Pikiran

16.5K 292 1
                                    

Sinta pov

Sekarang hari - hariku terasa bosan. Aku jarang bertemu Ferdy karena Bu Kirana selalu ada diruangannya bahkan saat sepulang sekolah. Hari libur pun aku tidak bisa ke apartemen Ferdy karena ia sibuk sebab ini sudah menjelang UN. Aku pun harus les tambahan. Setiap hari melihat mereka berjalan bersama, ah ini benar - benar menguji kesabaranku.

Otakku bertambah pusing melihat beberapa murid laki - laki memberiku setumpukkan surat cinta dan hadiah. Seperti biasanya, surat itu ku buang ke tong sampah sementara Caressa, Arini, dan Dessy berebut mengambil hadiah - hadiah itu.

Begitulah yang terjadi mulai dari masuk sekolah sebagai siswi baru sampai sekarang. Aku tidak berminat pada hadiah itu sebab ayahku selalu memberikanku hadiah, jadi aku tidak terlalu antusias menerima yang seperti ini dari para lelaki. Dan itu membuatku 'Sulit di dapatkan'.

Aku melamun menghadap keluar jendela.

'Dddrrrrtttt'

®kesini. Aku merindukanmu
®ok

Mungkin karena pikiranku yang kacau membuatku berjalan lesu ke ruangan Ferdy.

Ferdy pov

Karena Kirana terus datang ke lab kimia, aku tidak bisa bertemu dengan gadis manisku. Sekarang takkan kulewatkan karena aku sangat merindukannya walaupun chat ataupun video call setiap malam.

***

Aku heran mengapa mukanya begitu murung. Dia duduk di meja kerjaku dan mengayunkan kakinya. Ku tarik lengannya sehingga ia terhempas duduk di atas pangkuanku.

"ahhh Ferdy, apa - apaan ini. Kalau terjatuh bagaimana ?" Sinta sedikit marah.

"Aku merindukanmu. Apa kau tidak merindukan aku ? Heum ?" ku eratkan pelukanku di pinggang rampingnya.

"Oh, kau merindukan aku ? Ku kira kau melupakanku karena terus bersama Kirana yang genit itu." dia memajukan bibirnya.

"Kalau aku lupa, buat apa aku mengajakmu video call hingga larut malam ?" Sinta terdiam mendengarnya lalu ia menunduk.

"Bukankah itu menandakan bahwa kau begitu mencintaiku ?" bisikku di telinganya yang membuat pipinya menjadi merah.

"I love u." bisik Sinta.

"aku tidak dengar sayang." ucapku sambil membelai pipinya yang merah.

"I LOVE U FERDY !!! INI MENYEBALKAN !!!"

"Hey... Jangan berteriak nanti ada yang dengar..." Sinta malah membuang muka.

Aku tersenyum.

"Sinta, bila kau orang yang cemburu, ya sebenarnya aku juga begitu." Mendengar ucapanku Sinta terngaga dan langsung duduk menghadapku.

"Benarkah ? Siapa ? Pak guru cemburu sama siapa ?"

Pertanyaan macam apa itu ? Sejak dulu sudah sering ku lihat berbagai macam bentuk murid laki - laki di sekolah ini mendekatimu dan memberimu surat cinta dan hadiah. Aku memutar bola mataku.

"Tidak. Itu tidak penting."

"katakan !" Sinta meremas salah satu kerah kemejaku.

"tidak."

"pelit !" Sinta kembali membuang muka.

"Ketahuilah sepenuhnya tentang diriku sayang. Betapa aku menginginkanmu. Dan betapa aku mencintaimu." aku melingkarkan tanganku di bawah pundaknya.

Mendengar itu Sinta tersenyum. Melingkarkan tangannya dileherku, dan aku langsung melumat bibirnya yang telah lama aku rindukan.

Author pov

Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang