Tuan Han sudah mengantar Samuel ke dalam kastil. Sudah melewati koridor-koridor tetapi baru sadar jika David tidak ada disana bersama mereka. Tapi tak lama, David pun datang dengan langkah paniknya.
"Kenapa? Ada apa? Kau darimana saja?" tanya Samuel.
'Ada anak panah di depan kastil!'
Samuel mengerutkan dahinya. "Hah? Apa?" walaupun cukup menguasai bahasa isyarat tetapi masih ada beberapa yang ia belum hafal apalagi untuk memahami gerakan-gerakan bahasa isyarat yang sulit.
'Anak panah! Ada anak panah!' David mencoba memperjelas gerakannya. Kedua anak ini sudah seperti bermain tebak gaya saja.
"Apa sih? Sudah deh, ayo, kita harus temui nyonya Han."
"Bapak akan antar sampai sini saja. Kalian bisa temui nyonya Han di dapur. Dapurnya terletak bagian paling pojok koridor ini. Sudah ya, bapak harus jaga diluar." ujar tuan Han yang kemudian meninggalkan mereka.
Samuel dan David pun segera masuk ke dapur yang sudah ditunjukkan oleh tuan Han. Bahkan pintu dapurnya itu begitu tinggi dan besar. Samuel membukanya pelan sekali. Kemudian sesosok wanita paruh baya yang kemungkinan besar adalah istri dari tuan Han itu terlihat sedang memasak didalam.
"Eh? Kalian sudah datang? Kenapa hanya berdua? Dimana yang lain?" tanya nyonya Han.
"Mereka akan sampai di Belgia pagi ini." jawab Samuel.
"Oh kalau begitu, mari nyonya antar ke kamar kalian. Kamar kalian ada di lantai 3. Ayo ikut nyonya."
Nyonya Han pun mengantar kedua anak ini menuju kamarnya yang terletak di lantai 3. Sebelum sampai ke lantai 3, mereka bisa melihat-lihat bagian di lantai 2 lebih dulu. Ada ruang tengah yang sangat besar dan ada dapur lagi disana. Sementara semua kamar pasti ada di lantai 3.
Kamar mereka berdua berada di paling pojok koridor dan tidak begitu besar. Ada dua ranjang berukuran medium disana. Ada lemari dan cermin juga. Fasilitasnya benar-benar sudah disiapkan penuh dengan niat.
"Yeahh!! What a beautiful vacation!!" seru Samuel.
Sementara David hanya masuk begitu saja dan langsung memilih kasurnya. Ia langsung meletakkan tas dan merebahkan dirinya di kasur. Sementara Samuel masih berdiri di depan pintu bersama nyonya Han.
"Apa disini tidak ada sinyal ponsel?" tanya Samuel yang menggerakkan ponselnya ke segala arah.
"Sinyalnya kadang tidak menentu. Kastil ini juga lokasinya jauh dari permukiman. Jika kalian berteriak minta tolong darisini mustahil sekali ada orang yang dengar. Jadi kalian harus jaga diri kalian baik-baik, ya. Kalau butuh bantuan bisa temui nyonya di dapur. Hampir setiap saat nyonya ada disana."
"Yah, padahal mau ku post di Instagram dan kuperlihatkan ke teman-teman sekelas." ujar Samuel memanyunkan bibirnya. Kemudian nyonya Han pergi dari kamar.
. . .
Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, kloter kedua baru saja sampai di hutan. Mereka masih berkeliling kesana-kesini dan berusaha untuk menemukan kastil yang letaknya saja mereka tidak tahu. Mereka hanya berjalan mengikuti jalan setapak yang kadang memiliki perempatan dan pertigaan yang berliku seperti labirin.
"Ah.. ada sesuatu disana! Jangan pergi ke arah sana!" perintah Jihoon yang segera berlari untuk memeluk pohon terdekat.
"Hei, ada apa sih? Kau ini kenapa?" karna bingung, Woojin pun menghampiri Jihoon yang kini sudah terduduk ketakutan dibawah pohon.
"Aku bisa mendengar suara para prajurit kerajaan yang sedang berperang disana! Suara baju zirahnya dan pedangnya begitu nyaring!"
"Kau bisa melihatnya? Ya, memang ada beberapa hantu disana." kata Woojin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallerbos Terror
FanfictionMenderita insomnia dan harus bermalam di kastil tua, anak-anak dibawah umur ini justru terancam pembunuhan! Dapatkah mereka melarikan diri dari kastil yang terletak di tengah-tengah hutan Hallerbos ini?