Pak guru sakit

23.4K 403 1
                                    


Hari ini hari minggu. Semalaman aku berpikir yang tidak karuan tentang Pak guru. Aku sudah membuat keputusan matang bahwa hari ini aku akan ke apartemen miliknya. Aku siap menghadapi apapun dan siap menerima apa jadinya perasaanku nanti. Semakin dilupakan, cintaku padanya malah semakin besar. Kalau saja benar ia akan pergi, paling tidak aku bisa ungkapkan perasaanku dan hidup dengan tenang.

Ku kenakan jeans biru tua, tanktop pink, kemudian dilapisi jaket denim hitam. Aku memakai topi hitam untuk berjaga - jaga. Apa jadinya nanti kalau ada siswa yang melihat kalau aku datang ke apartemen Pak guru?

"tumben kamu udah rapi pagi - pagi? Biasanya kalo minggu tidur sampe tengah hari". Ucap mamaku sambil menemaniku sarapan.

"Sinta mau kerja kelompok sama teman ma, terus sekalian jalan - jalan". Ucapku sambil mencium punggung tangan mamaku.

"iya. Pulang jangan malam - malam ya sayang." aku tersenyum dan mengangguk.

Maaf aku membohongimu, Ma.

***

Hmm... Lagi - lagi pintu apartemen Pak guru tidak di kunci. Nih orang baik banget sama maling ? Tapi aku tidak mau lancang dan tetap memencet bel. Benar saja, lima belas menit aku berdiri di depan pintu seperti penagih hutang. Aku kesal lalu aku langsung masuk saja.

"pemisi...? Pak guru ? Bapak diumah ?". Suasana masih sunyi. Aku berjalan masuk.

Pintu kamarnya terbuka. Kulihat pak guru terbaring merangkul berselimut hingga leher. Wajahnya pucat, matanya terpejam, dan ia kelihatan menggigil.

"Pak guru !!!"

Aku langsung berlari menghampirinya. Tapi ia masih terpejam dan menggigil. Sepertinya dia terkena demam flu berat. Aku langsung berlari keluar. Terdengar suara Pak guru lirih dan pelan memanggilku. Tapi tak ku gubris karena mau
buru - buru ke apotik.

Disamping apotik, ada restoran ayam bakar. Aku memesan dua porsi. Ku pikir pasti pak guru belum makan. Kebetulan aku juga merasa lapar. Dan aku mengambil beberapa Pocari untuk pak guru. Tentunya dia lemas karena kekurangan cairan.

Aku buru - buru naik ojek online dan kembali ke apartemen pak guru. Kudapati dia masih dalam keadaan yang sama. Aku mendekatinya dan duduk disamping ranjang itu. Ku raba dahi dan pipinya ternyata sangat panas.

"Pak ayo makan dulu, setelah itu minum obat." aku duduk disampingnya dan memegang lembut pundaknya.

"zzhh akuuh tih..dak nafhsu mahkan...zzhh" ucapnya sambil menggiggil.

Aku semakin sedih dan tidak tega.

"sedikiiiitt aja, please ?" aku memelas.

Ku bantu Pak guru duduk dengan merangkulnya. Ternyata benar ia amat lemas. Matanya sayu sehingga dia hanya melihat kebawah. Rambutnya acak - acakan tapi ia masih tampan. Aku mengambil sendok dan piring di dapur dan menyuapinya makan. Ketika suapan yang ketiga, ia menggeleng. Aku mengerti. Bila sedang sakit sudah pasti mulut terasa pahit.

Aku kembali kebelakang dan mengambil air hangat untuk Pak guru minum obat. Setelah kembali ke kamar, Pak guru masih dalam posisi yang sama. Tatapannya kosong dan lesu.

Ku robek pembungkus obat flu yang aku beli di apotek tadi dan segera menyuguhkan obat serta segelas air hangat itu kepadanya. Ia pun meminumnya.

"habiskan airnya." pintaku. Sambil minum Pak guru hanya melirikku pelan.

Tapi ku lihat dia menghabiskan segelas air yang aku beri tadi. Setelah dia selesai minum, ku ambil gelas itu dari tangannya.

"berbaringlah". Pak guru hanya diam dan menuruti semua perkataanku.

Kembali kuselimuti dirinya hingga leher. Dia tidak cerewet seperti biasanya. Aku pun senang karena ia mau menurutiku karena tentu untuk kebaikannya sendiri.

Aku kembali ke belakang. Mengambil baskom kecil berisi air hangat dan handuk kecil di kamar mandi, lalu membawanya ke kamar pak guru. Ku lihat kali ini ia agak tenang dari yang tadi. Ia tidak terlalu keras menggigil. Aku mengompres keningnya yang panas.

"pusing? Atau kepalamu sakit?" tanyaku pelan.

Pak guru hanya mengangguk pelan. Tapi matanya terpejam. Sambil mengompres aku sembari memijat pelan kepalanya cukup lama. Lalu beralih memijit kedua betisnya.

Tak lama setelah itu aku tidak lagi mendengar suara menggiggil. Kudengar sepertinya nafasnya sudah teratur. Kulihat mulutnya yang seksi itu sedikit ternganga. Ia tidur. Tapi aku masih mengompres dahinya.

Aku menyantap ayam bakar yang aku beli tadi. Ku raba dahi Pak guru, ternyata panasnya menurun. Aku tersenyum lega.

***

Ku lihat di dapur piring kotor berselerak dan  pakaian kotor menumpuk di mesin cuci.

Aku mencuci piring itu sembari menghidupkan mesin cuci. Membersihkan dapurnya dan segera menjemur pakaian yang aku cuci tadi di atas balkon.

Walaupun dirumahku ada banyak pembantu namun ibuku tetap mengajariku jadi anak yang rajin, mengajariku memasak dan lain sebagainya. Jadi aku bisa melakukan semua itu.

Aku duduk dilantai samping ranjang pak guru. Merebahkan kepala dan kedua tanganku di ranjangnya sambil memainkan ponsel. Mungkin karena masih pagi atau karena perut yang kenyang, aku jadi ikut tertidur.

Bersambung

Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang