Kesal, marah, kangen. Hal itu yang dirasakan Mikaela ketika mendengar suara bariton seorang cowok disebelahnya. Tanpa menengok ia tau siapa yang ada disampingnya sekarang.
Dengan cepat Mikaela berdiri, pergi dari tempatnya berteduh. Tidak peduli jika dirinya harus basah kuyup karena hujan yang sudah lumayan deras mengguyur jalanan.
Ia menyetop taksi yang lewat begitu saja dan masuk ke dalam taksi itu, sempat dia menengok ke belakang hanya untuk melihat cowok yang membuat dirinya tidak dapat bernafas dengan normal.
Dan ternyata Darren hanya diam di tempat tanpa mengejarnya. Menyesal Mikaela sudah merindukan cowok itu. Nyatanya Darren tetap tidak peduli padanya.
Lagipula kenapa Mikaela melarikan diri? Tentu saja karena cowok itu muncul seenaknya setelah apa yang dia lakukan pada Mikaela, padahal setiap hari Mikaela hanya memikirkan Darren seorang. Mikaela sangat marah.
Dia tidak mau bertemu dengan Darren. Apalagi dengan keadaan kacau seperti sekarang. Dan lagi, dia sedang menangisi cowok lain, karena telah melukai hati Daffa.
Mikaela sebenarnya menyesal pergi begitu saja tanpa mendengarkan penjelasan Darren. Ingin berhenti dan kembali tapi gengsi. Lebih baik Mikaela pulang, mandi dan tidur. Bajunya sudah basah terkena air hujan. Dia tidak ingin sakit nantinya jika tidak segera mandi.
.
Darren heran kenapa Mikaela berlari meninggalkannya dan dengan bodohnya cewek itu menerjang hujan untuk menghentikan taksi. Padahal kalau ingin, dia bisa saja mengantar Mikaela pulang. Mobilnya sudah terparkir manis disamping toko tempat mereka berteduh.
Darren tidak ingin buang-buang waktu mengejar Mikaela, apalagi harus basah-basahan seperti dalam drama, dia tidak sekonyol itu.
Tapi Darren cukup kesal ketika mendapati Mikaela menangisi Daffa lagi. Walau dia tau alasannya mungkin karena dia tidak tega dengan Daffa. Tapi tetap saja Darren merasa tidak rela.
Sebenarnya begitu sampai di rumah dan mendengar dari Ibunya bahwa Daffa baru saja pergi ke sekolah Mikaela. Darren mencari alasan untuk keluar rumah. Dia langsung tancap gas ke sekolah Mikaela. Dan memang benar, Daffa sedang menunggu Mikaela disamping mobilnya.
Darren menjaga jarak, tapi tetap ditempat yang bisa mengawasi Daffa. Sudah beberapa kali ini Darren bertingkah seperti penguntit, dia selalu membuntuti Daffa dan Mikaela seperti di Bali Minggu lalu.
Tak lama, ia dapat melihat sosok Mikaela berjalan ke arah mobil jemputannya. Mikaela dengan centil menggerak-gerakan rambut panjangnya yang terurai ke belakang membuat Darren tersenyum melihatnya. Tapi berubah menjadi kesal karena hampir semua mata cowok disana melihat ke arah Mikaela.
Terlihat Daffa dengan girang berjalan mendekati Mikaela, Darren tidak tau apa yang mereka bicarakan. Tetapi setelahnya Darren tau ketika supir Mikaela meninggalkan cewek itu dan dengan santainya berjalan dengan Daffa ke arah penjual eskrim.
Darren menunggu, mereka menghabiskan waktu berdua, memakan eskrim bersama dan mengobrol hal yang tidak Darren ketahui.
Wajah Daffa terlihat pucat, ada raut kesedihan di wajah kembarannya itu. Apa Mikaela sedang menolaknya?
Antara senang dan tidak tega Darren melihat Daffa.
Hampir satu jam mereka duduk bersama, wajah Daffa semakin tidak terbaca. Darren jelas tau wajah Daffa menyiratkan kesedihan dan kekecewaan, serta kebahagiaan, Darren tidak tau yang mana yang lebih mendominasi.
Mikaela terlihat berdiri dan mengucapkan sebuah kalimat pada Daffa sebelum dia pergi meninggalkan Daffa sendirian. Ingin rasanya Darren menghampiri Daffa, dia merasa tidak tega melihat cowok yang satu rahim dengannya terdiam seperti patung dengan tatapan hampa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS D √ [COMPLETED]
Fiksi Remaja( 15+ ) Darren dan Daffa, si kembar identik yang berbeda. Daffa yang tidak populer dan tertutup harus tinggal kelas sebanyak 2 kali karena sakit. Dua keberuntungan Daffa di sekolah adalah memiliki sahabat setia bernama Rendy dan ditaksir cewek cant...