Cemburu

27.4K 2K 74
                                    

Happy Reading!

******

"Om, pria itu tampan kan? Dia juga seumuran dengan om." Anet curiga kalau Jim sudah mulai menyeleweng sekarang. Sedari tadi ia terus memperhatikan para pria yang lewat lalu mengomentari mereka dan meminta pendapat dari Bian.

"Kamu itu kenapa? Kalau menyukai mereka, ya ajak kenalan. Cerewet sekali dari tadi," ucap Bian yang sudah jengah mendengar Jim terus berbicara mengenai para pria yang lewat.

"Aku tidak menyukai laki-laki, aku sedang mencarikan pria yang cocok untuk om. Supaya om tidak mengganggu hubunganku dengan Anet lagi."

Jim langsung berdiri di depan Anet ketika Bian ingin menatap wanita itu. Jim tak akan membiarkan Bian melihat Anet meskipun sebentar, ia tak mau kecolongan lagi. Jim tak rela Bian mengambil ciuman Anet lagi. Dia harus berusaha memisahkan mereka berdua.

Tadi dia sudah meminta Bian untuk pulang saja setelah dari panti, tapi Bian tidak mau dan bersikeras untuk ikut dengan Anet dan Jim. Rencana Jim untuk berkencan dengan Anet gagal total gara-gara kehadiran Bian. Mana ada orang kencan bertiga seperti ini. Anet juga tak membantunya untuk mengusir Bian, wanita yang disukainya itu justru tampak cuek dengan pertengkaran antara dirinya dan Bian.

"Anet, kamu mau beli apa? Aku yang bayar kok," ucap Jim ketika melihat Anet yang berhenti di depan sebuah toko baju.

"Uang masih minta orang tua saja sudah sok-sok an mau traktir."

Anet memutar matanya, ia sudah lelah mendengar pertengkaran Jim dan Bian. Hal kecilpun mereka debatkan. Saat membeli makanan saja mereka berebut untuk membayar, sampai-sampai Anet malu dengan orang-orang yang memperhatikan mereka. Bian memang tak banyak bicara tapi sekali bicara ia pasti akan membuat Jim marah dan pada akhirnya memulai perdebatan di antara mereka.

Anet berbalik pergi, lebih baik ia pulang saja daripada di pusat perbelanjaan tapi tak membeli apapun. Bagaimana mau membeli sesuatu jika Jim terus saja berbicara dan mengajak Bian berdebat. Anet sampai curiga jika sebenarnya Jim ingin menarik perhatian Bian. Siapa tahukan jika Jim tiba-tiba kesambet dan akhirnya menjadi menyeleweng menyukai batang.

"Anet, mau kemana? Tunggu!"

"Jim kamu pulang sendiri saja biar aku naik taksi," ucap Anet, telinganya sudah lelah mendengar Jim yang cerewet.

"Nah, dengar sendiri kan? Anet tidak akan mau denganmu, jadi sebaiknya jangan bermimpi terlalu jauh. Pulang saja dan cari wanita lain. Banyak yang lebih cantik dan anggun dari Anet. Kamu tidak akan menyesal mencari wanita lain. Anet terlalu bar-bar dan liar untukmu, kamu tidak akan kuat menghadapinya."

Anet masih bisa mendengar ucapan Bian. Ia ingin menampar mulut Bian yang seenaknya itu. Dia berbicara seolah Anet tak berada di sini. Apa susahnya jika menghinanya nanti saja menunggu Anet pulang?

"Kenapa tidak Om saja yang menyerah? Aku yakin di luar sana banyak wanita yang lebih cantik dan mapan dari Anet."

Anet mempercepat langkah kakinya, ia tak mau lepas kontrol dan akhirnya mengomeli mereka berdua di tempat umum. Kedua lelaki itu sama-sama menyebalkan menurutnya, yang satu cerewet tapi jelas orientasi seksualnya yang satunya lagi tak banyak bicara tapi orientasi seksualnya masih abu-abu dan tak jelas dia sudah normal apa belum.

"Menyerah apa? Aku tidak sedang berjuang mendapatkan Anet. Hari ini aku hanya ingin mengawasi kalian berdua. Siapa tahu kalian mau berbuat macam-macam," ucap Bian memberi alasan. Ia membiarkan Anet pergi sendirian. Anet sudah dewasa jadi ia tak perlu khawatir kalau dia nyasar.

Jim menatap Bian curiga, ia tak yakin dengan apa yang diucapkan Bian. Apalagi tadi Bian sempat memukulnya hanya karena ia menghalangi Bian untuk membawa Anet. Jelas sekali tadi Bian begitu posesif pada Anet.

Seducing Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang