Part 46 : This is Ending?

17K 722 27
                                    

"Non Mika, makan dulu."

"Nggak mau bi, bi Salma aja yang makan. Tadi saya udah makan."

"Tapi non belum makan siang tadi."

"Kita harus hemat bi, kita udah nggak punya apa-apa lagi." ucap Mikaela parau kembali memandangi sekeliling rumah megah yang akan segera ia tinggalkan. Rumah itu bukan haknya lagi. "Jadi kapan kita harus ninggalin rumah ini bi?"

"Kata pak Danu, kita cuma diberi waktu satu Minggu buat ngosongin rumah ini non."

Memejamkan matanya, Mikaela berusaha kuat menghadapi semua hal buruk yang menimpanya. "Bi...saya bakal kasih separuh asuransi saya untuk bi Salma sama pak Tarjo. Bi Salma bisa bikin usaha kue di kampung bibi."

Bi Salma mendekat ke arah Mikaela dan duduk disampingnya. "Bi Salma mau ikut non aja, non tau kan bi Salma nggak punya siapa-siapa lagi."

Mikaela tau, bi Salma dulunya adalah janda satu anak. Anaknya meninggal karena sakit demam berdarah sebelum bi Salma bekerja dirumahnya. Seharusnya anak bi Salma lebih tua daripada Mikaela.

"Tapi saya sekarang nggak bisa gaji bi Salma lagi."

"Saya nggak butuh gaji non, saya udah anggap non sebagai anak saya sendiri. Non bakal saya rawat seperti anak sendiri. biarin saya ikut kemanapun non pergi ya."

Mikaela menangis lagi. Entah sudah berapa kali Mikaela menangis  minggu ini, tapi air matanya tidak kering juga, membuat Mikaela lelah. Dia memeluk bi Salma erat. "Kemanapun bi?"

"Iya non kemanapun," bi Salma mulai ikut menangis.

"Ayok bi kita pergi dari sini, dari rumah ini."

.

Begitu sampai di Jakarta, tidak menunggu istirahat. Darren langsung melajukan mobilnya secepat kilat ke rumah Mikaela. Dia tidak ingin membuang-buang waktu semetara Daffa sedang sekarat di rumah sakit.

Tetapi begitu sampai di rumah Mikaela, dia tidak menemukan cewek itu, yang dia temui hanya pak Tarjo, supir Mikaela yang sedang beberes memasukan banyak barang ke dalam sebuah mobil pick up dan dari pak Tarjo Darren mengetahui hal yang benar-benar memukul hatinya.

Sambil menangis Pak Tarjo bercerita pada Darren.

"Rumah kami udah disita bank mas, pak Marta sudah meninggal beberapa hari yang lalu. Saya nggak tau non Mikaela pergi kemana, setelah ngasih saya uang pesangon untuk pulang kampung, saya udah nggak ketemu non lagi. Saya khawatir sekali sama non Mika mas, kalau misalnya mas Darren nemuin non Mika, tolong kabarin saya ya."

Ucapan pak Tarjo terngiang-ngiang di telinga Darren. Dia memacu mobilnya lebih cepat ke sekolah Mikaela. Untung saja dia pernah bersekolah disana. Jadi dia tau persis harus mencari Mikaela dimana.

Dia menanyakan Mikaela ke ruang guru ternyata Mikaela tidak datang ke sekolah hari ini dan yang paling membuat Darren terkejut adalah Mikaela sudah dinyatakan keluar dari sekolah itu. Dia berlari mencari kedua sahabat Mikaela. Berharap kedua cewek itu masih berada dalam kelas. Karena jam memang sudah menunjukkan waktu pulang.

Darren tidak menemukan keduanya di dalam kelas. Dia kembali berlari ke ruang guru untuk menanyakan alamat Tiwi dan Siska.

Setelah mendapatkannya Darren langsung menuju rumah keduanya. Tidak harus ke rumah Tiwi karena ternyata gadis itu sedang bersama Siska dirumahnya. Dan mereka sedang menangis.

"Mau apa Lo dateng?"

"Dimana Mikaela?"

"Lo masih peduli sama dia?"

"Dimana Mikaela?!!" Darren berteriak frustasi.

"Kalau kita tau dimana dia sekarang, nggak mungkin kita nangis karna khawatirin dia!" bentak Siska tak mau kalah.

TWINS D √ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang