9 - Expected/Unexpected

2.2K 88 0
                                    

Setengah jam kemudian Popor keluar dari kamar mandi seusai membersihkan badan dan mengeringkan rambutnya. Ia menengok ke kiri dan menemukan Kevin di kasur sedang bertopang dagu di tengah hamparan bunga-bunga.

"Lho Vin? Masih bangun? Aku kira kamu udah tidur," tanya Popor heran.

"Nungguin kamu," ujar Kevin datar sambil tersenyum kecil, yang terlihat jahil di mata Popor, membuat Popor kembali salah tingkah.

Popor lalu berjalan pelan ke sisi lain kasur, namun lagi-lagi jalannya oleng. Dengan sukses ia menabrak kaki kursi meja rias.

"Aduhh!" Ringis Popor langsung terduduk memegangi kakinya yang terantuk kursi. Kevin terlihat akan bangkit dari kasur untuk menghampiri Popor.

"Gak apa-apa Vin, aku gak apa-apa!" Seru Popor cepat-cepat berdiri, menghentikan pergerakan Kevin.

"Kamu dari tadi kenapa sih? Jalannya oleng terus. Pusing?" Tanya Kevin khawatir sambil mengubah posisinya duduk menyender ke kepala kasur. Pandangannya tak lepas dari Popor, seakan menjagainya takut-takut Popor oleng lagi. Sementara itu Popor berusaha berjalan lurus, sedikit pincang akibat menahan sakit di kakinya yang terantuk kursi. Namun, semakin Popor berusaha semakin tidak sinkron otaknya. Tangan kiri bergerak dengan kaki kiri, tangan kanan bergerak dengan kaki kanan bagai robot. Kevin makin heran melihatnya.

Setelah bersusah payah, akhirnya Popor sampai juga di sisi kasurnya. Dengan ragu ia duduk di tepi kasur, lalu bergerak perlahan mengikuti posisi Kevin duduk menyender di kepala kasur. Tiba-tiba Kevin bergerak mendekatinya. Otak Popor seakan membeku.

'Mama, aku harus gimanaa?' Batin Popor. Ia terdiam kaku sambil mengucap doa dalam hati.

"Woy, woy, Por!" Ujar Kevin menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Popor. Popor pun tersadar dari lamunannya dan menoleh menatap Kevin.

"Kamu kenapa sih? Sakit? Dipanggil-panggil dari tadi gak nyahut!" Seru Kevin dengan nada sedikit kesal, sementara Popor hanya menggelengkan kepalanya dengan kikuk.

Tiba-tiba Kevin bergerak dari posisinya, wajahnya kini menghadap wajah Popor dan semakin mendekat. Popor yang sangat kaget membelalakan matanya dan refleks menjauhkan kepalanya. Lagi, kepalanya sukses membentur kepala kasur yang terbuat dari kayu.

"Awww," Popor kembali meringis, memegangi kepalanya yang nyeri.

"Kamu ngapain sih???" Kali ini Kevin benar-benar heran sambil kembali ke posisinya, namun tangannya terlihat sibuk.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Kevin lagi mengalihkan pandangannya dari Popor.

"Hah, makan?" Pekik Popor heran, kenapa Kevin tiba-tiba mengajak makan?

"Iya, makan. Aku kelaparan. Tadi aku mau pesan duluan takutnya kamu mau makan juga, jadi aku tungguin kamu aja," jawab Kevin sambil membuka buku menu room service. Rupanya saat bergerak mendekati Popor tadi ia tengah mengambil buku menu dan telepon kamar yang terletak di meja kecil di samping sisi ranjang Popor. Kini Kevin kembali bergerak mendekat hingga bahu mereka bersentuhan, lalu meletakkan buku menu itu di paha Popor. Kevin asyik melihat-lihat menu, sementara Popor tetap tidak dapat memusatkan pikirannya.

"Kamu udah selesai milih?" Tanya Kevin menatap Popor. Popor yang sedari tadi hanya menatap Kevin pun panik, seakan-akan tertangkap basah melihat suaminya itu.

"Hmmm, ini aku mau ini aja, Love Spaghetti!" Sahut Popor menyebut apapun menu yang dilihatnya pertama kali.

"Ha? Love spaghetti? Memang ada?" Tanya Kevin heran sambil melihat kembali buku menu. Rasanya ia tidak melihat ada nama itu tadi di menu.

"Ini loh Vin," Popor menunjuk menu yang dipilihnya.

"Hm? Lobster Spaghetti maksud kamu?" Kevin membaca menu yang ditunjuk Popor. Mata Popor membesar, lalu melihat nama menu yang ditunjuknya.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang