"Seongwoo-ya? Kau sedang apa?" tanya Minhyun yang baru saja keluar dari kamar mandinya.
"Oh? Maaf." Seongwoo pun segera menutup tas Minhyun. Minhyunnya sendiri sepertinya tak peduli oleh apa yang sudah dilihat Seongwoo di tasnya.
"Setelah ini aku harus pergi lagi. Jaga dirimu baik-baik."
Persetan, kenapa ia selalu pergi? Seongwoo bahkan menghabiskan waktu lebih banyak di apartemen daripada si pemilik apartemennya sendiri.
"Baiklah, hati-hati. Aku harap polisi bisa segera masuk ke hutan."
Minhyun mengangguk dan segera mengambil tas ranselnya. Setelah mengenakan sepatunya, ia pun menghilang begitu saja dari luar kamar.
Minhyun segera keluar dari gedung 40 lantai itu. Ia pun turun menuju ke tempat parkir bawah tanah untuk menjemput mobil sedannya. Seongwoo yang sedari tadi ternyata diam-diam mengikuti Minhyun selalu diberi tanda tanya besar di setiap langkahnya. Begitu mobil yang dikendarai Minhyun berlalu, Seongwoo langsung mengejarnya dengan salah satu taksi yang berkumpul di depan apartemen.
Sekitar 2 kilometer kearah barat dari apartemen, terdapat sebuah bukit kecil yang tidak begitu tinggi. Untuk menuju kesana, mungkin masih harus menempuh sekitar 400 meter melewati jalan setapak yang di kiri kanannya hanya sebuah hamparan lahan luas yang kosong. Sebentar, apa orang-orang Belgia membangun kantor polisi di tempat seperti ini? Serius?
Minhyun menghentikan mobilnya di tengah jalan. Seongwoo bisa melihatnya dengan jelas karena hanya mobil Minhyun yang melaju di jalan tersebut. Selanjutnya, Minhyun melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Ia menempuh perjalanan menanjak menuju bukit yang sangat curam dan tidak rata. Kemudian ia menghilang dibalik sebuah gua.
Seongwoo yang tak mau kehilangan jejak pun segera turun dari taksinya dan menyusul Minhyun. Ia masuk ke dalam gua misterius yang ada di lereng bukit. Seongwoo sudah tidak bisa melihat tubuh Minhyun lagi disana. Sialnya, Seongwoo juga tidak membawa penerangan. Gua itu sangat gelap, sinar matahari tidak bisa masuk dengan maksimal. Karena sedari tadi ia belum menemukan tikungan, ia terus menelusuri gua yang entah dimana ujungnya.
Setelah berjalan kurang lebih 100 meter, akhirnya Seongwoo melihat ujung dari gua tersebut. Ia pun segera menuju ujung gua tersebut. Sinar matahari kembali memberinya penerangan. Ia berhenti di halaman belakang sebuah gubuk kayu. Rumah siapa? Apa Minhyun datang kesini? Seongwoo masih dibuat bingung. Kemudian ia mengendap-endap mendekati gubuk tersebut. Ia mengintip lewat salah satu jendela. Benar, ia menemukan temannya disana. Ia lihat Minhyun sedang menulis sesuatu di meja.
Seongwoo memandanginya terus tanpa ketahuan. Sepertinya ini adalah tempat yang familiar bagi Seongwoo. Lingkungannya, begitu juga rumahnya. Tapi sebenarnya dimana ini? Seongwoo pun mencoba melihat ke halaman samping. Ia dibuat terkejut karena hutan Hallerbos ada tepat di depan matanya. Bunga-bunga bluebell yang masih kuncup itu menghampar luas. Pemandangan itu terlihat sangat indah karena Seongwoo melihatnya dari atas. Ya, posisinya kini ada di lereng bukit yang curam. Sekitar 5 meter dari tanah terendah.
"Minhyun-ah, kau sudah gila." batinnya.
. . .
"David-ah! Aku minta maaf sekali, ah, bagaimana ini. Aku kan sudah bilang kalau aku akan memukul sungguhan." ujar Woojin yang sangat merasa bersalah sambil menghapus darah David yang keluar dari hidungnya karena tak sengaja terpukul oleh Woojin sendiri ketika latihan.
"You have to be careful, bro." ujar Samuel yang sedari tadi memeluk David dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak David.
"Sudah berapa kali hal buruk terjadi padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallerbos Terror
FanfictionMenderita insomnia dan harus bermalam di kastil tua, anak-anak dibawah umur ini justru terancam pembunuhan! Dapatkah mereka melarikan diri dari kastil yang terletak di tengah-tengah hutan Hallerbos ini?