Sinar bulan terpantul dengan indah ke kolam renang yang akan Mikaela dan teman-temannya gunakan untuk pesta barbeque malam ini. Mereka sudah merencanakan sejak pulang dari virgin beach tadi.
Taman belakang yang menghadap ke pepohonan, dan lautan yang masih nampak, serta lampu-lampu yang berada dekat pantai menambah indahnya pemandangan malam. Villa mereka ini terletak sedikit lebih tinggi sehingga dapat melihat apapun yang ada di sekitarnya.
Daffa dan Rendy sibuk menyiapkan alat untuk memanggang daging dan sayuran. Sedangkan para cewek sibuk memotong-motong bahan yang akan dipanggang sambil berceloteh ria satu sama lain.
"Jangan besar-besar Tiwi, nanti dagingnya nggak mateng." omel Siska.
"Biar aja sis, biar rasanya lebih juicy."
"Lo kira ini daging khas dalem yang empuk itu." Siska mengetok kepala tiwi dengan wortel.
Mikaela dan Zania hanya tertawa.
"Pake jaketnya, nanti dingin."
Suara berat Darren terdengar. Ia muncul di hadapan Mikaela sambil memakaikan jaketnya yang super besar pada Zania.
Mika hanya bisa memandangnya iri. Mikaela juga ingin diperlakukan seperti itu.
"Aw."
Tak sengaja tangan Mikaela tertusuk pisau pemotong sayurnya karena bengong memandangi Darren.
Melihat itu, Daffa dan Rendy meninggalkan panggangannya.
"Kamu nggak apa-apa?"
"Lo ga apa-apa Mik?"
Ucap mereka berbarengan kemudian saling pandang. Rendy membuang muka ke arah lain ketika Daffa memandangnya.
Daffa langsung mengusap jari telunjuk Mikaela menggunakan sweter coklat yang ia pakai. Kemudian memasukkan jari itu ke mulutnya. Daffa menghisap darah yang masih tersisa.
"Aku nggak apa-apa kak." Mikaela menarik tangannya merasa canggung. "Cuma luka gores aja"
Rendy sudah kembali menyibukkan diri dengan panggangannya.
"Apa sih Mik yang Lo pikirin? Tadi mau jatuh, sekarang ketusuk pisau." Siska memarahi Mikaela yang hanya direspon cengiran oleh cewek itu.
"Ceroboh." ucap Darren sinis menatapnya tajam.
Mikaela mencebik. Ini semua kan gara-gara dia? Salah siapa mesra-mesraan depan gue. Batinnya.
Pisau yang sedari tadi Mika pegang, ia taruh karena merasa kesal lalu pergi membantu Daffa dan Rendy.
"Jangan gitu sayang, kasian Mika." bela Zania.
Darren tidak peduli, yang ia tau, cewek itu memang ceroboh.
"Api udah jadi nih, buruan bawa sini dagingnya." teriak Rendy.
Mereka membakar daging dekat dengan pondokan yang beralaskan tikar. Pondokan itu seperti gubuk yang dibangun di atas rerumputan yang hijau.
Darren mengambil alih pekerjaan Daffa memanggang daging. Dia tidak ingin saudaranya itu kelelahan.
"Duduk sana, biar gue yang manggang." Ucapnya merebut kipas dan kayu yang digunakan untuk membolak balik arang.
Dengan suka rela Daffa menyerahkan tugasnya itu pada Darren dan duduk di samping Mikaela yang memilih berselonjor di rerumputan daripada di pondokan yang rendah.
"Kamu kedinginan?"
Mikaela menggeleng. Sebenarnya ia sedikit kedinginan, hanya sedikit, karena ia memakai sweter rajut warna biru favoritnya, jadi baginya cuaca tidak terlalu dingin malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS D √ [COMPLETED]
Roman pour Adolescents( 15+ ) Darren dan Daffa, si kembar identik yang berbeda. Daffa yang tidak populer dan tertutup harus tinggal kelas sebanyak 2 kali karena sakit. Dua keberuntungan Daffa di sekolah adalah memiliki sahabat setia bernama Rendy dan ditaksir cewek cant...