12 •Peka

462 21 70
                                    

Tak apa bila tak berbicara, asal dalam hati sudah ada rasa.

-Hello Sammy-

Jika boleh jujur, dari awal mengenal Sammy sudah membuatnya tertarik. Cowok itu mempunyai satu hal yang membuatnya teringat dengan seseorang yang kini perlahan menghilang dari kehidupannya.

"Gue Alena, lo bilang tadi pacar Sammy? Oh, tentu. Kita baru aja jadian tadi, iya kan, Sam?" Alena melirik Sammy yang hanya diam menatapnya.

Mungkin cowok ini kaget, atau apa, Alena tidak tahu. Yang ia tahu saat ini adalah mengukir senyuman semanis mungkin di depan gadis yang memperkenalkan namanya sebagai Nilara. Nama yang agak aneh, mirip nama ikan. Begitu pikirnya.

Nilara tersenyum simpul, ia menanggapi, "kalau begitu selamat. Semoga langgeng ya." Dia berkedip sekali pada Alena. "By the way, Sammy itu romantis loh, dia jago main gitar, suaranya juga bagus."

Alena baru tahu yang satu ini. Dia melirik Sammy dan memberikan tatapan menuntut. Lo harus nyanyi buat gue nanti. Harus!

"Yaudah, karena kayaknya kalian butuh waktu berdua, gue pergi aja ya. Sori ganggu."

"It's okay."

Alena menatap kedua pasangan itu sampai benar-benar hilang dari balik unit disebelahnya. Tunggu, berarti mereka bertetangga begitu? Wah, Jakarta memang sesempit itu ternyata.

"Jangan buat gosip." Suara peringatan itu membuat Alena tersadar bahwa cowok yang tadi sedang dibicarakannya tadi masih berdiri di sampingnya. Gadis itu hanya memberikan cengirannya.

"Jangan buat gosip." Katanya meniru cara Sammy berbicara. "Tapi lo malah diem aja tadi." Alena mengeratkan jaketnya. "Ah, lo pasti seneng kan di gosipin sama gue?" Ia mengibaskan rambutnya sombong.

Sammy hanya menaikkan sebelah alisnya. Ia meletakkan punggung tangannya pada kening Alena membuat gadis itu tersentak. "Ish, apaan sih?"

"Pantes, panasnya sama." Ucap Sammy setelah melegalkan punggung tangannya juga pada bokongnya.

Alena mencak-mencak sembari berbalik membuka pintu unitnya. Lebih baik ia segera masuk dan merebahkan tubuhnya pada ranjang yang empuk dari pada berhadapan dengan cowok tanpa pemanis buatan namun berpotensi membuatnya diabetes walau mulutnya tidak semanis wajahnya.

"Jangan lupa cuci jaketnya!" Ucap Sammy sebelum Alena menutup pintunya.

"Bawel!" Ia mendengus, detik berikutnya memberikan senyuman lebar dan melemparkan ciuman jauhnya pada Sammy. "Jangan lupa mimpiin gue ya, pacar."

Sudah. Alena segera menutup pintu unitnya tanpa melihat bagaimana ekspresi cowok itu lagi. Ia bersandar di balik pintu sembari tersenyum lebar.

"Nggak akan gue cuci, mending gue simpan." Gadis itu menyeringai lebar sembari melangkah dengan riang ke kamarnya.

~•~

Menjadi sorotan para cowok saat dirinya melintas di koridor sudah menjadi makanan sehari-hari Alena. Resiko jadi cewek cantik ya gitu... Pesonanya menebar kemana-mana.

Namun memberikan senyuman secara cuma-cuma bagi Alena sangat merugikan. Jelas, senyumannya terlalu mahal untuk ditebar pada para makhluk berjakun itu. Apalagi yang menatap penampilannya tak berkedip, seakan-akan siap menerkam Alena yang sudah seperti daging segar bagi buaya-buaya itu.

Hello Sammy! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang