12. Campfire

2.4K 423 46
                                    

Samuel terduduk di depan monitor yang sangat banyak. Ya, seperti inilah ruang kendali. Matanya berpindah-pindah dari monitor satu ke yang lain. Ia awasi tiap ruangan di kastil ini. Sambil terus mengawasi, tiba-tiba matanya terfokus pada seorang pria yang duduk memojok di koridor buntu. Satu anak panah menembus telinganya dan ia berusaha melepaskan anak panah sialan itu. Lelaki itu seperti? David?

Samuel segera meninggalkan ruangan dan mencari keberadaan David. Langkahnya sangat tergesa-gesa dan penuh kepanikan. Ia pun segera menghampiri David yang masih terduduk di pojok koridor dengan darah yang terus mengalir mengotori lengannya, "Hyung, bagaimana ini bisa terjadi!?"

. . .

"Woah, 1865? Ternyata dulu kau berbakat juga dalam menggambar." ujar Jihoon.

"Serius? Inikah hasil karya seorang Park Woojin di masa lalu? Haha." balas Woojin tertawa.

"Ayo, kita harus segera keatas. Para blasteran itu pasti akan senang jika kita bawa banyak makanan."

Kedua anak ini pun membawa semua bahan makanan dan segera meninggalkan tempat yang gelap dan lembab ini. Mereka pun kembali keatas dengan langkah yang bahagia karena berhasil menemukan makanan. Mereka segera masuk ke kastil untuk segera memamerkan pendapatannya pada Samuel dan David. Begitu melihat Samuel dan David di ruang tengah, Woojin dan Jihoon langsung menghampiri mereka.

"Samuel-ah!! Lihat apa yang kubawa!" seru Jihoon.

Seruannya diabaikan oleh Samuel. Samuel kembali fokus pada pekerjaannya. Ia sedang sibuk membalut perban putih pada telinga David yang terluka.

"Oh? David?" Woojin segera meletakkan kantong makanannya di meja dan melihat apa yang terjadi pada David, "Ada apa?" tanyanya.

Samuel menunjuk sebuah anak panah yang setengah bagiannya sudah penuh dengan darah. Ia kembali sibuk dengan pekerjaan.

"Tergores panah lagi?" tanya Jihoon.

"Lebih tepatnya tertusuk." jawab Samuel.

"Serius? Apa itu tidak sakit? Ah, jangan tunjukkan lukanya padaku. Itu pasti mengerikan." ujar Jihoon yang wajahnya sangat panik.

"Sangat, sangat mengerikan."

"Alat bantu dengarnya rusak?" tanya Woojin sambil mengambil alat bantu dengar yang sudah retak itu.

"Ya, jatuh ketika panah itu menembus telinganya." jawab Samuel yang sedang membereskan kotak medisnya, "Ah, David hyung, kau selalu mencemaskanku. Kumohon jangan lakukan hal-hal aneh yang dapat mencelakai dirimu."

David hanya terdiam tak bisa mendengar suara Samuel. Hanya bisa melihat gerak bibirnya yang sangat cepat dan susah dimengerti. Karena tidak tahu Samuel berkata apa, David malah memberikan sebuah kertas putih yang sudah ia lipat. Samuel pun membukanya perlahan diikuti Woojin dan Jihoon yang ikut mengintip karena penasaran.

Jadi kalian sudah tahu keberadaanku? Kalian hendak melawanku, kan? Baiklah. Ayo kita bermain. Kita lihat siapa yang akan mati lebih dulu.

"What the hell is this!?" umpatnya.

'Aku melihat seorang pria berpakaian hitam. Mirip dengan yang ada di CCTV. Ia pergi dan lompat keluar jendela lalu aku menemukan kertas yang terselip di jendela.'

"Sumpah, ini gila. Aku bahkan belum siap apapun. Aku baru berlatih anggar dalam sehari!" kesalnya sambil melempar kertas itu kasar.

Keadaan menjadi hening beberapa menit. Mereka semua terdiam di ruang tengah sebelum akhirnya Jihoon berhasil memecah keheningan itu, "Nanti malam kita bisa makan, kan? Aku dan Woojin sudah membawakan bahan makanan yang cukup." tanyanya.

Hallerbos TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang