Begitu dalam

39K 555 8
                                    

Tok ! Tok !

Suara ketukan pintu membuatku dan Pak Santo terkejut. Terlihat Caressa masuk ke UKS dan menghampiri kami.

"Sinta, tadi kudengar kamu jatuh ? Apa kamu tidak apa - apa?"

"Tidak apa, cuma keseleo dan luka sedikit, kok" jawabku.

"kalian sebaiknya masuk kelas, pelajaran pertama hari ini kimia kan?" ucap Pak Santo sebelum ia berlalu meninggalkan kami berdua di UKS.

***

Bel berbunyi.

Keheningan di kelas membuat suara hentakan sepatu Pak Santo terdengar jelas.

"Selamat Pagi semua."

"Pagi paak." jawab murid sekelas.

"Baik, hari ini ada tes. Ketua kelas, tolong dibagikan."

Serentak murid di kelas mengeluh. Termasuk aku. Mengapa guru satu ini sangat menyukai tes mendadak seperti ini ?

***

"Baik, waktu habis. Jadi segera kumpulkan." ucap Pak Santo sambil merapikan buku yang dibawanya diatas meja.

"Sinta, nanti tolong dibawa ke ruangan saya."

"Baik, Pak."

Lalu guru itu pergi meninggalkan kelas.

"Ehem, enak ya bisa berduaan sama guru cakep tiap hari." Arini, sang ketua kelas menggodaku sambil memberikan kertas tes murid sekelas.

"Nggak juga Rin, capek tau !" jawabku sambil sedikit mengeluh. Tapi disamping itu, kuakui aku memang senang bisa didekatnya setiap hari.

***

Aku mengetuk pintu lab kimia, namun hening tidak ada jawaban. Kemudian ku buka perlahan pintu itu.

Hmm Pak Santo tidak ada? Ya lebih baik ku letakkan saja dimeja ini. Namun diatas meja itu kulihat seperti album foto.

Entah mengapa aku tertarik untuk melihatnya. Setelah kubuka, Oh my God ! Ini foto Pak Santo masih kecil ? Tapi kenapa berdandan seperti perempuan ? Lucu sekali ? Aku tertawa sendiri melihatnya. Lanjut kubuka lembaran berikutnya.

"Dasar tidak sopan, melihat barang pribadi orang tanpa permisi." ketusnya sambil merebut album foto itu.

Kemudian dengan mudah menaruhnya di atas lemari karena tubuhnya yang tinggi. Lalu ia duduk di sofa.

Hal tersebut membuatku penasaran. Ku ambil buku - buku tebal di rak ruangan itu, menyusunnya lalu aku naiki agar aku bisa menggapai album foto itu karena tubuhku pendek.

"Saya kan cuma mau melihat, Pak." ucapku sambil berjinjit di atas tumpukan buku itu sambil menjulurkan tanganku.

Saat aku hampir meraihnya, aku menyadari bahwa tubuhku tidak seimbang karena buku - buku yang ku injak bergeser.

Saat tubuhku tumbang Pak Santo dengan cepat berlari dan menangkapku dengan sigap.

'Duggh'

Kening kami pun berbenturan.

"Sinta, kamu... Apa yang kamu lakukan, sih." ucap Pak guru Sambil menggosok pelan keningnya.

Posisi kami terduduk dilantai berhadapan. Tanpa sengaja aku meremas dadanya yang bidang. Lalu aku mendogak.

Ku rasakan deru nafasnya yang memburu. Membuat dadaku sesak dan jantungku berdebar - debar.

Namun, seketika aku merasa sedih mengingat perasaanku ini hanya akan berakhir sia - sia, karena mustahil bagiku tuk mendapatkan cintanya.

Lalu aku terkejut karena Pak guru spontan memegang kedua pundakku.

"Sinta, kamu tidak apa - apa ?"

"Aku tanya kepadamu sakit atau tidak ?!" lanjutnya dengan nada keras sambil sedikit mengguncang tubuhku.

Lalu aku langsung setengah berdiri dihadapannya. Sekarang posisi wajahku sedikit lebih tinggi dari Pak guru.

"A...ku tidak apa - apa, Pak. Tidak sakit sedikit pun".

Pak Guru membuang nafas lega, dan langsung membenamkan wajahnya didadaku disertai tangan kanannya memeluk pinggang rampingku.

"Hmm, jangan buat aku cemas seperti itu, Sinta..." ucapnya lembut sambil memelukku.

Akankah dia merasakan jantungku yang berdebar ? Akankah perasaan ini terbalaskan? Perhatianmu, kelembutanmu, kebaikanmu, serta keperdulianmu terhadapku, apakah kamu akan melakukan hal ini kepada murid yang lain selain aku ?

Pak Guru melepaskan pelukannya. Sedangkan aku masih terdiam. Dengan lembut ia menggosok ubun - ubunku.

"Sebaiknya kamu ke kelas. Bel sudah berbunyi." Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

***

Semakin lama, perasaanku semakin jatuh kedalam palung cintanya. Begitu sesak memendamnya, sekarang di lab ini hanya ada kami berdua. Ia sedang berdiri menatap keluar jendela, dari belakang sangat jelas begitu gagahnya guruku itu, cahaya matahari membuatnya semakin mempesona, tanpa ku sadari sekarang aku telah mendekapnya dari belakang.

"Aku... Menyukaimu Pak guru"

Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang