Antara cinta dan benci

22.4K 379 5
                                    

Pak guru... Dia datang saat aku butuh bantuan. Dari mana ia bisa tahu kalau aku dihukum oleh Miss Auren? Pak guru... Kamu begitu amat perhatian. Apa kamu bakal ngelakuin hal yang sama pada orang lain selain aku ? Dadaku sesak menahan perasaan ini.

***

Tok tok

"ini Sinta."

"Masuk." suara berat itu datang dari dalam.

Ku lihat pak guru begitu sibuk mengoreksi hasil tes lab muridnya hari ini. Begitu banyak menumpuk di meja kerjanya yang berantakan itu.

"Pak minta salinan jawabannya. Mari kubantu mengoreksi." ucapku sambil berjalan.

Kudekati kursi kerjanya yang bisa diputar - putar. Posisiku tepat disamping mejanya. Berdiri menungging dengan menyandarkan kedua lenganku diatas mejanya sambil melihat kertas - kertas itu sembari memakan lolypop stroberi kesukaanku.

Pak guru menoleh. Tapi sepertinya ia sedikit termangu memandangiku yang sedang asik mengulum dan menjilati lolypopku.

"Pak!" ucapku sambil menepuk pelan lengannya. Dia sedikit terkejut.

"I...iya. Sudah ku buat. Tapi apa urusanmu dengan Miss Auren tadi sudah selesai ?"

Aku tersenyum, dan menunduk, tersipu dalam hati. Pak guru ternyata masih memikirkanku. Akh ! Lagi - lagi aku terlalu bawa perasaan.

"Kenapa senyum - senyum begitu?" ia mengangkat sebelah alisnya.

"Ng...nggak. Eh, maksudnya udah selesai. Makasih banyak Pak. Hihi." tuturku sambil tertawa kecil sambil sekali lewat menaikkan kedua bahuku.

Pak guru tersenyum sambil menggeleng pelan sembari mengambil kertas - kertas untuk ku koreksi. Dari posisi berdiri nungging aku beranjak berdiri tegak. Berniat melangkah mendekat ke arah tempat Pak guru duduk untuk mengambil kertas - kertas itu. Namun saat langkah kedua, kakiku terkilir.

"Bruukk" refleks Pak guru menangkapku. Aku mengulur nafas lega. Kalau tidak kepalaku bisa benjol atau bahkan bocor karena terbentur lantai atau meja jati ini.

Posisi ku sekarang tepat berada di pangkuan pria yang aku suka. Kedua tangannya memeluk pinggangku. Tubuh kami begitu rapat. Aku menunduk untuk menyembunyikan wajahku yang memerah. Jantungku serasa mau menerobos keluar dari dalam dadaku. Mengapa aku harus terjatuh di pangkuannya seperti ini ? Hatiku bahagia. Karena aku bisa sedekat ini dengannya.

Tapi dalam sekejap batinku kembali tertekan. Aku sadar bahwa ini hanya perasaan yang bodoh. Tanpa ku sadari air mataku keluar setetes. Aku memang cengeng.

Mata pak guru terbelalak sambil mulutnya sedikit terngaga.

"Sinta? Sinta ada apa denganmu ? Apa yang kau rasakan? Apa kau baik - baik saja?" ucapnya dengan nada cemas sambil memegang erat lengan atas ku sembari sedikit menggoyangkannya.

Kudongakkan kepalaku. Karena tubuhku jauh lebih pendek dari Pak guru. Ku tatap matanya yang masih penasaran, aku memaksa bibirku tersenyum.

"Cuma kelilipan sedikit kok, Pak. Makasih. Untuk kesekian kalinya Pak guru nolongin aku." mulutku tersenyum tapi dalam hati aku menangis.

'Cup!'

"Kamu selalu buat aku cemas."

Satu kecupan mendarat di keningku yang ditutupi poni membuatku sedikit terkejut dan bergerak sedikit di atas pangkuan Pak guru.

"Ouch!" Teriak Pak guru spontan.

Wajahnya menyeringai seperti menahan sesuatu. Aku terheran. Kenapa dia? Tapi aku merasa dibawah pantatku ada sesuatu yang menonjol, keras dan sedikit berdenyut. Apakah itu rudalnya ???

Aku langsung beranjak dari pangkuan Pak guru. Karena bingung aku jadi salah tingkah dan lansung mengambil semua hasil tes lab untuk aku koreksi. Sangat banyak tentunya. Segera kubawa semua itu dan duduk di atas sofa.

"Sinta aku ke ruangan lab sebentar. Kau lanjut saja koreksinya." Aku hanya mengangguk.

Sekolah ini begitu elite. Ada tiga bangunan besar. Setiap lab juga ada toilet yang tersedia. Hanya orang kaya yang bersekolah disini. Sedangkan lab kimia terpisah dari bangunan utama. Letaknya paling atas lantai 3 paling ujung. Jadi mustahil sepulang sekolah ada orang disini kecuali bagi yang ada keperluan.

Samar - samar ku dengar seperti ada yang mendesah. Aku berdiri. Berjalan pelan mencari sumber suara itu. Tapi sepertinya itu berasal dari ruangan sebelahku tepatnya ruangan lab kimia. Di ruangan Pak guru ada pintu untuk menembus kesebelah. Apa mungkin Pak guru manstubasi ? Tapi aku masih penasaran siapa tahu ada yang terjadi padanya. Tak lama dia mengerang keras. Aku pun khawatir. Pintu toilet terbuka setengah. Aku menyaksikannya. Ternyata...

"uuuhhh aaahhhhh sintaa...mmhhhh"

Apa ?! Dia sedang berfantasi tentangku ! Apa aku sudah membuatnya menegang ?

Pak guru dengan keadaan telanjang bulat terus mengocok cepat penisnya yang besar itu sambil sesekali memejamkan mata dan mendongak keatas.

"Ayoohh sedd..iiikk.kiiithh llaag..ghi.. Saa...yanggh...uuhhh"

Pak guru makin cepat mengocok penisnya

"Sinh..ta..sshh aaahhh...aaahhhh...aahhh"

Tubuh pak guru menegang.

"aaaarrrhggghhhh"

'Croottttt '

Cairan sperma nya muncrat seperti menembak. Pak guru sudah selesai. Sebelah tangannya bersandar pada bak mandi dan ia kelihatan terengah - engah. Cepat - cepat aku kembali ke sofa dan berpura - pura mengoreksi. Bisa gawat kalau dia tahu kalau aku tadi mengintipnya sedang melakukan itu. Tak lama kemudian dia masuk dengan pakaian rapi.

Bersambung

Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang