Chapter 19 : Jatuh Cinta

17.9K 319 1
                                    

"aaaarrrggghhhh !!!" aku memegang erat kemudiku dan membenturkan keras keningku diatasnya.

Begitu brengseknya aku !!!!

Aku mengutuk diriku sendiri.

***

Aku menikmati secangkir kopi dan angin malam di atas balkon. Kutatap langit malam dengan bulan purnama yang penuh bintang. Pikiranku dipenuhi oleh Sinta. Besok dia tidak akan lagi bersamaku sepulang sekolah.

'Aku mungkin telah jatuh cinta padanya...' batinku.

***

Upacara bendera akan segera dimulai. Aku sengaja turun ke lapangan lebih awal. Aku ingin mencari Sinta dan memintanya menghadap ke lab nanti untuk mengatakan perasaanku. Tapi gerombolan siswi ini mencegatku. Dalam hati aku berdecak kesal.

Tapi kebetulan Sinta melintas dan aku memanggilnya tapi dia memotong pembicaraanku. Namun perkataannya membuatku down. Dia memintaku untuk melupakan 'kejadian kemarin'. Well, aku sadar sekarang. Sinta hanya menganggapku sebagai gurunya semata. Dan aku mengindahkan permintaannya itu.

***

Aku sangat kelelahan menyelesaikan pekerjaan karena ini menjelang tengah semester. Kurebahkan tubuhku disofa untuk memejamkan mata sejenak.

***

Ku buka mataku. Aku kaget melihat Sinta duduk di lantai membelakangiku sambil memegang ponsel milikku. Aku menjahilinya dengan meniup telinganya dengan keras. Sontak ia terkejut dan ku rampas ponselku dari tangannya. Tapi... Sedang apa dia disini ? Bukankah dia bukan lagi asistenku ?

Pernyataannya membuatku gembira. Sinta ingin kembali jadi asistenku. Ferdy ! Sepertinya dia memberimu lampu hijau ?! Ingin aku mengutarakan perasaanku saat ini tapi aku ingat ada jadwal meeting dan memintanya kembali ke kelasnya.

***

Rapat selesai. Aku bejalan ke ruang guru untuk mengambil berkas. Di sebelahku terdapat wanita gendut dengan make up tebal dan berambut keriting. Ya, itu Miss Auren guru bahasa inggris. Mukanya terlihat manyun.

"Good afternoon mom" sapaku.

"oh... Pak Santo. Yes good afternoon" dia tersenyum genit.

"kelihatannya tadi lagi bad mood ?" ucapku sembari duduk. Dan mencari file yang aku butuhkan.

"Iya, rencananya hari ini pulang cepat. Tapi tidak jadi karena murid dikelasmu itu."

"siapa ?" aku mengangkat sebelah alisku.

"Sinta. Dia tertidur di pelajaran saya. Tidak mengerjakan PR pula ! Jadi saya memberi dia tugas dan menyuruhnya mengerjakannya hari ini juga sepulang sekolah. Saya sendiri heran. Pelajaran lain dia sangat pintar tapi mengapa dia begitu lemah di bahasa inggris ?" cerocos Miss Auren.

***

Bel pulang sekolah berbunyi.

Aku sudah tidak kuat. Aku ingin mengungkapkan perasaanku hari ini juga, agar dadaku tidak sesak lagi. Aku benar - benar jatuh cinta dan dibuat gila oleh anak itu.

***

Aku masuki kelas. Kulihat ia membenamkan wajahnya di lengan yang bersilang di atas meja. Kasihan...batinku.

Ku elus punggungnya. Dia terkejut akan kedatanganku. Aku sedikit menggodanya sebentar. Dan aku membantunya menyelesaikan tugas agar dia lekas ke lab kimia.

***

Mataku tertuju pada bibir Sinta yang asik memakan lolypop. Ditambah posisinya yang berdiri menungging dengan payudaranya bertumpu dengan meja.

'ssssssrrrr'

Shit ! Anak ini gampang sekali membuatku turn on ! Aku ingin sekali menggantikan permen itu dengan penisku lalu menyodoknya dari belakang.

"Pak !" tepukannya mengejutkan lamunanku.

Aku segera mengambil hasil tes lab siswa untuk di koreksinya dan kulihat Sinta akan terjatuh. Refleks aku menangkapnya.

Sial ! Adikku sepertinya tambah mengeras dibawah sana. Sinta jatuh ke pangkuanku. Aku memeluk pinggang rampingnya itu. Terasa bongkahan pantat Sinta menghimpit dan payudaranya yang besar menempel di dadaku sungguh kenyal sekali.

Mataku terbelalak melihat nya meneteskan air mata. Dengan nada cemas aku bertanya sambil sedikit mengguncang tubuhnya. Kemudian dia mendongak dan tersenyum mengatakan bahwa matanya kelilipan dan berterimakasih. Tapi aku tahu ada kebohongan dalan ucapannya itu karena senyumnya terlihat dipaksa. Aku mecoba menenangkan perasaanya dengan mengecup pelan keningnya.

'Ouch!'

Sepertinya Sinta terkejut aku menciumnya dan sedikit bergeser. Akibatnya pantatnya menggesek penisku yang sudah keras sedari tadi. Aku meringis dan tidak tahan lagi.

Melihatku seperti itu Sinta cepat - cepat berdiri dan mengambil kertas yang kususun tadi dan membawanya ke sofa untuk dikoreksinya. Aku berkata padanya ingin pergi ke ruangan lab sebentar. Sepertinya aku harus bermain solo hari ini.

Dengan posisi telanjang bulat aku berfantasi bersetubuh dengan Sinta di toilet lab. Ditengah perjalanan, aku mendengar pintu terbuka. Dari kaca toilet aku melihat Sinta karena pintu tidak kututup sepenuhnya. Masa bodoh. Aku sudah tidak tahan lagi.

Ku pikir Sinta segera pergi, tapi ku lihat dia masih menontonku bermansturbasi. Lalu dengan sengaja aku memanggil namanya di tengah mansturbasiku karena memang dia penyebabnya. Saat aku sudah di puncak, ku lirik di kaca toilet Sinta sudah tidak ada lagi.

***

Aku berusaha untuk stay cool. Aku duduk dimejaku dan melanjutkan pekerjaanku sambil berpikir bagaimana cara yang tepat untuk aku mengungkapkan perasaanku.

"Eng... Pak, ini ada..." Nah ! Saat yang tepat ! Aku langsung menghampirinya yang duduk di sofa. Ku dekatkan tubuhku. Dengan alasan menutupi kertas jawaban itu aku belai lembut rambut panjangnya yang menutupi pipinya yang merah itu dan meletakkanya di telinganya. Sinta sedikit tertawa karena merasa geli. Itu membuatku semakin gemas.

Ku dekatkan wajahku, aku ingin membisikinya bahwa aku mencintainya. Tapi saat baru mendekat dia melengos dan mengalihkan suasana.

Ya. Dia hanya menganggapku gurunya. Mungkin tujuannya menjadi asistenku adalah untuk nilai tambahan. Aku lah yang brengsek. Aku yang tidak bisa menjaga wibawaku sebagai guru. Aku sangat malu pada diriku dan Maafkanlah karena aku bukanlah guru yang baik.

"Terserah kamu." hanya itu yang aku katakan. Aku akan berusaha untuk melupakan perasaanku.

***

Sejak saat itu, aku memperlakukannya biasa saja seperti murid. Hanya bicara seperlunya saja. Sepulang sekolah pun aku menyuruhnya pulang.

Aku berharap dia dengan sendirinya meminta berhenti jadi asistenku. Karena aku ingin membuang perasaan ini. Toh, dia juga tidak memiliki perasaan padaku. Dia pintar. Jadi sudah pasti aku memberinya nilai yang tinggi. Tapi kuakui aku masih memikirkannya kadang juga aku merindukannya.

Pekerjaanku sudah selesai.

'Kreeeek'

Aku mendengar ada yang membuka pintu lab dan benar. Itu Sinta. Seperti biasanya aku menyuruhnya pulang. Toh, ada sopir nya yang selalu antar jemput.

***

Gedung ini sudah sepi. Dari ujung koridor aku melihat murid berambut panjang di depan pintu masuk yang terbuat dari kaca, sepertinya sedang uring - uringan. Aku penasaran mengapa ia belum pulang dan aku mendekatinya.

Saat jarak satu meter kulihat dia hendak berlari menerobos hujan. Segera ku tarik lengannya dan ia menoleh.

Mataku terbelalak ketika aku melihat wajah Sinta. Matanya bengkak serta pipinya penuh air mata...

Bersambung




Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang