Mata Minhyun dan Jihoon bertemu. Jihoon dibuat terkejut. Bagaimana ini? Bagaimana nasibnya sedetik setelah ini?
"Park Jihoon!"
'Gawat!'
Jihoon langsung meninggalkan lokasi dan berlari menuruni bukit yang tanahnya sangat tidak rata. Ya, tentu ia meninggalkan Woojin yang entah sudah sadar atau masih pingsan karena mungkin belum terlalu kebal dengan obat tidur yang dituang paksa ke mulutnya oleh Tuan Hwang tentunya.
Setelah menuruni kaki bukit, ia masuk ke dalam hutan tanpa penerangan apa pun, hanya diterangi oleh cahaya bulan yang tertutup dedaunan. Sementara jauh di belakang, Tuan Hwang nekat mengejarnya. Siapa yang tidak kesal objek pencuriannya kabur begitu saja, "Sialan! Baiklah, aku bukan penculik yang handal! Tapi kenapa aku harus berhadapan dengan korban penculikan yang sudah berpengalaman selama 18 tahun!"
Semakin malam cuaca semakin mendung, hujan gerimis mulai turun. Jihoon terus berlari tak peduli seberapa lelahnya yang penting ia bisa sampai ke kastil dan menemui Samuel atau David atau siapapun yang bisa menolongnya. Di dalam hutan yang sangat gelap tanpa membawa apa-apa di tangannya, ia berhasil menghindari macam-macam jebakan yang tersebar luas di tengah hutan. Bahkan kulitnya tak tergores satu pun anak panah yang datangnya tidak diketahui karena saking gelapnya. Ia tak menerima luka satu goresan pun. Itu adalah hal yang sangat sangat beruntung atau mungkin bisa disebut keajaiban.
Kini hujan sudah turun lumayan deras, pakaian yang ia kenakan sudah agak basah. Kastil yang berdiri megah sudah ada sekitar 100 meter di hadapannya. Ia hanya tinggal berlari sebentar untuk mencapai halaman kastil yang luas. Baru halamannya, masih ada sekitar 50 meter lagi untuk menuju pintu utama yang terlihat cukup besar dari jauh. Sementara jauh di belakang masih ada Tuan Hwang yang rela basah-basahan karena tidak mau kehilangan objek istimewanya.
BRAK!- "Ah!" teriaknya begitu tak sengaja menabrak tubuh seseorang. Ia hampir terjatuh tetapi lelaki berwajah barat yang membawa senter dan melindungi kepalanya dengan tudung jaketnya itu segera menolongnya. Siapa lagi kalau bukan Samuel.
"Oh my god! You scared me!" ia sendiri juga dibuat terkejut karena Jihoon tak sengaja menabraknya secara tiba-tiba.
"Ayo! Cepat kembali ke kastil!" tanpa berpikir lama, Jihoon langsung menarik tangan Samuel dan segera membawanya lari ke halaman kastil.
"Kenapa? Ada apa, hyung?" tanya Samuel bingung.
"Tuan Hwang sedang mengejarku, kita harus cepat! Ayo, masuk ke kastil!!"
"Tuan Hwang? L-lalu, apa Woojin hyung bersamamu?"
"Ya, ia masih disana. Tetapi demi keselamatan kita sekarang bisakah kau diam dan percepat langkahmu!?"
Memasuki halaman kastil yang cukup luas, ada David yang sedang menunggu di teras. Jihoon juga langsung menyuruhnya masuk ke dalam kastil. Ia tutup pintunya rapat-rapat. Tidak bisa menguncinya karena sejak awal datang kesini mereka tidak pernah memegang kunci pintu utama kastil. Jihoon mencoba mengatur nafasnya yang tak karuan dibalik pintu dan menghapus keringat yang bercampur air hujan di wajahnya dengan tangannya. Kemudian ia terduduk di lantai karena kelelahan.
"Apa yang terjadi, hyung?" tanya Samuel.
"E-entahlah. Ketika sedang mengobrol bersama Woojin dan David di koridor, semuanya menjadi gelap secara tiba-tiba. K-kemudian aku terbangun di sebuah tempat. A-ada Tuan Hwang disana. Aku pikir aku dan Woojin diculik olehnya."
"Hei, aku bingung. Tuan Hwang?"
"Iya, ia yang merancang rencana pembunuhan ini! Satu-satunya orang yang masuk akal jika ia mengincar anak pewaris untuk dibunuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallerbos Terror
FanfictionMenderita insomnia dan harus bermalam di kastil tua, anak-anak dibawah umur ini justru terancam pembunuhan! Dapatkah mereka melarikan diri dari kastil yang terletak di tengah-tengah hutan Hallerbos ini?