Kekecewaan

13.8K 306 0
                                    

Sekolah mulai sepi. Aku berdiri di pos satpam menunggu mobil Ferdy. Tak lama kemudian aku tersenyum melilhat mobil Rush hitam berhenti di depanku. Saat kaca mobil sebelah kursi kemudi terbuka, aku terkejut.

Mengapa ada Kirana di samping Ferdy ?!

"Kau belum pulang Sinta ?" tanya Ferdy pura - pura bodoh.

"Sebentar lagi Pak." jawabku.

"Ayo nanti aku antar."

"Tidak Pak terimakasih." Lalu aku duduk di kursi yang ada di pos satpam. Bagaimana mungkin sepanjang jalan aku akan menonton Kirana merayu Ferdy ???

Kaca mobil tertutup dan mobil Ferdy berlalu. Ya... Aku harus mengerti ini. Owh shit ! Ponselku kehabisan baterai. Bagaimana ini ? Aku pusing sendiri. Jadi aku duduk sejenak di pos satpam.

'Brruuummm'

Motor CBR hitam berhenti di pos satpam dan pengendaranya  bercakap - cakap dengan satpam tersebut.

Aku melangkah keluar dari pos satpam lebih baik aku toko buku dan pulang naik angkot saja. Aku tidak bisa menundanya terus karena sebentar lagi ujian akan dimulai.

"Hey Sinta. Belum pulang ?"

Apa aku tidak salah dengar ? Lelaki bermotor itu mengenalku ? Segera ku dekati motor CBR hitam itu. Lalu lelaki itu membuka helm.

"Sir Adrian ?" Aku sedikit terkejut.

"Hahaha. Kau tidak perlu terkejut begitu." Sir Adrian terkekeh.

"Kalau dia pake motor, tandanya hari ini Sir Adrian kesiangan,  neng." Pak Satpam menimpali.

"Ah, Pak Satpam..." Sir Adrian memajukan bibirnya.

"Oh gitu. Oke kalo gitu saya  duluan ya Sir..."

"Mari kuantar pulang. Naiklah."

"Tapi aku mau ke toko buku yang di mall Square dulu Sir..."

"Oh, kebetulan aku juga mau kesana. Ayo bareng. "

"Baiklah Sir." aku tidak menolaknya karena Sir Adrian juga ingin kesana.

***

Kursi belakang begitu tinggi. Jadi aku terpaksa duduk berhimpitan dengannya. Sir Adrian juga memintaku berpegangan agar tidak jatuh karena ia akan memacu kecepatan. Jalanan sangat ramai tapi tidak ada kendala bagi Sir Adrian. Ia terlihat begitu mahir mengendarai motor besar ini.

Saat lampu merah persimpangan, aku mengerutkan keningku. Sepertinya aku mengenal mobil itu. Ketika kulihat pada plat nomor, benar. Itu mobil Ferdy. Motor Sir Adrian pun berhenti tepat di samping mobil itu.

Dari luar kulihat dengan genitnya Kirana bergelayut dan bersandar di pundak Ferdy yang membuatku merasa muak.

"Sir, maju lagi saja. Di depan jalanan kosong. Nanti kita kena lampu merah dua kali."

"Ya... Kau benar juga." Sir Adrian menyalip mobil di depan kami dan maju ke depan.

Aku tidak ingin naik darah gara - gara menonton 'adegan' mereka. Lampu hijau menyala. Tujuan kami lurus sedangkan kulihat Mobil Ferdy belok ke kanan. Aku bernafas lega. Kesabaranku bisa habis kalau saja melihat Kirana genit dengan Ferdy dalam waktu yang lama.

***

Aku kehabisan uang karena membeli banyak komik dan novel. Untung saja ada Sir Adrian yang mengantarku pulang nanti. Terlihat Sir Adrian membeli beberapa buku yang berhubungan dengan materi Bahasa Inggris.

Aku menatap kosong melihat toko es krim yang ada di mall itu.

"Sinta, ayo makan es krim. Aku yang trakir." ucap Sir Adrian sambil menunjuk toko yang aku lihat tadi.

"benarkah ? Ayo !" Aku menarik tangan Sir Adrian. Tapi langsung kulepaskan.

"Em... Maaf Sir..." aku menunduk. Aku mengira Ferdy lah yang sedang bersamaku. Tapi nyatanya Ferdy malah menemani Kirana.

"Tidak apa. Ayo kita kesana." Sir Adrian menggosok ubun - ubunku sambil tersenyum.

Kami duduk bersama memakan es krim cone. Tiba - tiba Sir Adrian mendorong tanganku sehingga es krim yang ku pegang menghantam mulutku. Alhasil aku celemotan sekarang.

"Hahaha... Makanya jangan melamun." Sir Adrian terkekeh

"Sir !!! Ada Pak kepala sekolah ?!"

"Mana ???"

'Cplot'

Sekarang hidung Sir Adrian yang dipenuhi  es krim. Kini kami saling menertawakan satu sama lain.

***

Saat aku melangkah memasuki rumah, di ruang keluarga terdengar keributan. Aku pun segera datang kesana.

"Sinta, duduk disini." ibuku berkata seraya menepuk bantalan sofa di dekatnya.

Setelah mendengar kata - kata dari ibu dan ayahku, aku langsung berlaru mengunci diriku di kamar. Aku menangis. Bagaimana mungkin bisa aku yang di korbankan karena harus menikah dengan anak rekan bisnis ayah demi lancarnya bisnis keluargaku ? Ferdy ? Ya. Aku harus menghubungi Ferdy.

Ponselnya tidak aktif dan telepon rumahnya voice mailbox. Aku melompat dari jendela kamarku. Dan langsung ke apartemennya. Tapi dia tidak ada ? Ferdy... Kau kemana Ferdy... Aku menangis sambil duduk merangkul di depan pintu apartemen Ferdy hingga larut malam namun ia tak kunjung pulang.

***

Author pov

Pelajaran pertama hari ini adalah kimia. Sinta bergegas ke lab. Tapi Ferdy tidak disana. Lalu Sinta ke ruang guru. Tapi ia malah bertemu Kirana.

"Kau ingin mencari Ferdy kan ? Ikut aku."

Sinta mengernyitkan dahinya dan mengikuti Kirana hingga berhenti di tempat yang sepi.

"Ferdy hari ini tidak masuk. Dia pergi kerumah orang tuanya karena neneknya sedang kritis dirumah sakit."

Mengapa Kirana yang tahu ? Sedangkan aku sama sekali tidak dikabari ? Batin Sinta.

"Dan mungkin dia akan keluar dari sini." tambah Kirana.

"Apa maksudmu ?" Sinta menaikkan satu alisnya.

"Haha, tentu saja untuk mengelola perusahaan neneknya. Lagi pula ia akan bertunangan."
Kirana tertawa.

"Jangan sembarangan bicara kau." Sinta menatap Kirana tajam.

"Cup cup cup... Ternyata kau tidak tahu apapun tentang Ferdy." Ucap Kirana tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Sinta terdiam dan menunduk. Karena Kirana memang benar. Sinta tak tahu apapun tentang Ferdy.

"Apa kau tahu Sinta ? Bahwa aku, Ferdy, dan Adrian adalah teman masa kecil ?"

Sinta terkejut dan menatap Kirana.

"Biar aku ceritakan sedikit. Dulu sejak kecil Adrian dan Ferdy adalah patner. Adrian pun begitu menginginkan aku. Tapi aku tetap memilih bersama Ferdy. Saat hubungan kami berakhir, Ferdy memutuskan untuk pindah ke kota ini."

"Dan kau nekat menyusul kesini demi dia ?" Sinta memotong pembicaraan Kirana.

"Haha. Kau benar Sinta. Tapi itu terhalang karena Ferdy berpacaran dengan muridnya sendiri." Kirana memutar bola matanya.

Sinta terbelalak mendengar hal itu.

"Sejak kapan kau mengetahui itu ???" Sinta mengepal tangannya hingga gemetar.

"Tentu saja dari hari pertama masuk ke sekolah ini. Adrian yang memberitahuku." ucap Kirana dengan bangga.

"Apa ?! Sir Adrian ???" Sinta sangat kaget mendengarnya.

Permainan macam apa ini ??? Batin Sinta.

Bersambung


Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang