woojin membalas dengan anggukan, "Ya, 2 November."
"Baiklah, lanjutkan."
Kalung perak bertuliskan 'Park Woo Jin' ini ia temukan bersama bayiku sehingga ibu tidak mengubah-ubah namaku. Itu berarti aku sudah memiliki nama sebelumnya, Park Woojin. Itu juga mengartikan bahwa mungkin aku pernah punya keluarga sebelumnya. Apakah anggota keluargaku tewas dalam suatu peristiwa lalu hanya aku yang selamat? Atau mereka memang sengaja membuangku? Aku tidak tahu persis dan aku juga berpikir sampai sana. Tapi sebenarnya aku tidak begitu memperdulikannya toh, aku sudah punya keluarga yang sekarang.
Ibu dan ayahku yang sekarang ini adalah salah satu penduduk miskin di Kota Seoul yang tinggal di pinggir kota. Kehidupan keluargaku juga tidak harmonis. Semakin lama justru semakin hancur. Tiada hari yang kulewati tanpa kekerasan. Ayah adalah seorang pengangguran kentara yang suka mabuk-mabukan dan bermain judi. Kadang ia bisa marah-marah tidak jelas terhadap ibu. Tapi ibu berhasil merawatku dari bayi sampai tumbuh besar sekarang ini. Di usiaku yang ke-8 tahun dulu, ibu melahirkan anak pertamanya dan ia beri nama Kim Yerim. Ia adalah anak pertama tetapi karna ada seorang anak adopsi yang lebih tua darinya, ia harus berperan sebagai adik. Yerim lahir di tahun 2007 dimana kehidupan keluarga kami masih bisa terkendali dan tidak separah sekarang.
Insomnia yang ku derita ini juga bawaan sejak lahir. Ketika masih SD, aku selalu memanfaatkan tengah malam untuk belajar karena di siang hari aku harus membantu ibu bekerja agar kami bisa hidup. Aku juga diberi sebuah penglihatan yang lebih. Aku bisa melihat berbagai macam makhluk yang tak bisa dilihat orang lain. Kadang jika aku bosan, aku akan mengobrol dengan mereka, menanyakan bagaimana ia bisa meninggal atau mungkin ia meminta bantuanku untuk mencari siapa pembunuhnya. Bermacam-macam dan itu tidak semengerikan yang orang-orang kira.
Menjadi seorang penduduk miskin di Korea Selatan nasibnya sebelas dua belas dengan menjadi seorang blasteran. Kalau tidak dibully ya menjadi pesuruh. Tapi aku sudah terbiasa oleh hal-hal seperti itu sejak Taman Kanak-kanak. Menjadi pesuruh dan korban bully merupakan asupanku di sekolah tiap hari. Bukan masalah. Asal aku bisa mengerjakan tugasku dengan benar dan mendapat nilai yang memuaskan. Itu akan menjadi kesenangan tersendiri bagiku.
Ketika masuk SMP, aku mulai mencari pekerjaan agar bisa membantu menghidupi ibu dan Yerim. Untuk ayah sih tidak perlu, aku justru selalu mendoakannya tiap malam. Berdoa agar tuhan segera memanggilnya, aku pasti akan sangat bersyukur.
Aku pun bekerja menjadi tukang bersih-bersih pasar yang hanya dibayar beberapa won di kelas 7 SMP. Tapi lumayan untuk memenuhi kebutuhanku sendiri jadi tidak usah menyusahkan ibu. Itu sudah menjadi rutinitasku tiap pulang sekolah. Pagi-pagi sekali aku akan berangkat ke sekolah naik bus dan pulang sekitar jam 2 siang. Setelah itu langsung menuju pasar untuk bantu bersih-bersih. Kemudian di sore hari aku akan pergi ke sebuah lapangan indoor untuk berlatih Kick Boxing. Setidaknya aku harus menguasai satu ilmu beladiri agar bisa melawan si tukang bully.
Aku berlatih bersama sahabat dekatku, Bae Jinyoung. Ia adalah anak dari panti asuhan yang terletak di sekitar permukimanku. Kami memiliki banyak persamaan. Kami sama-sama orang tidak mampu, sama-sama tidak memiliki orang tua kandung, sama-sama berlatih Kick Boxing, sama-sama anak yang cukup cerdas, hanya saja ia jauh lebih tampan. Banyak gadis-gadis kota yang naksir dengannya. Kini aku masih berhubungan baik dengannya. Aku dan Jinyoung juga tertarik dengan dance mulai dari popping sampai b-boy. Kami pernah berkali-kali ikut audisi tetapi selalu gagal. Haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallerbos Terror
FanfictionMenderita insomnia dan harus bermalam di kastil tua, anak-anak dibawah umur ini justru terancam pembunuhan! Dapatkah mereka melarikan diri dari kastil yang terletak di tengah-tengah hutan Hallerbos ini?