8 •Ketakutan pertama

615 38 115
                                    

~•~

Beberapa pasang mata memperhatikan seorang cowok yang tengah memegang setangkai bunga mawar merah yang berada di balik punggung. Cowok berpenampilan rapi namun bajunya terlihat menguning itu berdiri dengan kakinya yang bergetar sedari tadi.

"A... ak... aku..."

Alena berdiri dengan sangat sabar sejak lima menit yang lalu, namun cowok itu hanya baru mengeluarkan satu kata--itupun dengan sangat gugup.

Cowok itu menarik napas panjang sambil memejamkan matanya, dia berkata lantang. "Dawas suka Alena. Alena mau nggak jadi pacar Dawas?" Di ucapkan oleh cowok berambut klimis dengan satu tarikan napas. Terdengar berani, namun juga terlihat mengenaskan. Karena mereka semua tahu apa yang akan terjadi.

Setangkai mawar yang disodorkan Dawas menggantung di udara dalam beberapa jeda.

Beberapa dari mereka menunggu dengan awas. Antara takut terjadi sesuatu yang akan mempermalukan cowok itu, atau yang lebih parah, Alena mengamuk karena semua orang juga tahu jika gadis itu sangat membenci mawar.

Hhh, Dawas yang malang.

Pada mata yang terus menyorot penasaran, disatu sisi, Alena justru termanggu. Menatap mawar di hadapannya lalu cowok klimis pemberani--atau lebih cocok disebut, nekat.

Tubuhnya mulai bergetar, namun kata-kata Sammy membuatnya mehan diri untuk tetap di situ.

Hargai orang lain.

Terdiri dari tiga kata yang terus menerus terngiang di telinganya. Hah, kenapa ucapan Sammy tidak mau hilang juga.

Kata pertama yang diucapkannya ketika mereka keluar dari ruangan kepala sekolah. Dan yang paling parahnya lagi, saat ini Sammy berdiri di belakangnya. Alena tahu cowok itu sedang mengawasi dirinya walau tidak mengucapkan apapun.

Alena dan mawar adalah dua hal yang sangat bermusuhan.

Dan menurutnya, cowok bernama Dawas--yang Alena lihat di seragam sebelah kirinya--tengah menantang Alena, mengibarkan bendera perang padanya.

Seharusnya mudah saja bagi Alena untuk membuang mawar itu lalu menginjaknya hingga hancur, juga menghancurkan hati Dawas dalam sekejap, namun berdirinya Sammy di belakangnya membuat Alena merasa di awasi.

Alena menarik napasnya lalu dengan tangan yang di upayakan tidak bergetar ia mengambil mawar tersebut. Membuat seulas senyum terbit dari Dawas, namun sayang senyum itu hanya bertahan dalam detik ketiga, karena detik berikutnya mawar tersebut sudah jatuh di bawah kaki gadis pujaannya sejak kelas sepuluh.

Dawas menatap nanar mawar yang tergeletak begitu saja, ia memberanikan diri mengangkat kepala dan menatap Alena. Gadis itu terdiam kaku--dama seperti sebelumnya--dengan badan bergetar hebat sebelum lari menjauh membelah keramaian.

Dawas rasa hatinya sudah tak berbentuk lagi saat itu juga.

~•~

Alena berlari sambil menangis, dia terus berlari tanpa peduli tatapan heran yang dilayangkan orang padanya. Berbagai macam pertanyaan hinggap dalam diri mereka melihat gadis nomor satu di sekolah itu menangis.

Kenapa Alena menangis?

Apa seorang pematah hati juga bisa menangis?

Hello Sammy! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang