Sepulang kuliah Anet tak langsung kembali ke rumah, Anet sengaja menuju tempat kerja Bian. Ia ingin kembali menemui pria itu dan menggodanya. Anet tak tahu kenapa dirinya jadi kecanduan untuk menggoda Bian hingga wajah pria itu memerah karena marah, yang jelas Anet suka melihat wajah tampan itu emosi karena ulahnya.
Anet bersenandung pelan ketika membuka pintu restoran milik Bian, ia mengedarkan pandangannya, mencari sang mangsa. Anet memutuskan untuk bertanya pada salah seorang pelayan ketika tak menemukan wajah orang yang dicarinya.
"Pak Bian sebentar lagi datang, Anda tunggu saja." Anet menyimpan kekecewaannya karena ternyata Bian tak ada di sini. Setelah memesan makanan, Anet memilih tempat duduk yang dekat dengan pintu masuk. Tujuannya tentu saja untuk menanti kedatangan Bian.
Anet memainkan ponselnya sebentar, ia membalas beberapa pesan yang masuk sambil menunggu pesanannya datang. Saking gabutnya Anet, ia sampai membalas pesan yang dikirim oleh Papa minta pulsa dan Mama minta transferan.
Anet sering mendapatkan pesan penipuan seperti itu, kadang ia juga mendapat telepon. Anet selalu mengangkat telepon-telepon tidak penting itu, kadang kalimat yang diucapkan oleh para penipu itu memang lucu hingga bisa menghibur seorang jomblo seperti Anet.
Anet mengucapkan terimakasih pada pelayan yang mengantar makanannya. Anet masih menunggu kedatangan Bian, matanya sesekali tertuju ke arah pintu. Sambil makan Anet, menggerutu di dalam hati. Niatnya ke sini mau menemui Bian tapi ia justru mengeluarkan uang untuk makan. Padahal saat ini Anet sedang berusaha mengumpulkan uang supaya ia bisa membeli sepatu incarannya.
Makanan Anet sisa setengah ketika ia melihat pria yang sedari tadi ditunggunya datang. Senyum Anet hilang ketika melihat wanita yang sedang digandeng oleh Bian. Wanita berambut panjang dan memakai gaun pendek berwarna putih itu nampak tertawa kecil, pun dengan Bian yang sepertinya sedang melontarkan candaan.
Anet memperhatikan wanita yang memiliki senyum manis itu, pakaian yang dipakai oleh wanita itu begitu simple tapi modis. Make up tipis menghiasi wajahnya yang cantik alami. Ditunjang dengan tubuhnya yang langsing dan semampai maka predikat sempurna sudah layak disandang oleh wanita asing itu.
Anet memandang tidak suka pada mereka berdua yang belum menyadari keberadaannya. Mereka terus saja bercanda tanpa menghiraukan keadaan sekitarnya. Anet muak melihat sikap mereka yang seperti merasa dunia milik berdua.
Anet melirik Bian dan pasangannya yang ternyata memilih untuk duduk di meja yang tidak terlalu jauh darinya. Dalam hati, Anet menyalahkan wanita itu yang telah membatalkan rencananya untuk menjaili Bian. Anet mengepalkan tangannya, ia ingin membelah meja di hadapannya menjadi dua bagian jika bisa.
Gara-gara kehadiran wanita cantik itu, ia jadi tidak bisa mendekati Bian dan menggodanya. Anet menolak untuk merasa minder, tapi ia tidak bisa mencegah otaknya untuk membandingkan dirinya sendiri dengan wanita yang sedang bersama Bian sekarang.
Sedari tadi Anet berusaha untuk mencari kekurangan wanita itu, tapi ia tak menemukannya. Matanya sudah tidak kuat melihat wanita sempurna itu tertawa bersama Bian. Yang lebih menyebalkan untuk Anet adalah Bian tak juga melihat ke arahnya, matanya terfokus pada wanita itu, seolah wanita yang tak ingin Anet ketahui namanya itu adalah pusat dunia Bian.
Anet kesal dengan Bian, Anet sudah membuang waktunya untuk datang ke mari tapi Bian seolah buta dengan kehadirannya. Anet lihat mata Bian masih terpasang di tempatnya, tapi entah kenapa Bian tak melirik ke arahnya sama sekali.
"Awas saja jika nanti aku sudah punya pacar, aku akan pamer kemesraan di depan mereka berdua. Ini dendam seorang jomblo," gumam Anet sambil melahap bakso terakhir di mangkuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing Mr. Gay
Romansa'Gay sialan, aku sumpahin dia jatuh cinta pada wanita yang cerewet dan merepotkan!" Gk bs bkin deskripsi, mnding lngsung baca part 1 aja. Bukan cerita bxb