24 - What he doesn't know

1.5K 92 5
                                    

14 Mei 2017
'Vin, gw gatau lu bakal peduli atau nggak, tapi gw rasa lu perlu tau. Popor hamil'

Kevin mendadak mematung tak bisa bernafas, seperti ada petir yang menyambarnya. Hamil. Anaknya dan Popor. Astaga, lelaki macam apa dia!

Bisa-bisanya ia berada di sini saat ini. Bagaimana Popor menghadapi ini sendirian? Bahkan bisa jadi Popor tak menginginkannya. Di pikiran Kevin, ia merasa telah memaksa Popor malam itu, hingga Popor takut dan kecewa padanya. Apakah anaknya masih hidup sekarang? Tentu anaknya sudah lahir.

Mendadak Kevin terbayang bayi yang digendong ibunya tadi. Apakah itu anaknya? Ia lalu menghitung dalam otaknya. Sembilan bulan dari bulan Maret adalah bulan Desember, enam bulan yang lalu.

*Flashback*

17 April 2017

Popor, Yaqiong, dan Jonatan sedang berkumpul di suatu cafe malam itu. Seperti yang biasa mereka lakukan malam-malam sebelumnya selama hampir dua minggu terakhir, ketiganya tengah berkutat dengan laptopnya, mengerjakan tugas akhir masing-masing hingga subuh nanti.

Namun entah mengapa Popor tidak dapat berkonsentrasi hari ini, ia belum beranjak dari data halaman ke dua yang sudah dikerjakannya sejak dua jam yang lalu. Sesekali ia memejamkan matanya, menahan rasa pusing yang semakin lama semakin parah.

"Lo kenapa sih Por?" Tanya Yaqiong yang diam-diam memperhatikan perilaku sahabatnya itu sedari tadi.

"Gue ga kenapa-napa kok," ujar Popor menyunggingkan senyumya pada Yaqiong.

"Lo jangan bohong, itu muka lo pucat banget," Yaqiong menatap Popor khawatir.

"Gue beneran baik-baik aja Qi," ujar Popor lagi, berusaha meyakinkan Yaqiong.

"Gue anter pulang ya," tawar Yaqiong, bersiap membereskan barangnya.

"Ga perlu Qi. Gue tidur bentar deh, nanti juga hilang," kata Popor menahan pergerakan Yaqiong. Ia akhirnya mengalah pada rasa pusingnya, dan meletakkan kepalanya di atas meja dengan beralaskan tangannya.

Sekitar satu jam Popor berusaha mengistirahatkan diri, namun ia tidak bisa tidur. Pening di kepalanya semakin menjadi-jadi, ditambah rasa mual yang kini menyerang. Dengan gelisah Popor mengubah-ubah posisinya. Tiba-tiba ia merasa pundaknya ditepuk.

"Happy birthday Popor!" Teriak Yaqiong, Jonatan dan Marcus kompak. Dahi Popor mengeryit, melihat kehadiran Marcus beserta kue dengan lilin angka 22 di tangannya.

"Lo masih mimpi ya Por? Ini udah jam 12 malem, udah hari ulang tahun lo!" sahut Yaqiong semangat, namun Popor hanya mengangguk-angguk pelan. Ketiganya lalu menyanyikan lagu 'Happy Birthday' untuk Popor, tapi wajah Popor justru terlihat mengkerut.

"Kok gitu mukanya? Ayo Por, make a wish, terus kamu tiup lilinnya," ujar Jonatan menepuk punggung Popor lembut. Popor kembali menggangguk dan menutup mata berdoa.

'Satu aja harapanku, hilangin pusing ini ya Tuhan,' batin Popor, otaknya tidak dapat berpikir. Segera ditiupnya lilin itu, dan diikuti oleh sorakan meriah ketiga penonton.

"Yeeey, selamat ulang tahun ya strong girl!" ujar Yaqiong memeluk sahabatnya itu. Namun sesaat kemudian ia merasakan tubuh Popor merosot. Yaqiong refleks mencengkram pinggang Popor erat, berusaha menopang tubuh sahabatnya itu.

"POPOR!" Pekik Yaqiong histeris. Jonatan dan Marcus yang melihatnya juga ikut kaget.

Dengan panik Marcus meletakkan kue yang dipegangnya. Tanpa banyak ba bi bu lagi, ia menggendong Popor ke dalam mobilnya dibantu Yaqiong, sementara Jonatan membereskan barang-barang dan pembayaran mereka dibantu pelayan cafe itu. Beberapa saat kemudian mereka sudah dalam perjalanan ke rumah sakit terdekat.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang