24 •Let me

478 21 120
                                    

Aku mengagumimu seperti indahnya pelangi.
Menginginkamu seperti derasnya hujan di sore hari.
Hingga aku lupa, jika indahnya pelangi tidak bertahan lama. Dan sederas-derasnya hujan akan reda.

Hello Sammy

"Itu lututnya kenapa?"

Alena menunduk menatap lututnya yang lecet dan berdarah. Ia meringis, baru menyadari ada luka di sana. Pantas saja sejak tadi ada rasa perih-perihnya.

"Nggak tau, lupa."

"Masa luka di badan sendiri lupa?" Sammy tiba-tiba saja meninggalkannya masuk ke dalam mini market.

Alena memilih melanjutkan makan pop mie-nya yang masih mengepulkan asap dan harum yang menggoda. Dua jam berputar mencari kado—entah untuk siapa—nyatanya tak terasa, tahu-tahu langit sudah berubah jingga.

Seorang karyawan minimarket tengah menyirami tanaman, tidak ada yang aneh sebenarnya hanya saja dari matanya yang sesekali melirik ke arah dimana Alena berada membuat Alena berdecak melihatnya. Ia segera merubah posisi duduknya menghadap ke arah lain, kemana saja agar tidak melihat tatapan menyebalkan dari cowok dengan baju biru khas karyawan itu.

Sammy berjalan menghampirinya, tangan cowok itu menenteng kantong plastik kecil dan meletakkannya di meja.

"Pake." Serunya begitu saja.

Sontak saja Alena mengurungkan niat yang hendak menyuap mie-nya.

"Apanya yang pake?"

"Luka lo, pakein betadine terus tutup plester." Dagunya mengarahkan ke kantong plastik yang tadi di bawa. Alena segera memeriksanya dan mendapati betadine, kapas juga plester di sana.

Meringis ngeri, Alena membayangkan lukanya yang akan di oles betadine. Pasti sakit. Ia menggeleng dan mendorong ke arah Sammy.

"Kenapa?"

"Nggak mau, perih." Jawab Alena menyesap jus jambu nya.

"Lutut lo luka terus mau lo diemin aja?" Sammy menatapnya penuh perhitungan. Alena mencebik.

"Iya, iya tapi plesternya aja. Nggak mau pake betadine. Perih."

"Mana bisa? tadi kita naik motor, udah pasti kena debu dan itu harus di bersihin dulu."

"Pake air."

"Abis itu pake betadine." Telak. Alena tidak bisa membantah lagi.

Sammy membuka kemasan air mineral dan menyerahkan pada Alena. Setengah hati, Alena menerimanya. Ia mengambil kapas untuk dibasahi lalu membersihkan lukanya.

"Bukan gitu caranya." Sammy menggeser duduknya, mengambil alih air yang di pegang Alena. Dengan perlahan ia menyiram luka tersebut.

Alena dibuat terpaku atas tindakan Sammy yang satu ini. Ia hanya menatap Sammy yang tengah membersihkan lututnya. Dengan sangat telaten cowok itu mengoleskan betadine. Alena meringis pelan tapi anehnya rasa perih itu tak terlalu terasa. Yang ia takutkan sekarang bukan lagi luka di lututnya yang bersentuhan dengan betadine tapi jantungnya yang bekerja tidak seperti biasa.

Jika boleh jujur, Alena sebenarnya bingung dengan Sammy hari ini. Ah, lebih tepatnya sejak pelajaran olahraga selesai. Cowok itu beberapa kali tertangkap sedang menatapnya dengan tatapan yang Alena sendiri tidak tahu apa maksudnya. Lebih banyak diam juga belum ada senyum yang Alena lihat sejak dua jam mereka pergi bersama.

Dan sekarang? saat Alena sendiri tidak sadar lututnya terluka cowok itu lebih dulu melihatnya. Mengobatinya pula.

Ini aneh. Benar-benar aneh.

Hello Sammy! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang