10 •Hujan dan sejuta ceritanya

555 37 161
                                    

~•~

SELAMAT MEMBACA

SELAMAT MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hujan selalu memiliki cerita tersembunyi dari tiap-tiap orang yang berada di bumi. Namun tidak demikian dengan gadis yang tengah duduk di depan salah satu minimarket yang berada di sekitaran tempat tinggalnya. Sekotak jus jambu dan satu cup mie menemaninya menikmati hujan.

Alena menghela napas kasar saat melihat hujan yang semakin deras dan sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat melihat langit yang sangat gelap. Memakan mie-nya yang masih mengepul, Alena meringis saat merasakan lidahnya terasa kebas karena air yang masih panas. Ish, bodoh.

Ini semua karena Dinda dan ucapannya itu. Alena masih saja terus kepikiran dan mengakibatkan dirinya uring-uringan sendiri. Bukan hanya tentang -kata terima kasih-pada Sammy, tetapi juga pada Adam. Cowok itu sudah sangat baik sudah mau membantunya dan malah di balas dengan tindakan yang tidak menyenangkan darinya. Sungguh itu membuat Alena menjadi tidak nyaman.

Kenapa pula ia harus merasakan hal ini sih? Kenapa Alena tidak bersikap acuh saja seperti biasanya. Tapi saat ini jangankan bersikap acuh, melupakannya pun Alena tak mampu.

Sial. Alena benci rasa bersalah ini.

Meletakkan mie-nya dengan kasar, nafsu makannya lenyap begitu saja hanya karena pemikiran itu. Alena beralih meraih jus jambu kemasannya dan meminumnya dengan sangat cepat sambil memejamkan mata, berharap perasaan itu dapat hilang.

"Kenapa sih harus mereka berdua." Erangnya sembari mengacak rambut.

"Siapa?"

Suara berat itu mampu membuat Alena mematung sesaat.

"Rambut lo nggak salah apa-apa kok malah diacak-acak." Lalu sebuah sentuhan Alena rasakan di bagian rambutnya yang tadi ia acak karena kesal.

Alena tidak tahu ini baik atau tidak. Cowok itu... sedang ada di sini! Alena tidak mungkin salah mengenali suara itu. Lagi. Ia tentu saja masih mengingatnya.

"Nggak usah pura-pura tidur."

"Siapa yang pura-pura tidur!"

Saat membuka matanya, Alena langsung di suguhkan senyuman tipis yang sering ia dapatkan tiap harinya-dulu.

Berdehem pelan, Alena menyelipkan rambutnya pada telinga. Jangan gugup, jangan gugup. Biasa aja, please.

"Ngapain lo disini? Pulang sana!"

Adam mengangkat alisnya, "hujan, gimana gue mau pulang?"

Hello Sammy! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang