Cerita tidak lengkap dan sudah tersedia ebooknya. Maaf untuk beberapa part sudah saya hapus.
*****
"Aku menantangmu untuk berkenalan dengan pria itu dan bertanya mengenai apa kejadian paling memalukan dalam hidupnya. Jika kamu gagal, maka bersiaplah untuk mentraktirku selama 3 hari, sebaliknya, jika kamu berhasil maka aku yang akan mentraktirmu." Anet segera menjabat tangan Elma, sahabatnya. Sedari tadi mereka sedang mengintai seorang laki-laki. Lelaki yang memaki jas berwarna hitam dan kemeja biru itu, terlihat sibuk dengan ponselnya hingga tak peduli dengan keramaian yang berada di sekitarnya.
Tanpa pikir panjang, Anet berjalan mendekati lelaki tersebut. Anet berdeham, menarik perhatian sang pria yang akan membantunya untuk mendapatkan makanan gratis selama 3 hari.
Satu kali percobaan dan Anet masih belum berhasil untuk menarik perhatian pria yang menurutnya sok jual mahal itu. Anet merasa kalah cantik dengan layar ponsel, ia tak dilirik sama sekali.
"Ahem, Om, ada cewek cantik di sini masa di diemin." Kali ini Anet berhasil menarik perhatian sasarannya. Anet menampilkan senyum terbaiknya, ia mengulurkan tangannya, berharap mendapat sambutan hangat dari pria di hadapannya.
Lima detik Anet mengulurkan tangannya dan masih tak ada sambutan. Anet ingin sekali memaki pria asing itu. Tapi ia menahan diri, ia membayangkan makanan yang ia peroleh jika mampu berkenalan dengan pria sok jual mahal ini.
"Nama om siapa?" tanya Anet, ia sudah menarik tangannya, ia tak mau bertambah malu lagi dengan menunggu respon dari pria itu.
Hening...
Anet tak mendapat jawaban apapun dari orang yang diajaknya bicara, Anet berpikir bahwa mungkin pria ini bisu dan tuli, bisa saja Elma sedang mengerjainya.
"Om!" Anet menaikkan volume suaranya, ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang tertuju ke arahnya. Ini semua demi makanan dan menaklukkan tantangan. Anet tidak akan pernah mundur dari tantangan yang diberikan padanya, ia yakin ia bisa menaklukkan yang satu ini.
Pria yang masih belum Anet ketahui namanya itu mengorek telinganya, suara Anet sepertinya telah mengganggu indra pendengarannya.
"Aku bukan om-mu, Adik kecil. Jangan ganggu kakak, kakak sedang sibuk telpon. Bermainlah dengan teman sebayamu."
Anet tidak terima dibilang anak kecil, ia memang bertubuh mungil tapi itu bukan berarti bahwa ia terima jika samakan dengan anak-anak.
"Begini ya Om, aku sudah 20 tahun bukan anak kecil lagi. Sekarang Om sok jual mahal, bisakah Om katakan saja siapa nama Om. Tenang saja, aku tidak akan menggunakan nama Om untuk investasi bodong, aku juga tidak akan mengirim guna-guna ke Om."
"Sudah aku bilang aku bukan om-mu, menjauh dariku."
Tanpa berpikir dua kali Anet menendang tulang kering pria itu, Anet tak tanggung-tanggung saat menendang, ia menggunakan seluruh tenaganya.
"Dasar om tua sok jual mahal, kalau tidak mau diajak kenalan bilang saja, tidak perlu mengataiku anak kecil."
Anet meninggalkan pria yang kini tengah memegangi kakinya karena terkena tendangan Anet. Anet menggerutu ketika menghampiri Elma, ia masih marah pada pria yang menurutnya sok jual mahal itu. Menyadari emosi Anet, Elma menutup mulutnya untuk meredam tawa yang keluar. Ia melihat dan mendengar semua yang Anet dan pria itu katakan karena mereka berbicara cukup keras.
"Traktir 3 hari ya." Anet mendelik pada Elma. Tapi ia tak mengatakan apapun, ia tahu ia kalah. Lagipula Anet juga tak mau kembali ke pria yang tadi mengatainya.
"Aku menemui kakakku dulu." Elma mengangguk dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya. Anet menghampiri sepasang pengantin yang sedang bermesraan. Anet memutar matanya ketika melihat kakak iparnya mencium pipi kakaknya. Mereka memang sudah sah tapi Anet rasa mereka tak perlu bermesraan di depan jomblo seperti dirinya.
"Kak Al, teman Kak Ed menyebalkan, aku sudah mendekatinya, tapi dengan sombongnya ia tetap tak menganggapku, aku hanya ingin berkenalan dengannya dan ia justru bilang, 'Adik kecil, jangan ganggu kakak, kakak sedang sibuk menelpon. Bermainlah dengan teman sebayamu,' greget, Kak! Dia pikir aku anak SD apa," ujar Anet pada kakaknya.
"Temanku yang mana? Beruntung dia bisa lolos dari monster kecil sepertimu," balas Ed menyulut emosi Anet. Anet menatap kakak iparnya itu dengan tajam, pria itu menyebalkan dan ia masih tak mengerti kenapa kakaknya mau menikah dengan orang seperti Ed.
Anet mengepalkan tangannya, jika saat ini mereka tidak berada di tempat ramai seperti sekarang, Anet sudah pasti akan melayangkan bogem mentahnya pada wajah kakak iparnya yang menyebalkan itu. Ed justru tersenyum meremehkan pada Anet, ia seperti menantang Anet untuk menyerangnya. Anet kesal, tidak kakak iparnya tidak pria sok jual mahal itu semuanya sama, menyebalkan dan membuatnya emosi.
Anet menarik napas panjang, menenangkan dirinya. Ia tidak mungkin membuat kegaduhan dengan menyerang sang pengantin pria. Nanti dia dikira mantan yang tak rela dengan pernikahan ini.
"Itu lelaki yang memakai kemeja biru dan jas hitam, dia temanmu kan? Dia sama menyebalkannya denganmu." Anet menunjuk seorang pria yang terlihat masih sibuk dengan ponselnya.
"Oh, itu Bian. Dia memang sedikit dingin jika baru pertama bertemu, tapi orangnya sebenarnya cukup humoris." 'humoris apanya?' batin Anet kesal. Selama tadi berbicara dengannya, Anet tak menemukan unsur humoris sedikitpun dalam diri pria bernama Bian itu.
"Dia galak," ucap Anet. Matanya entah kenapa kembali tertuju ke Bian.
"Kak, Anet mau cari makan dulu, cacing-cacing di perut sudah minta nutrisi." Anet berlalu meninggalkan sepasang pengantin baru itu. Niatnya ia ingin mencari makanan, tapi ia tergoda untuk kembali menghampiri Bian.
"Om Bian, kenalan dong Om."
"Kamu lagi, Anak kecil, sudah aku bilang menjauh dariku, apa kamu tak tahu apa itu pengusiran?" Anet tentu saja kesal, tapi ia memasang senyumnya.
"Tahu, Om, tapi muka Om lucu kalo marah begitu. Om pasti cepat tua nanti, kasihan istri Om Bian, dia masih cantik omnya sudah... Ehm gimana ya Anet bilangnya."
"Kamu mau pergi atau aku akan membuatmu menyesal telah berurusan denganku."
"Memangnya Om mau melakukan apa?" bisik Anet di telinga Bian, Anet justru semakin mendekatkan tubuhnya pada Bian, Anet bisa mencium aroma parfum yang lelaki itu gunakan. Hangat tubuh Bian entah kenapa membuatnya nyaman.
"Menjauh dariku, aku tidak suka dekat-dekat dengan wanita—"
"Om gay?!"
*******
Ada yang nungguin ceritanya Anet? Apdet sesuka hati ya, kdng sok sibuk sayanya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing Mr. Gay
Romance'Gay sialan, aku sumpahin dia jatuh cinta pada wanita yang cerewet dan merepotkan!" Gk bs bkin deskripsi, mnding lngsung baca part 1 aja. Bukan cerita bxb