25 •Tidak lebih dari bayangan

461 19 40
                                    

Hadirmu masih selalu dinanti untuk mereka yang mencintai. Sementara aku hanya bisa meratap disini, ditemani sepi.

Hello Sammy

Tidak ada balasan maupun penolakan atas tindakannya kali ini. Sammy terlalu pasif atau mungkin terkejut? kemungkinan kedua lebih masuk akal untuk Alena.

Ia menarik diri masih dengan mata terpejam. Menunggu detik yang terus berjalan ketika tidak ada satu pun kata yang keluar dari Sammy hingga akhirnya Alena membuka mata perlahan. Yang membuatnya tak percaya adalah ketika mata mereka bertemu. Tidak ada senyum lagi di bibir cowok itu, hanya tatapan sulit di artikan yang Alena terima.

"Sam," Alena memberanikan diri memecah keheningan—karena memang ia lah penyebab semua itu—meskipun susah payah hanya menyebut namanya.

"Seharusnya lo jawab pertanyaan gue." Dikatakan oleh Sammy dengan tatapannya yang semakin membuat Alena gugup setengah mati.

Setelah mengucapkan kalimatnya, Alena pikir Sammy akan marah atau menuntut jawaban tapi ternyata salah. Cowok itu justru bangkit dan berjalan untuk memutar menghampirinya. Alena hanya memperhatikan setiap langkah yang diambil Sammy hingga kini berada tepat di depannya.

Yang tidak Alena kira adalah, ketika Sammy membungkukkan sedikit tubuhnya hingga wajah mereka terlihat satu garis lurus. Memerangkap dengan kedua tangan masing-masing memegang meja di belakang punggung Alena. Mencondongkan wajah dan berbisik tepat di telinga dengan suara rendah.

"Lo tau apa yang lo lakuin barusan?"

Kali ini menelan salivanya saja Alena merasa sulit. Milik Sammy adalah ketenangan yang mampu menghilangkan semua keberanian yang tadi Alena punya.

"Sadar kalau gue ini laki-laki?" tanyanya lagi masih belum mengambil jarak.

Punggung Alena sudah membentur meja, tangannya kini menahan dada cowok itu. Dan sekali lagi, Alena dibuat terkejut karena sampai sekarang ini Sammy masih bertelanjang dada.

Good Alena! sekarang kayaknya otak lo sama setengahnya kayak Tata.

Cari mati!

Sammy menarik wajahnya, tapi itu tidak membuat Alena bisa bernapas lega karena posisi mereka justru lebih membahayakan.

Bahaya untuk jantung Alena yang kini siap keluar dari tempatnya jika saja pada menit ke depan Sammy tak juga ambil jarak.

"Gue bisa aja jadi brengsek dan ngelakuin hal-hal yang nggak sepatutnya terjadi sekarang," Sammy menggendikan kepala. "Kita cuma berdua di sini."

Alena bahkan lupa cara berkedip. Dan terlalu tersesat di manik gelap milik Sammy yang saat ini terlihat berbeda dari biasanya.

"Tapi gue masih waras." Napasnya menerpa wajah Alena. Aroma cedar dan patchouli menyapa indera penciumannya. "Dan lo harus bisa ngendaliin diri juga biar gue tetap waras. Atau..."

Alena menunggu kelanjutannya. Namun suara bel yang berbunyi berkali-kali membuat mereka tersentak.

Ia tidak tahu harus bersyukur atau justru mengutuk si penekan bel tidak sabaran itu karena mengganggu nya.

Ketika Sammy menatapnya lagi dengan pandangan bertanya, Alena mengangkat bahunya pelan. Ia mendorong dada Sammy menjauh sebelum berdiri dan hendak membuka pintu, namun tarikan dari Sammy membuatnya limbung dan menabrak tubuh cowok itu.

Astaga ini bahaya! Alena tidak tahu kalau ternyata membangunkan singa tidur itu semenyeramkan ini.

"...atau lo nggak bisa lepas dari gue."

Hello Sammy! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang