Salah atau benar?

27.1K 438 0
                                    

Raut wajahnya masih tertera banyak kesedihan. Biarpun aku tidak tahh apa yang dia alami, namun tetap aku tidak bisa membiarkannya sendirian seperti ini. Semriwing angin sepoi - sepoi di atas balkon pun membuatku ikut terlelap.

Perlahan ku buka kedua mataku. Ini bukan di atas balkon. Kusadari aku tengah terbaring di atas tempat tidur. Pasti pak guru yang sudah menggendongku dari atas balkon dan dipindahkan ke kamarnya. Dengan membayangkannya mukaku yang putih seketika menjadi merah padam.

"Sudah bangun?" suara pak guru mengejutkanku.

Mataku terbelalak melihat ia hanya memakai handuk bewarna putih dibawah pusar dan diatas lutut. Dengan cepat kututup wajahku dengan selimut karena aku malu.

"Iiihhhh Pak guru kok ga pake baju !!!"

"Haha kan yang penting pake handuk." dia malah cekikikan.

"Pake celana dong !!! Malu tau !!?!" mukaku masih kututup selimut.

"Hihihi aku yang telanjang kok kamu yang malu Sinta ? Kan aneh ?" Ia makin cengingisan menggodaku.

"Pokoknya buruan pake baju !" aku mulai kesal.

"Iya iya. Udah kok. Sumpah."

Perlahan ku buka selimut yang menutupi wajah ku. Pak Guru sudah memakai celana hitam panjang. Tapi ia tidak memakai baju. Mataku takjub menatap tubuhnya. Karena di sekolah Pak guru selalu memakai kemeja lengan pangang yang lebar, aku baru mengetahui ternyata tubuhnya sangat seksi. Dadanya bidang dengan perut berotot. Serta lengan yang tegap. Pasti ia suka gym ? Aku jadi terbayang saat ia memelukku tadi.

"Menikmati pemandanganmu, Nona ?". Pak guru tersenyum menyeringai ke arahku.

Astaga ! Pak guru mengetahui kalau aku tadi memandangi tubuhnya. Apa ia sengaja pamer? Hmmm...

"Apaan sih. Udah ah aku mau pulang." ucap ku dengan muka cemberut.

Pak guru yang tadinya berdiri menyandar di lemari duduk disampingku dan tersenyum.

"Terimakasih untuk hari ini. Kamu banyak membantu aku. Maaf aku membuatmu berbohong di depan nenek tadi. Nenekku punya penyakit jantung akut dan aku tidak mau terjadi apa pun pada nenekku. Tapi nanti perlahan aku akan jelaskan yang sebenarnya. Jadi kamu tak perlu khawatir." pak guru menunduk.

Sepertinya Pak guru amat menyayangi neneknya itu.

"Tidak apa kok Pak. Saya bisa ngerti." Aku melebarkan senyumku.

"Soal di balkon tadi... Aku minta padamu untuk merahasiakannya pada siapapun. Jika kamu tidak ingin lagi membantuku di Lab kimia, tidak apa. Tapi aku tetap berterimakasih atas bantuanmu selama ini."

Aku terdiam. Sekilas aku senang karena aku tidak lagi kerepotan dan pulang terlambat. Tapi... Aku jadi tidak bisa bersama dia lagi ? Aku pun tidak bisa lagi dekat dengannya...

"Sinta ?" Lagi lagi pak guru memecahkan lamunanku.

"Hahaha kamu ini suka sekali bengong ya?" Ia kembali menggodaku. Tapi aku senang melihat Pak guru tersenyum.

"Ah Pak guru..." aku tersenyum malu - malu.

Telapak tangannya menggosok ubun - ubunku.

"Senyumanmu hangat. Kamu begitu manis saat tersenyum."
Aku tersipu mendengar ucapannya.

"Kamu murid ku yang paling pintar. Aku bangga menjadi gurumu."
Aku tersentak seketika. Murid ? Guru? Perhatiannya padaku hanya sebatas guru yang sayang pada muridnya. Aku sudah tersadar bahwa perasaanku ini akan berakhir sia - sia. Dan mungkin inilah akhirku.

Pak guru lalu beranjak dan mengambil jaket yang digantung di dekat lemari.

"Mari kuantar pulang" ucapnya sambil mengenakan jaket di tubuhnya yang seksi itu. Aku hanya mengangguk.

***

Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Pikiranku berlayar entah kemana. Tiba - tiba pak guru berhenti. Aku bingung dan menoleh ke arahnya.

Cinta Terlarang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang