Bersamamu

42.9K 641 6
                                    

"Hati-hati ada..." ucapan Pak Santo bersamaan saat aku melangkahkan kakiku.

Arrrgghhh.

Aku terpeleset. Refleks Pak Santo berusaha menangkapku, namun gagal. Aku terpejam. Dan merasa sesuatu yang hangat dan kenyal menempel di bibirku.

Saat kubuka mata... Oh ?!
Kami berciuman ???

Tubuhku berada diatasnya dengan tangan kanan Pak Santo memeluk pinggang rampingku. Terciumlah bau colongenya yang kuat. Yang bisa membius siapapun yang mengendusnya.

Aku langsung berdiri dengan muka memerah dan menunduk.

"Ma... Maaf." Aku masih tertunduk malu.

"Kalau jalan itu hati - hati. Kamu tidak melihat ada ember disitu ?".

Kemudian ada Office boy yang datang.

"Pak Asep, tadi embernya tidak sengaja tumpah. Dia yang nendang". Tutur Pak Santo tersenyum sambil menunjuk ke arahku.

"Pak Asep, maaf ya."

"Oh. Tidak apa - apa non. Saya yang salah. Seharusnya pas saya ke toilet tadi embernya saya taruh di luar. Saya akan bersihkan."

***

Sekolah ini sangat elite, pikirku. Ini lab kimia apa ruang tamu ? Selain ada meja tempat menaruh berkas - berkas Pak Santo, ada juga sofa panjang dan meja kaca bundar.

Pak Santo duduk dengan posisi  menghadap ke arahku. Aku tertunduk takut kalau dia akan menyita handphoneku dan memanggil orang tuaku.

"Jadi...apa perlu saya panggil orangtua kamu agar kamu kapok ?"

"Jangan Pak, saya akan lakukan apa saja tapi jangan beritahu orang tua saya."

"Baik... Apa kamu punya kegiatan sepulang sekolah?"

"Tidak ada, Pak."

"Saya agak kerepotan di Lab ini. Dan ingin memiliki asisten untuk membantu saya. Jadi apa kamu bersedia?"

Aku terdiam. Sebenarnya aku tidak mau repot seperti itu. Piket kelas pun aku jarang ? Kuakui aku populer hanya karena kecantikanku.

"Iya Pak saya bersedia."

"Good". Lalu Pak Santo mengembalikan ponselku.

***

Ku rebahkan tubuhku di tempat tidur. Mulai besok aku akan pulang telat. Orang tuaku pun mengijinkan. Mereka senang bahwa anaknya memiliki kemajuan untuk membantu guru. Aku memang terkesan pemalas walau ibuku sering mendidikku jadi anak yang rajin. 
Tapi... Satu hal yang aku pikirkan...Apakah dengan ini aku bisa terus dekat dengannya? Tiba - tiba aku teringat ciuman tadi siang.

Aku tidak menyangka first kissku akan diambil secara tidak sengaja oleh Guru tampan itu. Ku dekati seragamku yang tergantung di dinding kamarku. Ku hirup aromanya. Bau colonge Pak Santo masih berbekas di seragamku.

***

Pagi yang segar. Tak terasa sudah dua minggu aku di sekolah ini. Terlihat banyak murid berjalan masuk ke dalam lingkungan sekolah. Dari kejauhan kulihat ada Pak Santo dikelilingi oleh para siswi. Dia memang populer karena sifatnya yang baik dan wajahnya yang tampan.

Aku terus saja berjalan masuk. Saat hendak melewati posisi dimana Pak Santo, aku tersenyum dan tiba - tiba kakiku terkilir, aku pun terjatuh. Lutut ku berdarah dan kakiku sepertinya keseleo. Aku berusaha bangun tapi rasanya terlalu sakit.

"Sinta !!!"

Aku sedikit tersentak karena Pak Santo langsung menggendongku dan langsung dibawanya ke UKS. Banyak siswi yang tersenyum - senyum ataupun yang berdecak sinis dan iri melihatku digendong Pak Santo ala bridal style.

***

"Aww."

aku sedikit menjerit karena perih saat Pak Santo menaruh alkohol di lukaku.

Aku dan Pak guru duduk di ranjang dengan kaki kananku di atas pangkuannya. Ku rasakan sentuhan demi sentuhan tangannya... Itu sangat lembut. Membuat jantungku berdebar kencang.

Ku perhatikan Pak Santo yang mengobati lukaku dengan hati - hati. Dia sangat manis dengan kacamata itu. Ternyata Ia begitu perhatian. Ingin rasanya aku ingin membelai rahangnya yang ditumbuhi jambang halus itu.

"Saya heran, kenapa kamu sangat ceroboh ?"

"Eh... Saya..." aku terbuyar dari pandanganku.

"Segitunya kamu melihatku ? sampai diajak bicara pun kamu salah tingkah." ucapnya tersenyum sambil menurunkan kakiku yang selesai diobatinya.

"Apa kamu sengaja untuk menarik perhatianku, Sinta?"

Seketika wajahku merah padam dan aku menutupi pipiku yang mirip tomat dengan rambut panjangku yang tergerai.

Dengan lembut tangan Pak guru membelai rambutku  yang menutupi pipi kananku dan menyelipkannya di telingaku. Aku tersenyum dengan perlakuanya.

"Apa kamu menyukaiku?"

Bisikannya itu membuat mulutku seketika ternganga.

Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang