Rasa yang terbalas

24.7K 429 1
                                    

Aku duduk dilantai samping ranjang pak guru. Merebahkan kepala dan kedua tanganku di ranjangnya sambil memainkan ponsel. Mungkin karena masih pagi atau karena perut yang kenyang, aku jadi ikut tertidur.

***

Perlahan kubuka kedua bola mataku. Seingatku tadi aku tidur sambil duduk. Tapi mengapa sekarang posisiku terbaring dengan selimut sampai leher? Aku merasa AC kamar Pak guru yang tadi mati kini dinyalakan.

Aku melirik ke sebelah kanan. Ku lihat seorang pria bertelanjang dada duduk di atas ranjang dan membelakangiku sambil merokok. Seumur hidup aku mengenalnya, baru kali ini aku melihatnya menghisap rokok. Kembali aku menikmati bentuk tubuhnya yang indah itu. Dia memakai celana pendek 5 cm di atas lutut. Pahanya putih dan di betisnya hanya ditumbuhi sedikit bulu. Sungguh seksi menurutku.

Ku ubah posisi tidurku miring
ke kanan. Pak guru pun menoleh ke arahku karena merasa aku bergerak. Dengan rambut basah dan disisir ke atas dia makin mempesona. Aku pun tersenyum padanya. Pak guru juga tersenyum setelah melihatku tersenyum.

"Kalau masih mengantuk, tidurlah. Kamu pasti lelah. Maaf menyusahkanmu" raut muka Pak guru memelas dan merasa bersalah.

"Tidak apa - apa pak. Sudah agak baikan?" ucapku sembari duduk.

"Ya, tadi aku mandi air hangat. Dan aku merasa sudah enakan." tuturnya sambil memegang leher mematahkannya ke kanan dan kekiri.

Kulirik sudah jam 1 siang. Lumayan lama aku tidur. Terakhir saat aku bermain ponsel ku lihat jam 09.30 pagi. Mungkin karena semalam aku tidur larut dan bangun subuh. Kemudian aku merasa tidak enak dan ingin pulang saja.

"Bagus kalau sudah lebih baik. Aku pergi dulu ya, Pak." aku langsung beranjak, bermaksud ingin ke toilet dahulu, mencuci mukaku, merapikan diri lalu baru pulang.

Aku turun dari ranjang, melewatinya yang sedang duduk. Baru ingin melangkah tapi tanganku ditarik dan membuat langkahku tertahan. Spontan aku langsung menoleh. Pak guru masih duduk diranjang dan Kudapati dia menatapku seperti tidak mengijinkanku pergi. Aku jadi takut, apa yang mau ia lakukan kepadaku ?

Tapi aku terbelalak setelah melihat air matanya berlinang.

"Jangan pergi, jangan..." ucapnya lirih sambil satu persatu air matanya berjatuhan.

Aku terkejut sekaligus bingung. Aku hanya ingin ke toilet. Tapi mengapa dia jadi aneh seperti ini ? Tapi raut kesedihan di wajahnya kembali terpancar seperti di atas balkon waktu itu.

Aku menjadi sedih. Lalu aku duduk disampingnya dan mencoba tuk menenangkannya. Tetapi dahinya langsung menghantam pundakku. Dan ia menangis sesegukan.

"Jangan tinggalkan aku, ku mohon..."

Aku termenung mendengar ucapannya. Dalam hati aku berkata, jangankan meninggalkanmu, tidak memikirkanmu pun aku tidak bisa. Aku sekarang merasa seperti ikut larut dalam kesedihannya.

Ku pegang kedua belah pipinya yang masih menunduk di pundakku dan menegakkannya ke atas. Ku tatap wajahnya yang penuh kesedihan dan air mata.

"Aku nggak akan ninggalin Pak guru..." ucapku pelan.

Aku mencintaimu. Tidak mungkin aku tinggalkanmu. Perasaanku sekarang begitu meluap - luap. Lalu dibawah sadar aku memanjangkan leherku dan mengecup pipinya. Aku terkejut apa yang telah aku lakukan. Mukaku pun memerah.

Pak guru tersenyum haru sambil mengambil kedua tanganku yang masil menempel di kedua belah pipinya, dengan mata terpejam ia menggenggam kedua telapak tanganku dan mengecupnya berkali - kali.

Apakah ini pertanda bahwa aku berarti baginya ?

Di belainya kepalaku dengan kedua tangannya dari atas, telinga, hingga berakhir di pipi. Tatapannya sayu, aku terbuai oleh suasana. Hatiku sedang menggebu - gebu karena orang yang aku cintai menganggap aku berharga baginya.

Wajah tampannya mendekat. Tak tahu mengapa aku memejamkan mata perlahan. Kurasakan kenyal dan hangat mengecup bibirku, lalu melepaskannya. Kubuka perlahan mataku, dan ia tersenyum.

"Pak gu..."belum selesai aku bicara, tangan Pak guru mendekap mulutku.

"Sekarang, panggil aku Ferdy..." bisiknya di telingaku. Dan mencium lembut pipiku.

Kupikir sekarang saat yang tepat untuk ungkapkan perasaanku terhadapnya.

"Fer...dy aku..." pak guru lagi - lagi mendekap mulutku.

"Aku tahu."

Setelah mengatakan itu pak guru kembali mengecup bibirku. Melumatnya habis dengan rakus sampai air liurku berserakan di sekitar bibir. Aku merasa kehabisan oksigen dan mendorong kuat dadanya yang bidang itu.

Aku terengah - engah sambil memegang dadaku karena kehabisan nafas.

"Kamu... Baik - baik saja? Maafkan aku..." ucapnya sambil memegang punggungku.

Aku membalikkan tubuhku membelakanginya untuk menutupi wajahku yang memerah.

"Sinta... Kalau mau marah padaku kau maki saja aku. Aku minta maaf."

"A... Aku tidak pernah berciuman sebelumnya..." ucapku malu - malu. Aku masih duduk membelakanginya

"Lalu di lab dan di mobil waktu itu ?"

"Waktu di lab itu ciuman petamaku ! Kau yang merampasnya !" jawabku spontan.

Wajahku makin memerah . Kalau bercemin sekarang kurasa pipiku seperti tomat. Aku benar - benar malu mengingat serta mengakui hal itu.

Tiba - tiba Pak guru memelukku dari belakang, dan mengecup pelan kepalaku.

"Berjanjilah... Jangan tinggalkan aku apapun yang terjadi...kumohon..."

Aku tersentuh mendengarkan hal itu. Ku pegang kedua belah tangannya yang melingkar di tubuhku.

"Aku... Berjanji..."

Bersambung


Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang