5 - Forget everything, just you and me

1.7K 110 2
                                    

Mobil Kevin lalu memasuki kawasan Dunia Fantasi. Popor kebingungan, untuk apa Kevin membawanya ke sini? Lagipula jam segini tampaknya Dufan sudah tutup, banyak orang terlihat berjalan keluar dari pintu gerbang.

"Kamu tunggu di sini bentar ya," ujar Kevin sambil membuka seat beltnya lalu keluar dari mobil. Cukup lama ia berbicara dengan beberapa orang di pintu masuk, sebelum kembali ke mobil dan membuka pintu di sisi Popor.

"Yok keluar," ujar Kevin santai pada sang calon istri.

"Tapi Vin, bukannya Dufannya udah tutup?" Balas Popor keheranan.

"Udah, ikut aku aja," sahut Kevin sambil menarik tangan Popor, memaksa wanita itu turun. Keduanya lalu berjalan memasuki arena Dufan. Popor mengedarkan pandangan ke sekeliling, hanya ada mereka berdua di sana.

"Kamu mau naik apa?" Tanya Kevin pada Popor yang masih celingukan.

"Hah? Ih kamu aneh banget. Ini orang-orang udah keluar, kita juga harus keluar!" Sahut Popor seraya melemparkan tatapan kebingungan, namun hanya dibalas tawa oleh sang lawan bicara.

"Kita naik itu yuk," ujar Kevin, menunjuk Carousel bernama 'Turangga-rangga' di depan mereka. Popor pun melihat ke arah yang ditunjuk Kevin. Lampu Carousel itu masih menyala, namun mesinnya sudah tidak berputar. Baru saja Popor hendak protes, tangannya sudah ditarik oleh Kevin.

"Ih Vin bentar, jangan cepat-cepat jalannya!" Ujar Popor kesusahan. Heels stilleto yang dipakainya memang menyulitkan pergerakan wanita itu sejak di pantai tadi. Melihat itu, tampa bicara Kevin langsung mengangkat tubuh Popor, menggendongnya ala bridal style.

"Viiin turunin aku!" Perintah Popor sambil memukul-mukul pelan bahu Kevin. Lagi-lagi Kevin hanya tertawa.

"Ga mau! Makin kamu pukulin makin enak nih. Yang kenceng dong," sahut Kevin sambil berjalan menuju Carousel. Popor memanyunkan bibirnya, akhirnya memeluk leher Kevin pasrah. Sang pangeran baru menurunkan tuan putrinya di salah satu kuda Carousel. Sesaat kemudian, mesin menyala dan Carousel mulai berputar.

"Kamu ga naik?" Tanya Popor pada Kevin yang hanya berdiri di sebelahnya.

"Ga ah, kayak anak kecil," jawab Kevin cuek.

"Sini," ujar Popor seraya menggeser posisi duduknya ke belakang, lalu menepuk sisi depannya.

"Di sini masih banyak kuda, kenapa harus sempit-sempitan coba?" Sahut Kevin tertawa, sedikit heran dengan tingkah Popor.

"Biarin. Ayo sini," ujar Popor, tetap pada pendiriannya. Ia pun menarik tangan Kevin.

Kevin hanya bisa mengikuti kemauan tunangannya itu. Begitu Kevin duduk, Popor melingkarkan tangannya di pinggang Kevin, memeluk lelaki itu erat. Tentu awalnya Kevin kaget, kemudian tertawa melihat kelakuan manja Popor. Ia lalu menggenggam tangan sang calon istri di pinggangnya. Mereka bercanda, tertawa bahagia hingga akhirnya Carousel berhenti berputar. Kevin turun terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangannya ke Popor hendak membantunya turun. Dengan senang hati Popor menyambut uluran tangan Kevin. Ia merasa bagaikan tuan putri kerajaan.

"Vin, aku lapar," Popor mengelus perutnya yang rata dengan tangan kirinya yang bebas, karena tangan kanannya masih digandeng Kevin.

"Sama nih. Yuk makan," sahut Kevin sambil mulai berjalan.

"Tapi kita keluar dong?" Ujar Popor, menahan pergerakan Kevin. Ia seakan tidak rela meninggalkan Dufan. Kevin pun tersenyum kecil.

"Mau makan nggak?" Tanya Kevin lagi.

"Mau," jawab Popor pelan, masih tidak ingin pergi.

"Kalau mau makan ayo sini ikut," ujar Kevin, mengulum senyumnya. Popor mengangguk, lalu berjalan mengikuti langkah Kevin.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang