Happy Reading!
******
"Mau bicara apa, Om? Aku keluar dengan Jim juga gara-gara om yang tak menghubungiku sama sekali. Jadi kalau om mau mengomel, mengomel saja dengan tembok. Aku mau berkumpul dengan keluargaku."
Bian menahan tangan Anet supaya tidak pergi. Dia belum sempat berbicara apapun tapi Anet sudah mendahuluinya.
"Jadi saat aku tidak menghubungimu maka kamu bebas jalan dengan lelaki lain begitu? Anet, aku juga memiliki kesibukan lain, tidak mungkin setiap saat aku akan menghubungimu."
"Aku tahu, tapi setidaknya om bisa meluangkan waktu 10 detik untuk mengirim pesan padaku. Apa susahnya menulis kalimat pendek seperti 'maaf aku sibuk bekerja, tidak bisa menemuimu hari ini'. Mudah kan? Dengan begitu aku pasti tahu kalau om bekerja dan tak bisa diganggu. Jika om diam saja, aku merasa seperti diabaikan dan tak berarti sama sekali."
Anet biasanya tidak peduli dengan masalah begini, dia bukanlah tipe kekasih yang menuntut pasangannya untuk selalu memberitahu apa yang dia lakukan. Tapi dengan Bian, dia tidak bisa seperti itu. Selalu ada perasaan curiga dalam dirinya, curiga jika Bian kembali menghubungi Chris atau malah Bian memilih wanita random di mall untuk dijadikan selingkuhan.
Anet tidak bisa terlalu percaya pada Bian. Ia tahu salah satu dasar hubungan adalah kepercayaan tapi nyatanya ia masih belum bisa membangun hal itu. Bagaimanapun dirinya pernah menyaksikan bagaimana Bian menyeleweng dan bahkan berselingkuh.
Bian menghembuskan napasnya kasar, ia menatap wajah Anet beberapa detik.
"Baiklah, aku minta maaf karena tidak menghubungimu," ucap Bian mencoba untuk mengalah, dia tidak mau membuat keributan di rumah Anet.
Semalam ia tidak bisa tidur dan akhirnya begadang menonton sepak bola. Baru saat jam 5 pagi, ia bisa tidur dan terbangun gara-gara Ed yang mengetuk pintu rumahnya dengan membabi buta. Ed meminta Bian menemaninya membeli kado ulang tahun untuk Alana.
Ketika Bian mengecek jam di ponselnya ternyata sudah jam 11 dan ada satu pesan dari Anet. Pesan yang membuatnya ingin marah pada wanita itu saat itu juga dan menyeretnya pulang. Bian sudah berkali-kali bilang pada Anet untuk menjauhi Jim tapi tentu Anet yang pembangkang itu tidak melaksanakan perintahnya.
Bian dibuat cemas dan berpikir macam-macam mengenai apa saja yang mereka berdua lakukan. Apalagi saat Bian sampai di rumah Anet, ayahnya bilang kalau Anet sudah pergi sejak pagi. Bian berusaha mengontrol emosinya di depan keluarga Anet yang sedang merayakan ulang tahun Alana. Sebenarnya Ed ingin merayakannya di restoran tapi Bian memaksanya supaya mereka merayakan di rumah Alana saja, sekalian ia menunggu Anet yang tak bisa dihubungi oleh siapapun termasuk ayah dan kakaknya.
"Aku semalam tidak bisa tidur dan pagi baru bisa tidur. Begitu aku bangun, ternyata kekasihku sudah jalan-jalan dengan laki-laki lain. Baru aku tinggal sebentar sudah direbut orang, sepertinya sekarang aku tidak bisa tidur dengan tenang."
Anet tahu Bian menyindirnya, sekarang ia merasa bersalah karena telah berpikir macam-macam mengenai Bian.
"Maaf, aku tidak tahu kalau om tidur. Aku tidak macam-macam dengan Jim kok. Sumpah!"
Bian menatap Anet dengan menyelidik.
"Kalian pegangan tangan?" tanya Bian.
"Cuma sebentar, itupun bukan aku yang pegang." jawaban Anet memantik api cemburu di hati Bian. Meskipun cuma sebentar tetap saja Jim mengambil kesempatan.
"Kalian ciuman?"
"Tentu saja tidak, om pikir aku wanita seperti apa?" Anet mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing Mr. Gay
Romance'Gay sialan, aku sumpahin dia jatuh cinta pada wanita yang cerewet dan merepotkan!" Gk bs bkin deskripsi, mnding lngsung baca part 1 aja. Bukan cerita bxb