Perasaan yang kacau

29.6K 459 0
                                    

Nenek pak guru tersenyum dengan lembut membelai rambut panjangku yang di kuncir kuda.

"Olahraga memang bagus. Tapi harus hati - hati. Jadi kapan kalian akan bertunangan ?"

Mataku kembali menatap tajam ke arah Pak guru.

Pak guru yang berdiri membelakangi neneknya langsung mengatupkan kedua telapak tangannya bermaksud memohon agat aku kembali berpura pura.

"Ehm... Kami masih menentukan hari yang pas saja nek." jawabku.

Nenek pak guru tersenyum. Lalu membelai lembut pipiku.

"Buat apa ditunda - tunda. Niat baik harus disegerakan sayang. Ya sudah nenek mau pergi dulu. Ada urusan yang harus diselesaikan di kota ini."

"Iya nek saya juga mau pulang". Sahutku.

"oh, kalau begitu mari nenek antar. Sekalian ingin tahu rumah kamu dimana."

Waduh ! Kalau nenek Pak guru tahu dimana rumahku ? Bila suatu saat dia datang bagaimana? Bisa salah paham
semuanya ?!

"Hey !" tepuk nenek di pundakku.

"Kok malah bengong ? Ayo. Sopir nenek sudah menunggu di bawah. Ferdi, ayo antar dia ke mobil."

"Baik nek." jawab Pak guru.

Pikiranku ruwet. Mengapa aku harus terjebak di situasi seperti ini. Aku hanya diam saja di mobil. Setelah beberapa meter mobil berjalan, aku berdecak terkejut. Setelah tersadar Handphone serta erphone ku tertinggal. Segeralah ku meminta pak sopir berhenti. Nenek pak guru pun bertanya - tanya karenanya.

"Maaf nek, Handpone saya tertinggal di apartemen"

"Oh, Kita puter balik aja pak sopir". Nenek tersenyum

"Ng... nggak usah nek. Biar saya turun sendiri aja. Nenek juga kan lagi ada urusan. Nanti aku minta diantar oleh Ferdy saja." Aku memohon dalam hati agar nenek mengiyakan dan tidak jadi mengantarku pulang.

"Oh... Jadi kamunya masih mau berduaan sama Ferdy nih..." nenek menggodaku.

Muka ku merah madam dan menunduk. Tapi dari hati yang paling dalam aku membenarkan ucapannya. Aku menyukainya. Tapi aku juga membencinya. Ini kali pertama aku merasakan perasaan demikian.

Mobil berhenti di depan apartemen Pak guru. Ku naiki tangga dengan kaki pincang karena masih lumayan sakit karena terjatuh tadi. Tapi aku lega. Handphone ku yang tertinggal menjadi sang penyelamat hari ini.

Ku ketuk pintu. Namun tidak ada jawaban. Gagang pintu ku tarik. Oh ! Ternyata terbuka. Mengapa ia tidak mengunci pintu ? Aku bergegas masuk dan ku lihat earphone dan handphoneku masih di atas kursi. Tapi aku masih tidak melihat pak guru. Dimana dia? Entah mengapa tiba - tiba aku mencemaskannya. Ku lihat pintu kamar mandi terbuka. Pintu kamar tidur pun terbuka namun ia tidak ada. Namun ku lihat ada tangga. Sepertinya itu untuk naik ke atas balkon. Dengan menahan sakit aku menaiki tangga besi itu. Setelah tiba di atas balkon, aku melihat Pak guru duduk merangkul di lantai sudut dinding dengan muka terbenam pada lengan tangan yang bersilang.  Padahal di atas balkon ini terdapat kursi dan meja. Tapi apa yang dia lakukan di situ ???

Perlahan ku dekati dia. Aku terkejut ! Ternyata dia sedang menangis tersedu - sedu. Aku bingung dengan apa yang terjadi. Tapi melihatnya seperti ini entah kenapa hati ku juga ikut sedih. Aku duduk di sampingnya dan memegang lembut pundaknya.

"Pak guru?" ucapku pelan. Pak guru mengangkat wajahnya. Ia terkejut akan kehadiranku. Wajahnya penuh air mata. Mata nya bengkak dan memerah. Raut wajahnya seperti menyimpan kepedihan yang amat dalam.

Di bawah sadar aku mengulurkan kedua tanganku sambil mengangguk pelan. Seakan menawarkan pundakku tuk menjadi sandaran ia menumpahkan kesedihannya. Pak guru hanya diam menatapku dan spontan memelukku erat sambil kembali menangis. Entah Air mataku pun ikut berlinang seperti aku juga merasakan kesedihannya. Aku pun ikut menangis.

***

Kini Pak guru tidur berbaring di pangkuanku. Ku lihat ia masih terisak menangis. Aku mengosok lembut rambutnya seperti membujuk anak kecil yang merajuk. Tak lama kemudian ku dengar ia tak lagi terisak dan saat kulihat ia sudah tertidur. Raut wajahnya masih tertera banyak kesedihan. Biarpun aku tidak tahu apa yang dia alami, namun tetap aku tidak bisa membiarkannya sendirian seperti ini. Semriwing angin sepoi - sepoi di atas balkon pun membuatku ikut terlelap.

Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang