Jam sudah menunjukkan tepat pukul tengah malam. Kini sudah memasuki hari kelima mereka tinggal di kastil sialan ini. Baru lima hari mereka tinggal disini dan baru lima hari mereka saling kenal satu sama lain tetapi interaksinya sudah seperti saudara yang sangat dekat. Begitulah, jika situasi sudah darurat kita pasti akan saling membantu walaupun kita tidak saling mengenal dekat.
Dini hari ini, keempat anak berkumpul di sebuah ruangan yang luas. Mereka duduk sejajar dengan diterangi lilin-lilin yang begitu banyak di tiap sisi ruangan tetapi gelapnya masih terasa. Mereka duduk di lantai dengan tenang bersama pedang-pedang panjang yang sudah tergeletak di hadapan mereka. Mereka sedang menunggu. Ya, menunggu kehadiran si guru anggar, Gahyun.
"Apa dia sudah datang?" tanya Woojin yang menyenggol lengan Jihoon.
"Belum."
"Sekarang sudah belum?"
"Belum."
"Kalau sekarang?"
"Hentikan." Jihoon langsung memukul paha Woojin pelan.
"Kenapa merinding, ya? Benarkah hantunya akan kesini?" ujar Samuel yang matanya tidak bisa berhenti melirik ke tiap sudut ruangan.
"Shut.. dia datang." ujar Jihoon.
Woojin langsung menyorotkan pandangannya ke pintu utama yang dibiarkan terbuka lebar-lebar. Masih tidak ada siapa-siapa. Tak lama, seorang gadis yang sudah tidak asing di matanya itu menampakkan diri. Ia berjalan perlahan dan duduk di hadapan keempat anak.
"Apa ia sudah disini?" bisik Samuel.
"Ya." balas Jihoon.
"Dia cantik." tambah Woojin.
"Cantik kepalamu."
Kemudian yang terdengar adalah hening. Gahyun meletakkan salah satu pedang floret. Satu-satunya orang yang bisa mengamati geraknya adalah Woojin.
"Siapa yang pernah melakukan anggar sebelumnya?" tanya Gahyun.
"Hm, David? Iya, kan?" jawab Jihoon ragu-ragu.
"Iya. David-ah, bukankah kau pernah belajar anggar selama setahun?" tanya Woojin dan hanya dibalas oleh anggukan si penjawab.
"Kalau begitu David bisa membantu kalian sedikit-sedikit. Malam ini aku akan memberitahu kalian dasar-dasar bermain anggar. Satu hal terpentingnya adalah 'Jangan pernah takut melawan. Jika kau takut melawan maka kau akan terus dilawan.'"
Jarum jam terus berputar, suara pedang yang nyaring menggema sepanjang malam di ruangan ini. Ini adalah pelatihan dasar paling tidak nyaman karena penerangan yang sangat minim.
. . .
Keesokannya, di siang hari yang sangat cerah, Woojin dan David sedang bersama-sama menggenggam pedangnya masing-masing di halaman belakang. Mereka berdua terlihat sedang berlatih bersama. Sementara Jihoon dan Samuel entah pergi kemana.
Sedari tadi pertandingan sengit dari dua anak ini hanya memunculkan suara-suara nyaring pedang yang saling bertabrakan. Sesekali pedang Woojin terlepas jatuh karena lawan mainnya sudah berpengalaman selama setahun.
"Apa kau juga berlatih kick boxing?" tanya Woojin disela-sela permainannya setelah berhasil menangkis pedang David dengan pedangnya. Mata mereka bertemu.
David langsung menarik kembali pedangnya, kemudian ia duduk di tanah yang beralaskan rumput tipis. Ia meletakkan pedang floretnya disampingnya. Kemudian Woojin mengikuti geraknya.
"Iya, kan?" tanyanya lagi.
David mengangguk. Kemudian ia mengambil pena dan buku catatan dari sakunya tanda masih ada kalimat yang ingin ia ucapkan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallerbos Terror
FanfictionMenderita insomnia dan harus bermalam di kastil tua, anak-anak dibawah umur ini justru terancam pembunuhan! Dapatkah mereka melarikan diri dari kastil yang terletak di tengah-tengah hutan Hallerbos ini?