Jangan ditanya bagaimana perasaan Anet hari ini, ia sudah mengomel sepanjang jalan. Semua ini gara-gara kakaknya dan Bian yang berkomplot untuk membuatnya bekerja di saat libur semester seperti sekarang. Semua rencana yang Anet susun menjadi berantakan, ia tidak jadi pergi ke tempat wisata, ia tidak jadi tidur seharian dan yang paling mengesalkan adalah dirinya tidak bisa tidur dengan tenang.
Semalam, Anet tidak bisa tidur karena otaknya terus membayangkan kejadian apa yang akan terjadi hari ini. Dia membayangkan Bian akan menyiksanya dengan berbagai pekerjaan atau kalau tidak begitu pria gay itu pasti akan mengomelinya setiap menit, Anet frustasi sendiri jika membayangkan hal-hal buruk yang bisa Bian lakukan padanya.
Anet memasuki restoran Bian dengan muka ditekuk, bibirnya tak berhenti untuk menggerutu. Sudah ada beberapa karyawan yang bekerja ketika Anet datang. Ada yang mengelap meja, ada yang membersihkan kaca dan ada pula yang sudah berteriak memberikan perintah ini itu.
"Kamu karyawan baru, cepat ke sini." Anet menelan protesnya, tangannya terkepal, menahan amarah yang ia rasakan. Bian memanggilnya seolah mereka berdua tidak kenal, belum lagi nada keras Bian yang membuat siapa saja dengan telinga normal pasti akan terganggu.
"Jangan banyak bicara, ini seragammu dan segera bantu yang lain," ujar Bian, ia menyerahkan baju kepada Anet dan menunjukkan ruang karyawan yang bersebelahan dengan dapur. Anet menutup mulutnya rapat-rapat, jika ia membuka mulutnya Anet yakin yang keluar adalah kata makian. Sedari tadi ia berusaha kerasa untuk membangun benteng kesabarannya.
Seperti yang sudah Anet duga, pasti Bian memanfaatkan kesempatan ini untuk menyiksanya. Masih 5 menit Anet berada di ruang ganti karyawan, pintunya sudah digedor dari luar.
"Cepatlah, kamu itu sudah telat, ganti baju lama, sebenarnya apa yang kamu lakukan di dalam? Memikirkan kekasihmu? Cepat keluar sekarang."
Anet sungguh ingin menonjok wajah Bian sekarang juga, ia hanya berganti pakaian sebentar tapi Bian sepertinya memang sengaja mencari kesalahan Anet. Kesal, Anet keluar dari ruang ganti tanpa mengancingkan bajunya. Anet ingin tahu bagaimana reaksi Bian, ia ingin mengetes apakah Bian masih bisa disembuhkan atau tidak, jika pria itu mengidap gay akut, tentu dia tidak akan ada masalah meskipun Anet telanjang sekalipun, tapi jika Bian masih memiliki sedikit 'kenormalan' maka pria itu akan memandang tubuh Anet lebih dari 5 detik.
Bian sudah menunggu di depan pintu ruang ganti ketika Anet keluar. Awalnya Bian menatap Anet dengan tajam, ia sudah membuka mulutnya untuk mengeluarkan omelan lagi tapi kata-kata yang tadi sudah tersusun rapi di otaknya, hilang seketika gara-gara melihat apa yang ada di hadapannya. Bian menelan ludahnya, matanya tak lepas dari tanktop ketat yang menutupi tubuh Anet. Mata Bian terbelalak ketika melihat dada Anet.
"Ukurannya cukup besar, jika tanganku—" Bian menggelengkan kepalanya begitu menyadari apa yang baru dipikirkannya. Bian segera membalikkan badannya, napasnya tidak beraturan.
"Pak Bian, Anda tidak apa-apa?" tanya Anet dengan suara lembut, Bian mengepalkan tangannya, sudah jelas wanita itu sengaja menggodanya. Bian memejamkan matanya, mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi wanita penggoda itu.
"Aku tidak apa-apa, kancingkan bajumu dan ikat rambutmu, setelah itu segera keluar, restoran mau buka sebentar lagi." Bian pergi setelah mengucapkan kalimat itu, ia menahan diri untuk tidak kembali menoleh pada Anet dan melihat pemandangan indah yang disuguhkan.
Anet menutup mulutnya, menahan tawa yang ingin keluar. Ekspresi Bian sangat lucu, pria itu seperti seorang perawan yang disuguhi video HOT. Mood Anet berubah dengan cepat, dirinya tak lagi malas untuk menjalani pekerjaan ini. Setidaknya jika Bian mengerjainya maka Anet bisa membalas dendam dengan cara ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing Mr. Gay
Romance'Gay sialan, aku sumpahin dia jatuh cinta pada wanita yang cerewet dan merepotkan!" Gk bs bkin deskripsi, mnding lngsung baca part 1 aja. Bukan cerita bxb