19 •Kebenarannya

348 12 104
                                    

Yang tidak pernah di pahami hati namun otak lebih menguasai adalah, ketika mulut berucap maka itu yang di anggap benar.

-Hello Sammy-

Dalam hidup seorang Nilara, sepi adalah hal yang menenangkan untuknya. Tapi sepi yang kali ini berbeda, seperti ada hal yang hilang tapi Nilara tidak tahu apa. Dia masih mencoba memikirkan banyak hal, bahkan sejak pagi pun fokusnya tidak ditempatnya berada. Raganya mungkin di sekolah namun otaknya tengah berkeliaran kemana-mana.

Dering ponsel menyadarkan lamunannya. Ah ya, sejak pindah sekolah Nilara jadi lebih sering melamun.

"Halo?"

"Masih di sekolah?"

"Iya, kamu juga masih di sekolah kan?"

"Hm."

Kemudian hening. Sebelum-sebelumnya jika hening terjadi antara mereka maka Nilara dengan mudah mengisinya kembali dengan berbagai cerita kesehariannya mulai dari yang penting sampai hal-hal yang sangat tidak penting seperti saat dia melemparkan botol dari arah jauh menuju tong sampah namun malah meleset dan mengenai kepala seseorang.

"Jani, kamu masih di sana?"

Nilara mengerjapkan matanya lalu mengangguk, tahu jika perbuatannya sia-sia dia pun menjawab, "iya, kenapa?"

Bukannya menjawab, Dirga malah melemparkan pertanyaan lain. "Ada apa?"

"Hah? nggak ada apa-apa."

"Oh ya? terus kenapa kamu diem aja?"

"Aku cuma lagi pusing." Nilara merebahkan kepalanya di atas meja. "Abis keliling lapangan tiga puluh putaran, lutut rasanya mau copot." Keluhnya.

Helaan napas terdengar. "Jangan kecapean, aku susah kesananya. Jauh."

Terkadang, Dirga memang tidak sepeka itu menyisakan Nilara menahan denyutan dalam hati.

"Aku bisa kok jaga diri aku sendiri. Kamu belajar aja yang bener, jangan ikut-ikutan kumpul nggak jelas terus."

"Mereka temen basket, Anjani."

Nilara diam.

"Maaf, aku tutup ya teleponnya, masih mau latihan lagi."

"Hm."

Layar gelap yang memantulkan wajahnya hanya Nilara pandang dengan rengutan kecewa.

Ternyata begini rasanya pacaran jarak jauh dengan cowok cool seperti Dirga. Rasanya benar-benar menyiksa.

Dulu, Nilara kira dia akan menjadi gadis paling bahagia saat mendapatkan Dirga yang sangat dingin itu. Sampai-sampai Nilara lupa kalau air yang di dinginkan saja beku apalagi hatinya.

Manusia memang memiliki sejuta sifat yang ada dalam dirinya. Tapi kenapa yang Nilara lihat hanya satu sifat yang dimiliki Dirga? cowok itu terlalu cuek dengannya. Nilara merasa bahwa sikap Dirga padanya sama dengan Dirga pada teman-temannya.

"Apa aku harus jadi api dulu baru kamu bisa mencair?" gumamnya asal. "Tapi kalau aku jadi api, sama aja aku bakar diri sendiri. Kalau aku mati, kamu sama siapa dong? emangnya ada yang mau sama cowok dingin kayak kamu? nggak ada. Cuma aku yang kuat sama cowok kayak kamu."

Hello Sammy! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang