"Oh, jadi ini alasan mama sebenarnya? Untung aku tidak terlalu berharap kalau mama merindukanku."
Untuk pertama kalinya Anet lihat Tante Nesa tertunduk lesu. Bahunya berguncang pelan seiring dengan isak tangis yang keluar dari mulutnya. Tangan kanannya yang memegang tisu terus menyeka air mata yang mengalir keluar. Anet tidak tega melihat itu semua, tapi Bian mencengkram pinggangnya dengan kuat, memperingatkan Anet untuk tidak menghampiri wanita yang tengah menangis itu.
"Bian," ucap Anet. Ia mendongak, memohon Bian supaya melepaskan pinggangnya dan membiarkannya untuk setidaknya mengambilkan tisu bagi Tante Nesa. Tatapan dingin Bian tidak bergeming. Ia hanya menatap Anet beberapa saat sebelum kembali memperhatikan sang ibu yang tidak ditemuinya selama 12 tahun ini. Sang ibu meninggalkan Bian setelah ulang tahunnya yang ke 17 dan sekarang saat Bian sudah sedewasa ini, ibunya kembali datang dengan permintaan maaf yang Bian ragukan kesungguhannya.
"Aku tidak ada urusan dengan orang yang meninggalkanku dan membuatku kehilangan segalanya," ujar Bian datar. Masih teringat jelas dalam ingatannya ketika ia dan ayahnya menemukan sang ibu berciuman dengan pria lain di dalam rumah mereka. Saat itu Bian dan ayahnya memiliki rencana untuk memancing, tapi ternyata kolam pemancingan tutup hingga ia dan ayahnya memutuskan untuk pulang lebih awal. Apa yang dilihat Bian dan ayahnya ketika sampai di rumah sama sekali tak pernah terpikir dalam kepala mereka. perselingkuhan itu menghancurkan segalanya.
Ibu Bian lebih memilih pergi bersama selingkuhannya. Tak ada pembelaan apapun yang keluar dari mulut Nesa ketika sang suami memarahinya dan bertanya mengenai alasannya berselingkuh. Dia hanya mengatakan bahwa dia mencintai Gerald, selingkuhannya. Saat itu Bian tak bisa berbuat banyak, keluarganya hancur di depan matanya.
Berkali-kali Bian memukul Gerald tapi itu tak menyelamatkan keluarganya. Ibunya justru marah pada Bian dan melindungi selingkuhannya tersebut. Ayah Bian yang masih shock berdiri kaku ketika sang istri meminta cerai di depan Bian dan pria yang selama ini menjadi selingkuhan istri tercintanya.
Hancur...
Semua senyum dan tawa yang pernah ada di rumah mereka ternyata hanya kepalsuan belaka...
Bian melihat ibunya pergi tanpa peduli dengannya. Mulai saat itu Bian berjanji bahwa dia tak akan mengharapakan kedatangan wanita itu lagi.
Setelah kejadian itu ayahnya sering mengurung diri di kamar. Sidang perceraian pun hanya dihadiri oleh pengacara yang telah disewa oleh ayahnya. Tak ada lagi kehangatan di rumah itu. Ayahnya tak lagi mengajaknya ke gym atau memancing bersama. Jangankan itu, berbicara saja ayahnya jarang. Sekali berbicara ia akan memarahi Bian mengenai hal yang telah ibunya lakukan. Padahal semua itu bukan salah Bian.
Pernah Bian Melihat ayahnya mabuk, teguran Bian mendapat kemarahan luar biasa dari sang ayah hingga botol minuman keras yang dipegangnya terlempar ke arah Bian. Untung Bian bisa menghindar saat itu. Pernah juga Bian mendapati sang ayang menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Sekali lagi Bian menegurnya, tapi sudah bisa ditebak bagaimana reaksi sang ayah.
Bian kehilangan ibunya, dan perlahan ia juga kehilangan ayahnya yang telah terjerumus pada alkohol dan obat-obatan terlarang. Hingga puncaknya, setelah 4 bulan ayah dan ibunya resmi bercerai, tiba-tiba saja ayahnya mengusirnya dari rumah. Bian hanya dibekali sebuah tas ransel yang berisi baju-bajunya. Bian sudah menolak dan melawan tapi ketika ayahnya bilang bahwa Bian bukan anaknya, maka dia bisa apa? Harga diri Bian tak terima jika ia harus memohon pada sang ayah yang sudah tak mengakuinya lagi.
"Bian maafkan mama. Mama benar-benar menyesal."
"Mama baru menyesal setelah tidak punya tempat tinggal? Kemana saja selama 12 tahun ini? Pernahkah mama memikirkan Bian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing Mr. Gay
Romance'Gay sialan, aku sumpahin dia jatuh cinta pada wanita yang cerewet dan merepotkan!" Gk bs bkin deskripsi, mnding lngsung baca part 1 aja. Bukan cerita bxb