14 - Busy Night

1.9K 87 25
                                    

*Abaikan part Qingchen garing gaje wakaka mau ngedit mager 😂*

"Kevin.." tiba-tiba Popor mengigau. Kevin tersenyum lembut mendengar namanya disebut. Ia seakan mendapat kepastian akan keraguannya pada Popor beberapa hari terakhir.

"Kalau gini mana mungkin aku marah ke kamu," kata Kevin tertawa, merasa konyol dengan tingkahnya beberapa hari ini. Ia merapikan rambut Popor yang menghalangi wajahnya, lalu tampak menimbang-nimbang sejenak.

Perlahan ia medekatkan wajahnya ke wajah Popor, lalu mengecup bibirnya lembut. Beberapa saat kemudian, Kevin membelalakan matanya.

Saat dahi mereka bersentuhan, Kevin merasakan tubuh Popor sangat panas. Kevin menjauhkan wajahnya dan meletakan tangannya di dahi Popor, tampak khawatir. Ia demam tinggi.

Dilihatnya tubuh Popor yang sedikit menggigil. Kevin kebingungan, apa yang biasa dilakukan saat seseorang demam? Setelah memutar otak, dengan panik ia meraih handphone bermaksud menghubungi ibunya. Tapi kemudian ia mengurungkan niatnya. Ibu Niaw tahu
tentang pertengkarannya dengan Popor. Kalau ibunya tahu Popor sakit begini karena ulahnya, bisa-bisa ia diceramahi dulu berjam-jam.

Pilihan Kevin kemudian jatuh pada Marcus. Ia mencoba menghubungi sahabatnya itu, namun tidak ada jawaban. Tak menyerah, Kevin kemudian mencoba menghubungi Yifan dan Yuchen, namun hasilnya tetap nihil. Diliriknya jam dinding di kamarnya, pukul 01.20 dini hari. Wajar bila orang-orang itu sudah tidur.

Kevin menghela nafas, ia kembali berpikir keras. Tiba-tiba terpikir olehnya untuk menghubungi Qingchen, karyawannya. Wanita itu sering sekali berkata bahwa dia adalah mantan calon dokter. Sempat ragu, akhirnya ia mencoba menelepon Qingchen. Apapun akan ia lakukan untuk Popor.

"Halo," kata Qingchen begitu telepon tersambung.

"Halo Qingchen, ini saya Kevin," kata Kevin sopan.

"Iya Enchen tahu Pak Bos yang menelepon. Ada apa telepon malam-malam?" Tanya Qingchen dengan nada sedikit dibuat-buat.

"Ehm, kamu belum tidur kan?" Tanya Kevin asal, bingung memulai dari mana.

"Pak Bos kangen Enchen? Pak Bos sampai ga bisa tidur ya? Aku mau kok temenin, tapi jangan bilang yayang Yuchen yaa," kata Qingchen centil. Kevin yang mendengarnya bergidik ngeri, kembali teringat masa lalunya saat dikejar-kejar Qingchen sebelum berpaling pada Yuchen.

"Dasar cewek gila! Saya sudah punya istri!" Bentak Kevin setengah berteriak, tapi kemudian teringat Popor sedang tidur. Ia melirik istrinya itu, takut Popor terbangun, lalu memfokuskan kembali pikirannya pada telepon. Tapi tidak ada suara dari Qingchen.

"Qingchen, kamu masih di sana?" Tanya Kevin heran. Apa jangan-jangan ia tertidur?

"Sedih akutu Pak Bos," katanya lirih seperti menahan tangis. Kevin menutup matanya erat, berusaha menahan amarah dan rasa gemasnya.

"Terserah kamu lah. Gini, kamu mantan calon dokter kan?" Tanya Kevin tidak ingin berbasa-basi lebih lama.

"Ehm iya Pak Bos," jawab Qingchen ragu-ragu.

"Kamu tahu cara nyembuhin penyakit?" Tanya Kevin lagi.

"Jantan apa betina?" Tanya Qingchen beberapa saat kemudian.

"Apa hubungannya?" Kevin balik bertanya heran. Apalagi bahasa Qingchen terdengar aneh baginya.

"Ya perawatannya beda Pak Bos," seru Qingchen dengan nada menggurui.

"Yaudah. Ini yang sakit perempuan," kata Kevin tidak mau berdebat lebih panjang.

"Oh, ih Pak Bos demennya yang begitu ya. Mereka biasanya rewel kalau lagi sakit. Lebih suka dielus-elus badannya biar tenang," ujar Qingchen memberi petunjuk.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang