Masa lalu Bian

25.3K 1.9K 68
                                    

Sesuai yang tadi aku bilang, malam ini apdet yeay...

Meskipun agak jail dikit yg pnting gk php y wkwkwk

Happy Reading!

********

Jim heran dengan apa yang dilakukan Bian. Ia pikir Bian akan mengajak Anet ke mall, tempat hiburan atau tempat lain yang umum untuk digunakan sebagai tempat berkencan. Tapi dirinya dibuat terkejut ketika Bian menghentikan mobilnya di sebuah panti asuhan yang berada dekat dengan lingkungan kumuh.

Jim melihat keadaan panti asuhan itu. Dilihat dari luar, panti ini seperti rumah biasa, ukurannya terlalu kecil untuk menampung anak-anak yang jumlahnya terlalu banyak. Jim tak tahu berapa jumlah pasti anak-anak di sini, tapi melihat dari banyaknya anak yang bermain di halaman dan betapa ramainya suasana di sini, ia bisa menyimpulkan bahwa tempat ini terlalu kecil untuk menampung mereka.

Jim tersenyum ketika beberapa anak melihat ke arah mereka. Ia merasa asing di tempat ini. Melihat anak-anak yang dibiarkan bebas bermain di halaman, melihat mereka begitu bahagia mengobrol dengan teman-temannya, membuat Jim kembali teringat akan masa kecilnya yang ia rasa cukup bahagia.

Jim melihat ke arah Bian yang tanpa ragu menggendong seorang anak perempuan. Usianya mungkin sekitar 4 tahunan. Anak perempuan itu tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang hilang satu.

"Paman Ian sama siapa?"

"Hai, Nina. Ini Kak Anet, teman paman." Anet tersenyum pada Nina dan menjabat tangan kecilnya. Anet terkejut ketika Nina mencium tangannya. Saat Anet melirik Bian, Bian tersenyum padanya.

"Jangan terkejut seperti itu, anak di sini memang diajarkan untuk bersikap sopan kepada orang yang lebih tua. Kamu harus banyak belajar mengenai sopan santun pada mereka." Anet melirik Bian dengan tajam. Jadi Bian mengajaknya ke sini karena ingin menyindir kelakuanya? Sialan Bian!

Anet menahan kemarahannya di hadapan Nina. Ia menjaga mulutnya supaya tidak berkata kasar pada Bian. Meskipun kesal, Anet tetap memasang senyum manisnya.

"Kakak cantik." Senyum Anet semakin lebar mendengar kejujuran dari Nina.

"Terimakasih, kamu juga cantik. Kamu tinggal di sini?" Nina mengangguk dengan semangat. Terlihat sekali Nina menyukai tempat tinggalnya.

Jim berdeham, merasa diabaikan. Ia yakin Bian tak memiliki niat untuk mengenalkannya pada anak kecil ini. Jim menyapa Nina dan mengenalkan diri. Anak kecil itu tersenyum lebar melihat wajah Jim.

"Kakak ganteng seperti pangeran." Jim tertawa kecil dan mengambil Nina dari gendongan Bian.

"Aku lebih tampan dari paman itu kan?" Nina dengan polosnya menggeleng, membuat Bian tersenyum penuh kemenangan pada Jim. Anet hanya memutar matanya melihat kompetisi mereka berdua.

"Anet, aku cocokkan menjadi seorang ayah? Nanti kita akan menjadi keluarga bahagia," ucap Jim sambil memperlihatkan kebersamaannya dengan Nina. Senyum menghiasi wajah keduanya.

Anet memutar matanya, ia harus mengakui kepercayaan diri Jim. Belum tentu mereka akan bersama, sekarang saja Anet tak memiliki perasaan apapun pada Jim. Siapa yang tahu jika suatu saat nanti ia akan menikahi seorang presiden atau mungkin anak pengusaha batu bara dan menggelar acara resepsi 30 hari 30 malam. Masa depan Anet masih panjang dan ia sama sekali belum memikirkan mengenai menikah, ia juga tak tahu siapa jodohnya kelak.

Di pikiran Anet, menikah itu merepotkan, Dia harus berbagi tempat tidur dengan orang lain, dia harus patuh pada seseorang, dan masih banyak hal lain yang menurut Anet tidak menyenangkan.

Seducing Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang