Jim

26.3K 2.1K 84
                                    

Apdet ngaret gara" keasikan nonton yutub, gpp lah y, yg pnting apdet.

*****

"Sebenarnya apa yang om katakan hingga membuatnya pingsan seperti itu?" Anet melirik Bian yang duduk bersebrangan dengannya, Anet duduk di samping kiri ranjang Mira sementara Bian duduk di sisi yang lain. Mereka langsung membawa Mira ke rumah sakit begitu ia pingsan dan saat ini mereka sedang menunggu Mira untuk tersadar. Dokter yang memeriksa Mira bilang bahwa ia akan sadar sebentar lagi, Mira pingsan karena dia kelelahan dan sepertinya wanita itu juga tidak makan sejak kemarin.

Anet menyalahkan Bian atas kondisi Mira sekarang, Mira pasti terlalu memikirkan Bian hingga ia tidak makan dan sibuk menangisi pria yang sebenarnya tak pantas untuk ditangisi itu. Bian sudah selingkuh darinya, Bian memutuskan Mira dengan cara yang menyakitkan dan jangan lupakan fakta bahwa Bian selama ini hanya memanfaatkan Mira untuk menutupi orientasi seksualnya yang sebenarnya.

Sayangnya Mira tak mengetahui semua fakta itu, Anet merasa bersalah karena ia tak memberitahu wanita itu mengenai bagaimana Bian sesungguhnya. Anet melihat ke arah Mira yang masih terbaring lemah dan belum sadarkan diri. Anet tak tahu kenapa wanita itu begitu betah untuk menutup matanya.

"Aku tidak mengatakan apapun, aku hanya membiarkannya meluapkan semua kemarahannya, aku bahkan membiarkannya menamparku tapi dia malah pingsan seperti ini. Sudah aku duga, berhubungan dengan wanita itu merepotkan."

Anet mendengus, seharusnya Bian merasa bersalah bukannya malah menyalahkan kaum wanita. Bian tidak memperhatikan tatapan tajam Anet padanya, ia sedari tadi sibuk dengan ponselnya. Saking kesalnya Anet sekarang, ia ingin menginjak-injak hp Bian lalu membuangnya ke tengah jalan. Mantan kekasihnya sedang sakit gara-gara dia tapi ia malah asik chat dengan kekasihnya yang lain.

"Apa om tidak kasihan dengan Mira? Dia seperti ini gara-gara om yang seenaknya saja memutuskan wanita. Kalau sudah tahu om tidak suka perempuan, ya jangan pacaran dengan perempuan. Itu hanya akan membuat orang lain terluka."

Bian hanya bergumam menanggapi komentar Anet. Mata Bian terus tertuju pada layar ponsel, seolah benda itu adalah benda paling menarik di dunia. Anet menarik napas panjang, menenangkan emosinya yang mulai terpancing karena tingkah laku Bian.

"Kamu aku tinggal di sini tidak apa-apa kan? Aku harus menemui Chris sekarang." Kali ini Anet sudah tak mampu menahan ledakan emosinya. Dirinya pun ternyata ikut menjadi korban pencampakan Bian. Anet marah tentu saja, ia ingin membenturkan kepala Bian ke tembok hingga pria itu kembali normal dan tidak menyukai batang lagi.

"Pergi saja, urusi kekasih om yang tampan itu. Aku yakin tadi aku sempat menyela kegiatan kalian," ucap Anet menekankan kata 'kegiatan'. Anet masih ingat suara yang ia dengar ketika menelpon Bian tadi—suara desahan dan erangan seorang laki-laki.

"Aku pergi dulu," ucap Bian sebelum ia keluar dengan buru-buru. Anet meremai seprei di depannya. Pria gay itu lagi-lagi membuatnya sangat marah, Bian seharusnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Mira, minimal menunggunya sadar dan menjelaskan semuanya.

"Apa maksud ucapanmu tadi? Bian tidak menyukai perempuan?" perhatian Anet kini tertuju pada Mira yang rupanya telah terbangun sejak tadi. Anet membantu Mira untuk duduk, lalu ia memberikan minum pada Mira. Saat Mira menatapnya dan menagih penjelasan padanya, Anet tidak punya pilihan lain selain menceritakan rahasia Bian.

Anet bercerita mengenai dirinya saat pertama kali melihat Bian bersama Chris, dia juga menceritakan dugaannya bahwa Bian mungkin hanya memanfaatkan Mira selama ini. Anet menceritakan semuanya minus kejadian ciuman semalam dan beberapa kejadian lain di mana Anet sengaja menggoda Bian. Saat Anet bercerita, beberapa kali Mira menghapus air matanya yang keluar dari matanya.

Seducing Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang