22 •Pelarian

400 14 113
                                    

Mendung tidak selalu tentang hujan.
Seperti dekat belum tentu akan jadian.

Hello Sammy

🎵5SOS- She looks so perfect🎵

"Menurut lo ada yang berubah nggak sih sama Alena?" Dinda nyesap minumannya dengan sangat perlahan. Menikmati bagaimana aliran itu terasa di lidahnya dan mulai menghangatkan tubuhnya.

Tata segera berbalik setelah berhasil menggoda Yasa—bantender tampan yang ia kenal. "Nggak kok, dia masih sama. Manusia."

Dinda memutar bola matanya, merasa sia-sia mengajak Tata bicara.

"Tapi ya, Din gue yakin kalau sebentar lagi dia bakal bikin sekolah heboh lagi. Padahal kan gue males harus liat tampang melas cowok-cowok yang diputusin Alena gitu aja. Kasian, masih muda dia."

Dinda berdecih, tak bisa menahan tawanya juga mendengar ucapan Tata dan wajahnya yang polos menjurus bodoh.

"Tapi gue bukan permasalahin itu sih, Ta. Gue yakin ada yang dia tutupin dari kita."

"Menurut lo begitu?" Dinda mengangguk yakin. "Menurut gue enggak."

Sial. Memang bicara dengan Tata hanya akan membuatnya menahan kesal dan Dinda tidak mau masa mudanya terserang darah tinggi karena mempunyai sahabat seperti ini.

Kemudian hanya menyaksikan pertunjukan di depan. Seorang cowok bernyanyi di bawah lampu yang menyorot ke arahnya.

"Itu, kayaknya gue kenal?" Dinda menoleh dan mendapati Tata yang sudah memerah wajahnya.

"Dion kan ya? Kakel yang waktu itu ngejar-ngejar Alena dan hampir aja.."

Dinda segera mengangguk membenarkan. "Kok bisa sih dia di sini, bukannya udah di penjara ya?"

"Jangan-jangan dia kabur?"

"Atau, bebas?"

Keduanya saling bertatapan. Dinda lebih dulu memalingkan wajahnya ketika musik sudah berganti menjadi lebih keras dan menghentak.

"Din, kayaknya kita harus pulang." Suara Tata yang kecil tak mampu terdengar oleh Dinda. "Gue pusing nih, aduh muter, muter, muter." Dirinya bermonolog sambil menegak minumannya lagi.

Dinda meraih ponsel, hendak menghubungi Alena dan memilih menjauh terlebih dahulu karena ia yakin percuma bicara di tempat sebising ini.

Satu yang Dinda lupa bahwa Tata sangat payah dalam hal minum. Meski baru gelas pertama, dia bisa tidak sadarkan diri semalaman.

~•~

Gadis itu memakai topi dan kacamata hitam di dalam ruangan yang cukup ramai malam ini. Ia memilih duduk di meja pojok dekat mini panggung yang sedang menampilkan live music.

Alena menutupi sebagian wajahnya dengan buku menu, seorang waiters mendatangi tempatnya dan menanyakan apa yang ingin di pesannya.

"Espresso satu."

"Ada lagi?"

Alena menggeleng cepat, membetulkan kaca matanya yang sempat melorot. Ia sempat melihat si pelayan cowok itu memperhatikannya. Alena hanya mendengus saja, ingin menegur tapi takut jika dirinya malah ketahuan. Kan bahaya.

Hello Sammy! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang