16 - The In-laws

1.8K 82 21
                                    

"Tolongin aku Vin," ujar Popor dengan nada frustasi, wajahnya seperti ingin memangis. Ia sangat takut pembimbingnya yang galak itu marah padanya dan tidak mau membimbing lagi. Tak tega melihat sang istri, Kevin langsung meraih tangan Popor dan menariknya berlari menuju parkiran.

"Kita langsung ke kampus kan Vin?" Tanya Popor sambil berlari ke motor.

"Nggak, kampus kamu jauh. Kelamaan kalau lewat jalan biasa. Harus naik tol, tapi kan ga bisa naik motor. Makanya kita ke rumah dulu tukar mobil, kamu juga perlu ambil berkas atau laptop kan?" Jelas Kevin begitu mereka tiba di motor. Popor mengangguk, mempercayakan sepenuhnya pada sang suami. Ia langsung memakai kembali jaketnya. Kevin juga langsung memakai helmnya kemudian memakaikan helm di kepala Popor.

Sepanjang perjalanan, Kevin memacu motornya dengan kecepatan maksimal bak kesetanan. Dan tentu saja Popor memeluk pinggangnya sangat erat. Dalam waktu singkat, mereka sudah tiba kembali di rumah. Popor segera berlari ke kamar mengambil tas dan laptopnya, sementara Kevin mengeluarkan mobil hitamnya dari garasi.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah kembali menyusuri jalanan kota Jakarta, pastinya masih dengan kecepatan yang sama. Meski terburu-buru, di tengah perjalanan mereka menyempatkan untuk singgah di drive thru McDonald's dan membeli burger. Kevin bersikeras agar Popor makan dulu dan minum obat yang dibawanya agar tidak sakit lagi.

Mereka lalu meneruskan perjalanan. Popor sesekali menyuapi sang suami yang tengah sibuk mencari jalan pintas. Tiba-tiba dering handphone kembali terdengar, kali ini milik Kevin.

"Siapa sih yang telepon!" gerutu Kevin, fokusnya masih ke jalan. Popor meraih handphone Kevin di laci.

"Mama Vin," ujar Popor setelah melihat nama sang pemanggil di layar handphone Kevin. Kevin mendengus, lalu meminta Popor memasang handphone itu di kit telepon mobil dan menekan tombol menerima panggilan.

"KEVIN! Di mana kamu! Masih belum pulang juga hah??" Seketika suara ibu Niaw menggelegar di dalam mobil.

"Aduh apa sih Ma! Kevin udah di Jakarta ini," protes Kevin mendengar tuduhan sang ibu.

"Kapan kamu pulang? Kok semalam ndak jadi bawa istrimu ke rumah Mama?" Tanya ibu Niaw masih dengan nada tinggi. Kevin langsung menepuk dahinya pelan, teringat kata-kata ibunya kemarin di telepon.

"Semalam Popor sakit Ma," jawab Kevin berkilah.

"Pasti alasan kamu aja! Pokoke kalian ke sini yo sekarang!" Perintah ibu Niaw tegas.

"Tapi Ma ini Popor mau bimbingan ke kampus, udah ditungguin dosennya. Kita masih di jalan," ujar Kevin segera.

"Hah, ketemu dosen kok hari Minggu toh?" Tanya ibu Niaw, suaranya terdengar heran, tidak percaya.

"Iya ma. Dosen Popor yang minta," Popor ikut angkat bicara menjelaskan pada mertuanya.

"Oh, ya wes. Kalo kamu yang bilang sih Mama percaya. Habis bertemu dosen kalian langsung ke sini ya, pokoke jam 3 sudah sampai sini! Mama tunggu ya!" Ujar ibu Niaw langsung mematikan telepon, meninggalkan anak dan mantunya tanpa pilihan lain.

"Vin, kok kamu ga bilang kalau Mama suruh kita ke rumah!" Protes Popor meninggikan suaranya sambil memalingkan wajah pada sang suami.

"Aku juga gak ingat kali!" Kevin menoleh pada Popor, nadanya ikut meninggi.

"Duh masa aku ketemu Papa Mama pakai baju begini," gerutu Popor memperhatikan kaos dan celana jeans yang dipakainya.

"Sudah ga apa-apa, kamu aja ketemu dosen bajunya begini. Lagian Mama Papa ga bakal peduli," ujar Kevin santai, mengalihkan pandangan kembali ke jalan.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang