Bian menggaruk kepalanya. Dia dibuat bingung dengan kekasihnya yang tiba-tiba saja ngambek tanpa sebab. Bian merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun.
"Sayang, kenapa tidak mau dicium? Biasanya kamu yang bernafsu menciumku." Bian mencolek pipi Anet. Tangan Bian langsung ditepis kasar oleh Anet.
"Jangan menyentuhku!" bentak Anet.
Bian mengingat-ngingat apa yang mungkin membuat Anet marah seperti ini. Ia tidak berdekatan dengan wanita lain, ia tidak berkata kasar pada Anet, ia juga tidak membentaknya. Lalu apa yang membuat Anet marah? Wanita memang susah dimengerti, apalagi wanita seperti Anet yang hanya karena hal kecil saja bisa emosi tingkat tinggi.
"Kamu marah?"
"Aku mau minta putus."
Bian terbelalak. Gila saja, tidak ada angin tidak ada badai, tiba-tiba saja Anet minta putus. Bian memperhatikan wajah Anet. Ia berharap kekasihnya itu sedang bercanda saat ini. Tapi nyatanya, wajah Anet tetap datar. Anet juga tidak meralat ucapannya.
"Kamu serius?"
Anet mengangguk mantap menjawab pertanyaan Bian.
"Apa salahku? Yang benar saja, Anet. Kita tidak memiliki masalah apapun sebelumnya. Kenapa kamu jadi minta putus seperti ini?"
"Om dua hari lalu bertemu dengan Chris di hotel kan? Om ternyata masih belum berubah."
'Shit!' pikir Bian. Seperti biasa, Anet pasti salah paham. Dirinya tidak tahu dari mana Anet mengetahui pertemuannya dengan Chris dua hari yang lalu. Padahal ia sengaja tidak bilang pada Anet supaya dia tidak berpikir macam-macam.
"Anet, aku yang mengajak Chris bertemu. Dia sahabatku. Dialah yang menolongku ketika aku tak punya rumah. Kami hanya makan siang bersama di restoran hotel itu. Kebetulan Chris habis meeting di sana dan jaraknya pun tidak jauh dari restoranku ini. Aku mohon lupakan tentang masa laluku dengannya. Chris sudah punya kekasih dan aku tidak tertarik lagi dengan laki-laki. Kamu tahu aku mencintaimu."
Tidak ada jawaban apapun dari Anet. Ia justru beranjak dari duduknya dan berniat pergi dari ruang kerja Bian. Tadi, Bian menjemput Anet di rumahnya. Meskipun Anet menolak tapi Bian tetap memaksa Anet supaya mau menemaninya bekerja. Bian pikir Anet hanya mogok bicara sebentar, tapi nyatanya tidak. Setelah duduk di ruang kerja Bian pun, Anet tetap tak mau berbicara padanya. Sekalinya berbicara, Anet justru minta putus darinya.
"Anet, duduk sebentar." Bian segera menghalangi jalan Anet sebelum wanita itu membuka pintu. Dirinya tak akan membiarkan Anet pergi dengan kesalahpahaman seperti ini. Apalagi ini menyangkut nasib hubungan mereka berdua.
"Om, aku mau pulang."
"Anet jangan seperti anak kecil. Duduk dulu!" Bian menaikkan nada suaranya. Hal itu justru membuat Anet semakin marah.
"Menyingkir, Om. Atau aku harus menggunakan kekerasan." Bian mengangkat tubuh Anet dengan paksa. Kemudian ia duduk dan meletakkan Anet di pangkuannya. Ia tidak memiliki waktu untuk main-main seperti ini. Enak saja, wanita ini mau pergi begitu saja setelah berhasil membuat Bian mengungkapkan cinta. Bian tak akan membiarkannya, apalagi hanya karena masalah salah paham.
Bian memeluk tubuh Anet dengan kuat karena Anet memberontak seperti ikan yang terkena jaring.
"Anet, diamlah sebentar. Ini hanya salah paham, tidak perlu meminta putus. Kalau perlu aku suruh Chris untuk menemuimu nanti dan menjelaskan semuanya."
Chris selalu menjadi topik sensitif bagi Anet. Anet akan curiga dan menuduh Bian yang tidak-tidak setiap kali ia menyebut nama Chris. Di sisi lain Bian tak mungkin sepenuhnya menyingkirkan Chris dari hidupnya. Bagaimanapun Chris lah yang menolongnya saat ia berada di masa tersulit.
"Om, tidak perlu menjelaskan apalagi menyuruh Chris untuk menemuiku. Aku mau pulang. Lepaskan aku! Lagipula aku juga sudah bosan dengan om."
Bian langsung melepaskan tangannya dari Anet. Jujur saja, pernyataan Anet melukai perasaannya. Bian berharap pendengarannya salah, tapi Anet nampak begitu serius. Jika itu alasan utama Anet meminta putus darinya maka dia bisa apa? Mau Bian menjelaskan kejadian kemarin sampai mulutnya berbuih pun, tetap tak ada artinya bagi Anet.
Apakah sebegitu mudahnya Anet bosan padanya? Kemarin hubungan mereka baik-baik aja. Anet masih manja seperti biasanya dan selalu menempel padanya. Lalu hari ini wanita itu bilang kalau dia bosan dengannya? Apakah perasaan seorang wanita bisa berubah dalam semalam?
"Apa kamu serius?"
"Ya," jawab Anet mantap. Anet langsung memalingkan kepalanya dan pergi meninggalkan Bian.
Bian mengacak rambutnya frustasi. Mimpi apa dia semalam hingga diputuskan dengan tiba-tiba seperti ini? Bian menyandarkan tubuhnya di kursi. Tiba-tiba saja ia begitu lelah. Bian menarik napas dalam dan mengembuskannya pelan.
Bian mengusap wajahnya kasar. Apakah begini saja kisah cintanya dengan Anet? Rasanya Bian masih tidak rela melepaskan wanita galak itu. Bian terlanjur mencintainya dan sudah terbiasa dengan kehadiran Anet. Bian tidak peduli wanita itu manja, justru sekarang itulah yang dirindukannya. Biasanya Anet akan menempel padanya dan suka menciumnya sembarangan. Sekarang tak akan ada lagi serangan tiba-tiba itu...
Apakah semudah itu Anet bosan lalu meninggalkannya?
"Cinta huh? Bullshit!" Bian tersenyum pedih. Ia pikir, ia akan merengkuh kebahagiaan bersama Anet, ia pikir Anet adalah masa depannya, tapi ternyata wanita itu memiliki rencana lain dengan memutuskan hubungan mereka begitu saja.
"Bosan? Kenapa aku tidak percaya dengan semua itu. Kemarin kamu masih menempel padaku seperti kucing minta susu pada tuannya." Bian mendengus, entahlah kenapa ia tidak percaya dengan alasan Anet. Mungkin ini cara dirinya untuk menghilangkan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang hatinya.
Bian mendongak melihat langit-langit ruangannya. Dia bertanya-tanya kenapa nasibnya selalu seperti ini, ditinggalkan oleh orang yang dicintai?
'Apa tujuanmu membuatku mencintaimu lalu meninggalkanku begitu saja?' batin Bian pedih. Bian menghela napas. Ia melihat kedua tangannya yang tadi masih bisa merengkuh Anet. Bian sedikit menyesal karena tadi ia melepas Anet begitu saja. Seharusnya ia mengabaikan rasa sakit di hatinya ketika Anet mengatakan bosan padanya. Seharusnya ia bertanya lebih lanjut dan mencari tahu apa alasan Anet sebenarnya meminta putus.
Bian mengalihkan pandangannya ke arah jam yang tergantung di dinding. Sudah saatnya makan siang dan itu berarti restoran akan semakin sibuk. Tak ada waktu untuk duduk diam dan meratapi kepergian Anet. Seiring berjalannya waktu, dia pasti akan lupa dengan wanita manja itu. Bian yakin dirinya bisa melupakan wajah galak itu, ia yakin ia bisa melupakan pelukan dan ciuman Anet. Ya, mungkin butuh banyak waktu karena Anet tak segan untuk memeluknya setiap saat. Tapi Bian tetap yakin dia bisa melupakan setiap pelukan Anet.
Mulai sekarang... Anet hanya akan menjadi masa lalunya. Bian tak perlu mengingat wanita tidak penting itu.
*******
sabar ya, Om. Aku buat om putus supaya om bisa inget sama aku :P
Survey umur...
Kalau boleh tahu, kalian umur berapa?
NB: beberapa Part akhir telah dihapus
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing Mr. Gay
Romance'Gay sialan, aku sumpahin dia jatuh cinta pada wanita yang cerewet dan merepotkan!" Gk bs bkin deskripsi, mnding lngsung baca part 1 aja. Bukan cerita bxb