"Nanti kamu mau di jemput mami atau naik taksi aja?" Tanya wanita yang tengah berkutat pada ponsel pintarnya. Sesekali terdengar suara decakan dari bibir wanita itu.
Sementara seorang gadis yang duduk di sebelahnya tengah memandang ke luar jendela. Tangannya menyangga dagu sebelum melirik sebentar ke arah Maminya.
"Gimana Mami aja nanti. Biasanya kalau nanya kayak gini juga belum tentu kan Mami bisa jemput aku," ucapnya setengah malas.
Maminya justru tertawa pelan melihat putri kecilnya menyindir dirinya. Ia mengelus kepala putrinya lembut, memberikan kehangatan di tengah dingin kulit putrinya.
"Jadi, Mami suka ingkar janji ya? Maaf ya, sayang." Ucap Maminya dengan raut penuh penyesalan.
Melihat Maminya seperti itu membuat gadis ini merasa bersalah telah berbicara seperti tadi. Ia tahu Maminya memang kadang suka mengingkari janji, tetapi itu pun karena Maminya bekerja. Untuk dirinya. Untuk masa depannya.
Gadis dengan rambut bergelombang itu akhirnya tersenyum lembut, lalu menghamburkan dirinya ke pelukan Maminya yang di balas hangat oleh Maminya.
"Udah ah, malu di lihat mang Dadang tuh. Udah gede masih ada suka ngambekan sih." Ucapnya melepas pelukan mereka. Wanita itu merapikan rambut putrinya yang sedikit berantakan dengan penuh kasih sayang.
"Nanti di sekolah jangan nakal ya."
"Aku bukan anak kecil lagi, Mami."
Maminya terkekeh pelan.
Pagi itu, adalah pagi yang mungkin akan menjadi sangat berbeda bagi gadis ini. Dia harus menghadapi segala sesuatu baru dalam hidupnya. Meninggalkan kampung halamannya, teman-temannya, rumahnya, kekasihnya. Pagi itu di temani hujan yang turun tidak terlalu deras seorang gadis akan mengukir cerita di tempat yang baru.
Mobil berdecit, membuat anak dan ibu ini sedikit terdorong ke depan.
"Anu ... Bu, ada motor tadi lewat. Saya kaget, soalnya gak kasih sein." Sang supir menjelaskan tanpa diminta.
Wanita itu mengangguk mengerti. Sementara si gadis justru menatap motor yang tidak memberikan sein tadi. Motor putih dengan seorang cowok yang mengendarainya itu memasuki gerbang sekolahan.
"Udah sampai, kamu gak mau turun?"
Si gadis mengerjap, memalingkan wajahnya bersamaan dengan cowok yang membawa motor itu juga menghilang.
"Iya, assalamu'alaikum, Mami."
"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya. Cari teman yang baik-baik, jangan nakal, turuti semua peraturan. Ok?"
"Siap, Bu mandan." Ucapnya sambil mengangkat tangan, hormat.
Gadis itu segera turun dari mobil. Rintik hujan langsung saja menyambutnya ketika kakinya menapak di tanah itu.
"Nilara,"
Mendengar namanya dipanggil, gadis itu menoleh.
"Iya, Mami?"
"Jaket kamu ketinggalan."
Nilara segera mengambil jaket dari tangan Maminya lalu berlari memasuki sekolah barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Sammy! (New Version)
Teen Fiction[PRIVATE! Follow sebelum baca] Jatuh cinta dengan sahabat sendiri, itu sudah biasa sebenarnya. Karena tidak ada persahabatan diantara dua anak manusia yang berbeda jenis. Mungkin jika ada hanya satu banding seratus. Yang satu mencintai, yang satu ti...