Part 1 : Meet

20.4K 998 42
                                    

Darren tidak tahu apa yang terjadi, hanya saja di hari pertama menggantikan Daffa, dia dipertemukan oleh orang yang sepertinya pernah dia lihat.

Seorang cowok; ganteng, tinggi, berwajah tirus dan punya postur semampai (mungkin umurnya sekitar 18 tahun untuk hitungan rata-rata usia kelas 3 SMA).

Dan Darren ingat fitur cowok ini, yang memang pernah muncul di rumahnya dengan kesan yang sedikit tidak elit.

Serta merta Darren langsung menarik lengan cowok itu ke arah taman sekolah yang masih terlihat sepi.

"Hoi, kenapa sih? Kalau lo megang tangan gue seintim itu yang ada kita dikira homo," tegur si cowok.

Darren melepaskan tangannya dengan ekspresi jijik yang kentara.

"Elah... Manis banget sampe nyari tempat sepi buat ngobrol berdua," ujar cowok itu sambil mengedipkan satu matanya.

Darren melepas kacamatanya. "Lo kenal gue?" tanyanya.

"Ultramen?"

"Gak lucu!"

"Jangan sinis gitu dong. Gue takut nih, berasa istri yang lagi diintimidasi suami gitu," ucap cowok itu sok manis.

Menjijikan.

"Gue ingat kalau lo pernah dateng ke rumah gue, dan lo teriak macam banci pas lihat gue ada dua trus pingsan gitu aja."

Ouch! Ingatan yang bagus Darren.

Cowok itu langsung gelagapan.

"Oh, oke. Jadi kenapa lo tiba-tiba ngungkit masalah itu lagi?" tanyanya gusar. "Lo mau nyebarin cerita memalukan kalau gue pingsan itu untuk ngancam gue? Lo pengen popularitas gue turun dan meras duit gue? Ya lord, gue abis beli komik lima dus untuk koleksi rak buku yang baru gue beli kemarin, Daffa!"

Darren tidak menjawab. Sebaliknya dia menatap si cowok dengan tatapan yang terlampau sinis.

"Err, ya, gue bohong sih. Jadi lo mau dibeliin apa? Cilok? Siomay? Batagor kuah? Mie ayam? Atau apa? Please, apapun bakal gue turutin asal lo nggak nyebarin cerita memalukan itu di sekolah," katanya, nadanya resah. "Inget, Daff,  persahabatan kita bisa putus kalau lo ngelanggar itu."

Darren mendesah. "Gue bukan Daffa."

"Dan gue bukan Rendy. Gue adalah peri khayangan yang jatuh miskin dan dibuang ke bumi," balas cowok yang bernama Rendy itu dengan tampang serius.

"Ya udah, kayanya gue salah orang. Permisi."

Darren malas menanggapi orang bodoh itu dan hampir meninggalkannya sebelum dia merasakan pundaknya dicengkeram kuat.

"Darren?" ulang Rendy, akhirnya sadar.

.

"Jadi Daffa sekarang dibawa ke Singapura?" tanya Rendy sambil menyeruput es jeruknya. Mereka berdua sedang menikmati jam istirahat sambil melahap satu mangkok bakso.

Yah, berdua.

"Kenapa lo cuma makan sepotong bakso? Ini enak, ayo, makan lagi," suruhnya.

"Nggak, buat lo aja."

Sebenarnya Darren sangat malas dengan orang macam Rendy. Tapi mau bagaimana lagi, setahunya baru Rendy saja orang yang pernah diajak Daffa ke rumah. Dia mengenal Rendy ketika pulang ke Indonesia pada saat liburan semester. Rendy dan Daffa sedang mengobrol di kamar dan turun untuk minum. Saat itu Rendy yang melihat Darren langsung pingsan karena mengira kalau yang dilihatnya adalah hantu.

Akhirnya setelah dia siuman Daffa menceritakan semuanya, bahwa mereka adalah saudara kembar.

Sekarang Darren butuh bantuan Rendy untuk mengetahui siapa saja teman Daffa di sekolah, apa saja kegiatan Daffa dan bagaimana cara dia bergaul.

TWINS D √ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang