18 - The Unspoken

1.6K 81 12
                                    

*maafkan part ini rada sengklek 😂😂😂*

"Vin.." panggil Popor lirih, bergelayut manja di tangan kiri Kevin yang nganggur.

"Hm?" Jawab Kevin tanpa memalingkan wajah dari layar laptop.

"Mama benar-bener pengen punya cucu ya?" Tanya Popor menatap wajah Kevin serius. Mendengar itu Kevin sontak menengok ke arah Popor sambil membelalakan mata.

"Kamu mau??" Kevin balik bertanya, menyunggingkan senyum tipis di bibirnya.

"Ih apa sih! Aku mau kita ngobrol serius dulu!" Ujar Popor mencubit lengan suaminya.

"Aw! Apa yang perlu diobrolin sih?" Protes Kevin meletakkan laptop di sampingnya dan menarik tubuh Popor hingga mata mereka sejajar.

"Memang kamu udah siap?" Tanya Popor menatap Kevin dalam.

"Aku sih kapan aja," ujar Kevin tersenyum jahil.

"Aku belum siap Vin.." kata Popor dengan wajah sedikit tertekan, membuat Kevin menghela nafasnya.

"Aku pengen nyelesain kuliah dulu.. Waktunya tinggal 5 bulan, kalau sambil hamil ga akan keburu.. Pasti ga boleh begadang, kecapekan, trus mood ga tentu.. Kalau udah lahir bahkan ngejar lulus tahun depan mungkin ga keburu juga," cerocos Popor panjang lebar. Kevin mengernyitkan dahi, menyadari perbedaan hal yang dimaksudnya dan istrinya.

"Nanti kalau udah lulus, terserah kamu deh mau langsung punya atau nunda lagi. Aku pengennya dua cewek dua cowok," lanjut Popor tersenyum, matanya menerawang ke langit-langit membayangkan wajah bayi cantik di film yang ditontonnya tadi.

"Ceweknya tiga," celetuk Kevin tiba-tiba.

"Haa?" Popor refleks melirik suaminya sambil tertawa, sementara Kevin merangkulkan tangannya di pinggang Popor.

"Por.." panggil Kevin serius.

"Hm?" Jawab Popor menatap Kevin lembut.

"Kamu ngerti kan gimana caranya bisa hamil?" Kata Kevin menarik sang istri mendekat. Mendengar itu Popor langsung meneguk ludahnya.

"Dan belum tentu langsung jadi, tahu," lanjut Kevin menyunggingkan senyum jahilnya dan menyentuh leher Popor, sukses membuat istrinya itu merinding disko.

Perlahan Kevin mendekatkan wajahnya ke leher Popor. Popor mengerjap-ngerjapkan matanya gugup lalu refleks memejamkan matanya erat dan menggeser wajahnya menjauh seperti ingin menghindar.

Melihat itu, Kevin mendengus pelan dan mengurungkan niatnya. Wajahnya beralih mendekati wajah Popor. Dengan lembut ia menciumi bibir wanitanya itu. Beberapa saat kemudian Kevin melepaskan Popor lalu mengambil laptop dan kembali ke posisinya semula dengan wajah datar.

Beberapa menit berlalu dalam diam di antara mereka. Popor masih tertegun, menyentuh bibirnya yang baru merasakan lembutnya bibir Kevin. Sesungguhnya ia merasakan sekujur tubuhnya memanas, entah efek jamu atau ciuman tadi.

"Vin..." panggil Popor lirih, menggigit bibir bawahnya. Namun tidak ada jawaban.

Popor menolehkan wajahnya dan mendapati kepala suaminya tertunduk, bergerak naik turun dengan mata terpejam. Kevin memang sangat kelelahan. Seusai menyetir sendiri Bandung-Jakarta, ia langsung merawat Popor semalaman dan kurang tidur. Hari ini pun ia seharian beraktivitas.

"Yaahh.." ujar Popor kecewa, mengerucutkan bibirnya. Ia lalu mengambil laptop Kevin dan mematikannya serta melepaskan kacamata yang bertengger di hidung suaminya itu. Dengan susah payah ia memindahkan posisi Kevin agar bisa tidur dengan nyaman.

"Hah kamu ngatain aku berat, kamu lebih berat tahu!" Gerutu Popor menatap wajah tidur suaminya itu.

'Kenapa wajah tidurmu ganteng banget sih,' batin Popor sambil mengelus pipi Kevin dengan telunjuknya. Cukup lama menatap wajah Kevin, Popor lalu menarik selimut tebal menutupi keduanya dan ikut merebahkan diri, kepalanya bersandar di dada Kevin.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang