No

23.5K 1.9K 41
                                    

Anet menyingkirkan tangan Bian. Ia curiga Bian mungkin sedang kesambet setan yang ada di taman ini hingga membuatnya bicara yang tidak-tidak. Bian si bos pemarah tidak mungkin menembaknya. Bian si tuan gay tidak mungkin mau menjadikan Anet sebagai kekasihnya. Ini tidak masuk akal, setahu Anet, Bian tidak menyukainya.

Anet memperhatikan wajah Bian yang sedang menunggu jawaban darinya. Anet berpikir sejenak, apa yang membuat Bian menembaknya dengan tiba-tiba? Mungkin Bian sedang mengerjainya, mungkin Bian sedang terbawa suasana atau ada alasan lain yang membuat Bian tiba-tiba saja mengatakan hal tak masuk akal.

"Aku tidak mau. Om mau memanfaatkanku sama seperti Mira kan? Aku tidak mau dibodohi oleh pembohong seperti om."

Bian tidak percaya dia baru saja ditolak. Ia kira Anet akan menerimanya dengan mudah. Selama ini ia yakin Anet menyimpan rasa suka padanya. Buktinya Anet suka menggodanya, mendekatinya dan bahkan menciumnya. Semua tindakan itu menunjukkan kode suka.

"Aku tidak ingin memanfaatkanmu, aku serius Anet. Atau kamu lebih memilih untuk tersiksa dengan rasa penasaranmu sendiri? Aku tidak akan menceritakan masa laluku padamu. Jika kamu penasaran dengan semuanya maka kamu harus menerima penawaran ini." Bian menatap tepat di manik mata Anet. "Atau sebenarnya kamu mencintai Jim sehingga kamu menolak tawaranku?" lanjutnya.

Anet bingung kenapa Bian harus membawa-bawa nama Jim. Ia sudah mengatakan alasannya pada Bian, Anet tak mau dibodohi sama seperti Mira. Mungkin benar otak Bian sedang tidak waras saat ini. Jadi alasan apapun yang diberikan Anet tak akan berarti untuknya.

"Aku tidak mencintai Jim, aku hanya tidak mau dibodohi sama seperti Mira. Kalau om tidak mau cerita ya sudah, kenapa harus maksa Anet buat jadi pacar om?"

Anet tidak suka dipaksa, apalagi alasan Bian memintanya untuk menjadi kekasih belum jelas. Bian tidak bilang jika ia menyukai Anet. Pria itu tiba-tiba saja menjatuhkan penawaran gila padanya.

"Aku serius ingin menjadikanmu kekasihku. Lalu soal penawaranku, apa kamu pikir aku akan menceritakan masa laluku pada semua orang? Jika kamu menjadi kekasihku maka kamu memang berhak tahu semua itu, masuk akal bukan? Atau otakmu masih belum memahami maksud penawaranku?"

Anet menatap Bian curiga, apa yang dikatakan Bian memang masuk akal, tapi siapa tahu juga jika Bian sedang berbohong. Bian memiliki riwayat penyakit suka selingkuh, bisa saja Anet akan dijadikan yang kedua, ketiga atau seterusnya.

"Aku tidak mau, om. Ini menakutkan. Om suka selingkuh, om mau menjadikanku yang ke berapa? Belum lagi orientasi seksual om yang masih abu-abu, bayangkan om saat kita jalan-jalan om masih lihatin bokong laki-laki lain. Itu menyeramkan sekali, Aku tidak mau." Anet bergidik jijik, sebenarnya salahnya sendiri kenapa ia membayangkan yang tidak-tidak mengenai Bian.

Anet menggelengkan kepalanya ketika bayangan itu masih tak mau hilang dari kepalanya. Justru berbagai pikiran buruk mulai berdatangan. Bagaimana jika Bian mencium lelaki di hadapannya atau Bian melakukan hal tak senonoh dengan seorang pria, atau Bian tersenyum genit menggoda para laki-laki meskipun dia sedang berdua dengan Anet. Hal itu pasti akan sangat memalukan bagi Anet.

Anet terbelalak ketika Bian mengikis jarak diantara mereka. Bian mendekatkan wajahnya, tangan Bian berada di belakang kepala Anet. Napas Anet tercekat menyadari bagaimana tatapan Bian padanya— begitu intens. Tubuhnya mulai memanas saat Bian tanpa ragu mengikis jarak bibir mereka. Anet tak bisa bergerak, kejadian itu begitu tiba-tiba.

Bian mencium Anet dengan kasar, seolah ciuman itu adalah sebuah hukuman karena Anet menolaknya. Bian menggigit kecil bibir Anet, memaksa bibir Anet untuk terbuka dan memberinya jalan. Bian tak menyia-nyiakan kesempatan ketika Anet sedikit membuka bibirnya.

Seducing Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang