Past 1

23.2K 2.1K 257
                                    

Warning! Short chapter.

******

"Baiklah kalau om memaksa. Sekarang aku boleh bertanya kan?" Bian tidak tahu dia harus bahagia atau kesal mendengar jawaban Anet. Wanita itu memang setuju tapi jawaban terpaksa itu membuat Bian ingin mencium Anet hingga dia mengakui kalau sebenarnya ia memang suka dengan Bian.

"Pertanyaan pertama, kenapa om menjadi seorang gay?"

Bian menghela napasnya sebelum menjawab.

"Entahlah, aku sendiri juga tak tahu kenapa. Kurang lebih satu tahun yang lalu aku mendapat kabar bahwa ayahku meninggal dunia. Seharusnya aku tidak bersedih mengenai hal itu, dialah yang telah membuangku dari rumah. Tapi nyatanya, meskipun aku membencinya, aku masih bisa merasa sedih dengan kepergiannya. Kadang satu kenangan pahit tak akan mampu menghapus berpuluh kenangan manis yang telah tertoreh. Ayahku bukan orang yang selalu bertindak kejam, aku ingat dialah yang mengajariku berbagai hal, dia akan memujiku jika aku berbuat benar, dia juga yang akan memarahiku habis-habisan jika aku berbuat salah. Semua kenangan mengenai masa kecilku membuatku emosional, aku malu mengakui ini, tapi pada saat kematiannya, aku menangis untuknya. Memalukan bukan? Aku lelaki dewasa tapi bisa menangis hanya karena kematian orang yang telah membuangnya."

Bian menggantung kalimatnya matanya menerawang, mengingat kejadian setahun yang lalu.

"Saat itu, bunda Amina sedang sibuk mengurus anak-anak di panti asuhan sehingga aku tak mau menambah bebannya. Hanya ada Chris di sampingku. Aku tak tahu apa yang terjadi, saat aku sedang tenggelam dalam kenangan masa kecilku bersama ayah, tiba-tiba saja dia menciumku. Gila kan? Lebih gilanya lagi aku tak mendorong tubuh Chris untuk menjauh. Dia menciumku dan aku hanya diam seperti patung yang tak bisa melakukan apa-apa. Kamu tahu? Itu ciuman pertamaku, aku tak pernah menjalin hubungan dengan wanita sebelumnya, aku terlalu sibuk bekerja dan membangun restoran ini."

Anet mendengarkan semua yang dikatakan Bian, ia bahkan memperhatikan bagaimana bibir Bian bergerak seiring dengan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. Perhatian Anet sepenuhnya tertuju pada lelaki yang baru saja menjadi kekasihnya itu.

"Chris menganggap kediamanku sebagai sinyal positif, ia terus menciumku hingga aku membalas ciumannya. Aku tak perlu mendeskripsikan dengan detail bagaimana ciuman itu kan? Aku tidak mau kamu merusak mejaku hanya karena mendengar cerita ini." Bian tertawa kecil, mencairkan suasana hening dan tegang yang tiba-tiba saja tercipta. Sayangnya bibir Anet tetap tertutup rapat, ia tak tersenyum apalagi tertawa.

"Yah dan berawal dari situ, aku dan Chris menjalin hubungan. Dari sebelumnya sahabat menjadi sesuatu yang lebih. Chris mengakui bahwa dirinya gay, dia mengaku sudah menyukaiku sejak kami SMA. Chris pernah bertanya padaku apakah aku tertarik dengan wanita atau tidak dan aku menjawab tidak, itulah kenyataannya, aku tak pernah tertarik dengan wanita. Mataku sibuk melihat buku resep masakan, otakku sibuk memikirkan strategi pemasaran. Saat itu aku menerima begitu saja bahwa mungkin aku memang gay, jika tidak, kenapa aku membalas ciuman Chris? Aku tidak berpikir lebih jauh mengenai orientasi seksualku. Aku kembali menyibukkan diri dengan bisnisku, melupakan kesedihan akan kepergian ayahku."

Anet menawarkan minumannya pada Bian, setelah berbicara panjang lebar pasti Bian juga merasa haus. Setelah melihat bagaimana Bian minum, Anet menyesal. Jusnya lenyap berpindah ke perut Bian, dia tak kebagian apapun selain gelas kosong.

"Aku dan Chris tak pernah melakukan apapun selain berciuman atau berpegangan tangan. Jika Chris ingin melakukan hal lebih, aku pasti akan mendorongnya menjauh. Sempat terlintas di pikiranku bahwa mungkin aku bukan gay dan saat itu hanya terbawa suasana, tapi lagi-lagi aku tenggelam dalam pekerjaan karena saat itu ada masalah dengan penjualan yang terus menurun. Setelah masalah restoran selesai, aku memberanikan diri untuk berkenalan dengan seorang wanita. Mira wanita yang aku pilih secara acak di mall. Agak canggung memang karena aku tidak tahu bagaimana cara mendekati seorang wanita. Tapi ketampananku memudahkanku."

Seducing Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang