11 - Valentine

1.6K 86 7
                                    

Gimana Chen?" Tanya Kevin sambil menatap teman kecil sekaligus orang kepercayaannya yang sedang berjalan menuju mejanya. Yuchen lalu meletakkan tas hitam yang dibawanya dari hotel ke atas meja.

"Lu kasih tugas ke gua yang normal dikit napa! Masa gua disuruh check out kamar. Mana kamar pengantin baru lagi. Gua jadi kebayang-bayang sama kerjaan lu sama istri lu semalem. Hiii, merinding gua!" Cerocos Yuchen sambil bergidik ngeri.

"Hahaha memang lu ngelihat apaan," ujar Kevin puas menertawai Yuchen.

"Yaa lu bayangin aja, gua masuk kamar berantakan, banyak bunga-bunga bertebaran di lantai. Terus gua masuk kamar mandi, ada baju tidur seksi di lantai. Atau jangan-jangan semalem lu mandi bareng gitu ya?" Goda Yuchen tersenyum nakal pada Kevin. Sementara itu Kevin hanya geleng-geleng kepala mengetahui Popor meninggalkan baju tidur berbahaya itu begitu saja di lantai.

"Ngawur! Eh stop, lu jangan bayangin istri gua! Lu bayangin aja tuh pacar lu si Qingchen," kata Kevin menggoda balik Yuchen.

"Woy udah dibilangin berkali-kali si gila itu bukan pacar gua!" Gerutu Yuchen kesal.

"Gak apa-apa kali Chen, dia cocok sama lu kok. Sama-sama gila," kata Kevin tertawa puas. Hampir-hampir Yuchen melemparinya dengan sepatu jika dia tidak ingat Kevin masih bosnya.

"Eh iya, barangnya cuma ini?" Tanya Kevin mengalihkan pandangan pada tas hitam di atas meja.

"Hmm.. Ada baju nikahan lu tapi langsung gue masukin laundry tadi," Yuchen kembali mengingat-ingat barang yang ditemukannya di hotel.

"Hahaha mantap gua suka inisiatif lu!" Kevin mengacungkan jempolnya pada Yuchen sambil tertawa.

"Sial, gua berasa emak lu! By the way Vin, istri lu parah juga. Masa kartu akses sama dompet ditinggal di kamar gitu aja, handphone juga ditaruh begitu aja di washtafel. Lu semalem buat dia ga tidur ya sampai telat bangun dan seburu-buru itu?" Yuchen kembali menggoda Kevin, namun kali ini Kevin tidak menggubrisnya. Ia tampak khawatir, apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengan istrinya?

'Pantas saja sedari tadi ia tidak mengangkat telepon,' batin Kevin. Ia lalu membuka tas hitam di atas mejanya dan mengambil handphone Popor dari dalamnya. Ia ingin melihat isinya namun ternyata handphone itu dipassword.

"Kemana dia ya..." kata Kevin pelan, samar-samar terlihat garis di dahinya, tanda sedang berpikir keras.

"Oh, iya. Kata orang hotel tadi istri lu minta diantar ke rumah sakit pagi-pagi. Supirnya bilang dia buru-buru banget, sampai minta diturunkan di pinggir jalan karena macet, terus dia lari," cerita Yuchen berusaha mengingat apa yang diceritakan Ade Yusuf sang supir.

"Rumah sakit?" Gumam Kevin heran. Ia kembali teringat obrolannya dengan Marcus siang tadi. Tiba-tiba pintu ruangannya kembali terbuka.

"Chen, gua tungguin dari tadi taunya lu malah ngobrol di sini. Ayo pergi, nanti kesorean!" Marcus melongokkan kepalanya dari pintu mencari Yuchen. Mereka akan menggantikan Kevin menjamu investor dari Korea tadi karena Kevin ingin pulang cepat hari ini. Ia ingin membereskan rumah baru hadiah pernikahan dari ayah dan ibunya. Yuchen pun bangkit dari kursinya dan beranjak menuju pintu.

"Eh Nyo tunggu!" Tahan Kevin saat Marcus akan beranjak pergi.

"Kenapa Vin?" Kata Marcus kembali melongokkan kepalanya.

"Tadi pagi Popor benar-benar ga ada di rumah sakit?" Tanya Kevin memicingkan matanya, membuat Marcus keringat dingin.

"Em, iya ga ada. Kenapa Vin? Dia bilang dia ke rumah sakit?" Ujar Marcus berusaha bersikap biasa.

"Nggak, kata Yuchen tadi Popor diantar ke rumah sakit sama supir hotel," jawab Kevin masih menatap Marcus. Entah mengapa ia merasa ada yang ditutupi oleh Marcus. Marcus melirik Yuchen sejenak, kemudian tampak berpikir.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang