4 •Kiss me

1.1K 62 185
                                    

>> Play mulmed <<

Alunan musik yang menghentak bukan tipenya sama sekali. Sammy berdecak entah untuk ke berapa kalinya. Ia ingin cepat keluar dari tempat yang membuatnya muak.

Bukan bermaksud mengecilkan orang lain. Tetapi, memang apa manfaatnya berada di tempat ini? Ada yang bilang untuk mencari ketenangan, tetapi dimana letak ketenangan itu. Karena yang Sammy tahu disini justru sangat berisik, berbicara saja harus teriak-teriak.

"Ayolah bro, kita turun. Kali aja lo dapet gandengan baru dari sini, lumayan buat hiburan." Ini adalah kesekian kalinya Aksel memaksa Sammy untuk turun ke dance floor yang di penuhi lautan manusia itu. Dan kesekian kali juga Sammy menolaknya.

"Gue nggak butuh gandengan baru. Udah lo sana, gue tunggu sini aja."

Aksel berdecak. "Ah, nggak asik lo, Sam." Kembali menuju lautan manusia yang berpadu tanpa peduli dengan siapa mereka menari.

Ternyata hidup remaja bisa sekacau ini.

Sammy hanya menaikkan bahu. Ia menyesap jus orange pesanannya. Ketika yang lain lebih memilih wine, Red wine, atau apalah itu namanya Sammy tidak tahu--ia justru memilih jus, berjaga-jaga agar dirinya tidak pulang dalam keadaan mabuk dan membuat heboh Bundanya.

"Mampus, Sam. Ini si babeh nanyain gue lagi dimana lagi." Ucap Lindu yang duduk di sebelahnya. "Allahuakbar, pake nelpon lagi." Ia langsung kelabakan bahkan ponselnya sampai terlempar dari genggaman. Untung saja Sammy tanggap sehingga tidak sampai tercebur ke gelas minumnya.

"Ya angkat lah, jangan heboh gitu lo kayak cewek baru dapet." Sayangnya, ucapan Sammy barusan justru mendapat jitakan keras dari Lindu.

"Yang ada gue ketauan dodol." Lindu bergerak gelisah lalu memilih keluar sendirian. Sementara Sammy berdecak kesal melirik Aksel yang sepertinya tidak akan berhenti sebelum pagi.

Merasa tidak ada gunanya juga disini, Sammy memilih beranjak. Tidak peduli lagi bagaimana nanti Aksel pulang, lagi pula cowok itu pasti tidak akan pulang.

Saat melewati meja bar, tiga orang gadis berpapasan dengannya. Sammy hanya melirik sekilas, mendengus. Bahkan baju yang mereka pakai lebih cocok untuk anak umur lima tahun. Terlalu minim.

"Gue sih udah nggak kaget ya, tuh cowok matanya sampai mau keluar liat penampilan lo yang begini, Len." Ujar gadis berbaju merah menyala.

"Wah, iya. Alena tuh ibaratkan ikan yang ditunggu-tunggu kucing garong." Sahut yang satunya sambil tertawa.

"Udah nggak aneh lah, cowok itu kan otaknya ya cuma di dada sama selangkangan."

Kontan ucapan itu terdengar oleh Sammy. Ia lebih memilih segera pergi dari tempat tersebut.

Lalu kenapa kalau cowok otaknya di dada dan selangkangan?

Satu yang tidak di sadari Sammy, bahwa ia mengenal satu dari ketiga gadis itu.

"Sam, gue balik duluan." Lindu berteriak dari atas motornya lalu segera berlalu ditelan gelapnya malam.

***

Ini adalah gelas ke-lima, namun sepertinya Alena belum ingin berhenti. Kepalanya terasa pusing, sehingga membuatnya tidak mampu mengangkat gelas yang berada di tangannya.

Hello Sammy! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang