Begitu membaca pesan dari Daffa, Mikaela langsung berlari keluar tanpa menggunakan jaket dengan rambut yang masih setengah basah. Ia memakai baju tidur lengan pendek yang membuat kulitnya tertembus dinginnya angin malam.
"Masuk ke dalem aja kak, di luar dingin banget." Ajak Mikaela sambil mengusap-usap lengannya setelah melihat Daffa yang sepertinya juga ikut kedinginan.
"Disini aja, aku cuma sebentar." Jawab Daffa menatap Mikaela lekat sambil tersenyum.
Hawa tajam seperti es semakin menusuk-nusuk kulit, Mikaela merasakan sesuatu yang aneh pada Daffa. Tatapan cowok itu berbeda dari biasanya. Tatapan yang sangat terluka.
Daffa tidak mau membuang banyak waktu, dia harus mengatakannya sekarang juga.
"Apa kamu masih cinta sama aku?"
Akhirnya Daffa menanyakan hal yang takut untuk Mikaela jawab. Mika tau, mau tidak mau pasti akan Daffa tanyakan padanya, dan mungkin ini saatnya Mikaela memberi jawaban yang tegas pada Daffa, walau jawaban itu akan menyakiti Mikaela ataupun menyakiti hati Daffa, tapi dia harus jujur pada Daffa dan juga pada hatinya.
"Aku..."
"Jawab iya atau nggak."
Daffa memotong ucapannya. Mereka sama, tidak Darren tidak Daffa, kenapa dua cowok itu suka sekali memotong kata-kata Mikaela dan memerintah sesuka hati mereka.
Kenapa mereka selalu tidak bisa mendengarkan penjelasan Mikaela terlebih dahulu?
"Mikaela.."
"Aku minta maaf kak." Kini giliran Mikaela yang memotong ucapan Daffa.
Daffa tertawa hambar. "Itu artinya--"
"Aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi sama kakak, aku cuma bisa minta maaf."
"Cowok itu Darren?"
Mikaela menatap Daffa meminta penjelasan.
"Cowok yang udah gantiin posisi aku dihati kamu."
Satu anggukan Mikaela menjawab segalanya.
Mata Daffa panas. Ada rasa sesak dalam paru-parunya seperti dihimpit tembok besar di kedua sisi yang membuatnya susah bernapas. Ia menengadah, menatap langit berharap hujan akan segera turun untuk menyamarkan matanya yang memerah.
Mati-matian Daffa menahan air mata agar tidak tumpah.
"Maaf kak.. maafin aku." Mikaela mencoba untuk tidak menangis juga, dia masih ingat janjinya pada Darren tidak akan menangisi cowok lain. Mikaela bukannya masih mencintai Daffa. Tapi dia adalah cewek yang cengeng dan sensitif.
Bagi Mika, jika ia melukai orang lain, sama saja ia melukai diri sendiri. Apalagi ketika dilihatnya wajah pias Daffa yang menatap langit dengan putus asa.
"Huh, lega ya?" Daffa tersenyum setelah mengucapkan kalimat itu. "Akhirnya kamu bisa jujur, aku juga bisa jujur." ucapnya dengan suara bergetar.
"Kak Daffa?"
"Ya."
"Apa disini sakit?" Mikaela menunjuk dada Daffa dengan telunjuknya.
Sambil tersenyum, Daffa hanya membalasnya dengan pertanyaan balik. "Apa kamu juga ngerasain?"
"Ya, disini sedikit sakit kak." ucap Mikaela jujur, menarik tangannya dan menunjuk ke dadanya sendiri.
Wajah Daffa seketika berubah. "apa kamu cinta sama Darren?"
Mikaela menganggukan kepalanya mantap.
"Apa kamu bahagia sama Darren?"
Cewek itu mengangguk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS D √ [COMPLETED]
Fiksi Remaja( 15+ ) Darren dan Daffa, si kembar identik yang berbeda. Daffa yang tidak populer dan tertutup harus tinggal kelas sebanyak 2 kali karena sakit. Dua keberuntungan Daffa di sekolah adalah memiliki sahabat setia bernama Rendy dan ditaksir cewek cant...