18 •Kesempatan

376 20 109
                                    

Jalan di depan itu masih panjang. Ikuti kata hati, taklukan dia, jangan sampai waktumu terbuang sia-sia.

—Hello Sammy—

Saat keheningan melumat dua sejoli yang tengah menikmati dinginnya angin malam juga bisingnya suara kendaraan, satu diantara mereka tengah berperang dengan dirinya sendiri. Diam, namun seperti menusuk tepat ke ulu hati.

"Lo ngapain sih nungguin gue?" Tanya si cowok sedikit berteriak karena berlomba dengan hembusan angin yang menyapa telinga.

"Pengen aja, kenapa nggak suka?" Si gadis yang duduk di belakangnya memajukan wajah agar suaranya terdengar.

"Bukan begitu,"

Alena belum menarik wajahnya ketika dia pikir Sammy akan melanjutkan ucapannya. Namun sampai detik kelima cowok itu tetap bungkam.

"Gue bosen sendirian." Ucapnya yang kemudian mendaratkan dagu pada bahu Sammy.

Belum cukup Sammy terkejut dengan sikap Alena yang pertama, tiba-tiba saja dua tangan melingkari perutnya. Diserang rasa gugup, Sammy sempat tak fokus pada perjalanan kali ini. Matanya tidak bisa lepas dari tangan yang memeluknya erat, membuat perutnya sedikit bergejolak. Bukan ingin muntah, tapi Sammy tak tau apa.

"Awas kucing!" Seruan yang berasal dari gadis di belakangnya membuat Sammy mengerem mendadak.

"Kucingnya nggak papa kan?" Sammy menggeleng dengan wajah pias. Beruntung, gadis itu tidak melihat wajahnya yang sekarang ini. "Jangan ngelamun. Baru gue peluk segitu aja udah gugup, gimana kalau—"

"Alena, lo laper nggak?" potong Sammy cepat.

Alena mengangguk antusias. Sejujurnya, gembel-gembel dalam perutnya ini memang sudah meminta jatah sejak tadi. "Emangnya lo mau bawa gue makan dimana?"

"Tempat spesial."

Ditempatnya, Alena menahan senyum. Gadis itu sempat membenarkan helm yang kebesaran dan menutupi matanya sebelum kembali melingkarkan tangan memeluk cowok yang malam ini semakin manis karena kegugupannya.

"Ayo jalan." Seru Alena saat Sammy tak juga menjalankan motornya.

"Lepasin dulu tangan lo."

Alena melirik tangannya dari samping kemudian beralih ke wajah Sammy yang sebagian tertutup helm. "Nggak mau," tolaknya.

Sammy sontak berdecak. "Nggak usah pegangan juga, kan gue bawa motornya nggak kenceng amat."

"Tapi gue kedinginan." Bantah Alena lagi, gadis itu justru mengeratkan pelukannya yang mana membuat Sammy semakin dibuat serba salah.

"Terserah lo." Sammy kembali menjalankan motornya membelah jalanan yang lebih kecil saat memasuki arena perumahan. Di jam segini bukannya sepi justru tambah ramai dengan adanya tukang dagang yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan. 

"Ini yang kata lo tempat spesial?" Sammy mengangguk.

Alena memperhatikan jajaran gerobak sepanjang jalan. Harum berbagai macam makanan langsung saja menjaga indera penciumannya. Alena sempat terlena saat harum sate ayam yang sedang di bakar membuat perutnya keroncongan.

Hello Sammy! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang