Kedok

29.4K 2.1K 43
                                    

"What the f**k!" Anet menoleh untuk melihat siapa yang baru mengumpat dengan suara keras tersebut. Dirinya saja sampai menutup mulutnya supaya tidak berteriak dan ketahuan, tapi usahanya ternyata sia-sia karena teriakan Jim. Tangan Jim terangkat menunjuk ke arah dua pria yang kini berdiri berjauhan.

Kedua pria yang telah tertangkap basah itu menatap Anet dan Jim dengan mata terbelalak, panik dan takut tergambar jelas di wajah tampan mereka berdua. Anet mengerti jika mereka takut, bisa saja Jim atau dirinya akan berteriak lagi hingga menimbulkan perhatian orang-orang. Apa yang kedua pria itu lakukan di depan umum tentu adalah sebuah kesalahan, pria dan wanita saja, jika berciuman di tempat umum akan menarik perhatian dan mengundang celaan dari beberapa orang, apalagi jika yang berciuman sama-sama berjenis kelamin lelaki, bisa gempar orang satu mall ini.

Jim menghembuskan napasnya kasar, ia shock dengan apa yang baru saja dia lihat, tapi ia juga tidak mau membuat keributan di sini. Jim menggelengkan kepalanya, ia masih tidak percaya bahwa dirinya baru saja menyaksikan pertunjukkan horor itu secara live.

Jim menggenggam tangan Anet, menariknya menjauh. Anet pun hanya bisa mengikuti langkah Jim meskipun sesekali ia masih menoleh ke arah Bian, ya lelaki yang dilihat oleh Anet barusan adalah Bian dan pasangan gaynya. Anet tidak kenal siapa lelaki yang sedang bersama Bian itu. Hanya yang Anet ketahui pria asing itu memiliki wajah tampan dengan kulit sawo matang, hidungnya mancung, tatapan matanya tajam dan wajahnya bersih dari jambang atau kumis. Secara penampilan, pria itu tidak terlihat gay sama sekali.

Selama ini Anet hanya main-main memanggil Bian dengan sebutan gay, namun hari ini, Bian baru saja menunjukkan bahwa tuduhan Anet itu benar. Anet sungguh ingin berteriak dan bertanya pada Bian kenapa ia memiliki orientasi menyeleweng seperti ini, Anet tidak terima jika stok lelaki tampan yang menyukai perempuan semakin berkurang.

"Anet, tunggu!" Ini pertama kalinya Anet mendengar Bian memanggil namanya dan anehnya Anet merasa bahagia mendengarnya. Jim mempererat genggaman tangannya, langkahnya semakin cepat.

Bian menyambar tangan Anet yang bebas, hal itu memaksa Jim untuk berhenti berjalan. Anet mengerjapkan matanya, sadar bahwa dirinya kini sedang berada di antara dua lelaki yang sama-sama memegang tangannya. Tangan kanannya berada di genggaman Jim sementara pergelangan tangan kirinya berada di cekalan Bian.

"Lapaskan tangan kekasihku." Sepersekian detik, wajah Bian menunjukkan ekspresi kaget tapi kemudian ia segera menetralkan ekspresinya.

"Anet ikut aku, ada yang ingin aku bicarakan." Anet menduga bahwa apa yang ingin disampaikan oleh Bian adalah ancaman supaya ia tidak membuka mulutnya dan membongkar rahasia pria itu.

"Om lepaskan aku, aku janji aku tidak akan mengatakan apapun pada kekasih Om yang cantik itu, aku tidak akan bilang pada Kak Ed kalau temannya ternyata—seperti yang aku lihat tadi." Anet meringis merasakan sakit di pergelangan tangannya, Bian memegang tangannya terlalu kuat.

Anet menendang selangkangan Bian, ia tidak akan membiarkan siapapun untuk menyakitinya.

"Sial!" Anet melihat pergelangan tangannya yang memerah karena cekalan tangan Bian tadi, tanpa rasa kasihan, Anet meninggalkan Bian yang mengaduh kesakitan sambil memegangi daerah yang terkena tendangan maut Anet. Jim dengan senang hati menarik tangan Anet menjauh.

Jim tidak bisa membayangkan betapa sakitnya selangkangan pria yang ditendang Anet tadi, ia harap Anet tak melakukan hal itu padanya, bisa hancur masa depannya jika Anet menendang bagian vitalnya.

Jim dan Anet memutuskan tidak jadi nonton, mereka memilih untuk mencari minuman yang bisa menyegarkan pikiran mereka. Melihat pasangan gay yang bermesraan di depan umum cukup membuat mereka terkejut dan terguncang.

"Kamu mengenal pria tadi?" tanya Jim ketika mereka sudah duduk dan memesan minuman di sebuah kafe.

"Lelaki yang memegang tanganku tadi, dia teman kakak iparku. Aku pikir dia normal, dia sudah punya pacar. Padahal ceweknya cantik, kurang apa coba? Aku benar-benar tak habis pikir."

"Mungkin dia hanya menggunakan wanita itu untuk menutupi orientasi seksualnya yang sebenarnya?" Anet mengangguk, menyetujui dugaan yang diucapkan oleh Jim. Anet merasa kasihan dengan wanita itu, ia yakin wanita itu tak tahu kalau ia sedang dimanfaatkan oleh Bian. Jika Anet yang menjadi kekasih Bian maka sudah dipastikan Bian akan berakhir di tengah ring tinju sekarang.

"Aku kasihan dengan wanita itu, menurutmu apa aku perlu menemuinya dan memberitahukan hal ini?"

"Kamu mengenal wanita itu?" Anet menggelengkan kepalanya, Jim benar bagaimana ia mau memberitahunya jika namanya saja Anet tidak tahu. Anet menyesal tidak berkenalan dengannya. Lagipula siapa yang menyangka bahwa hal ini akan terjadi? Bian tidak terlihat seperti pria gay...

Anet meminum minumannya yang baru sampai, ia mencoba untuk menghilangkan bayangan Bian yang sedang berciuman tadi, tapi ia tidak bisa. Anet tetap mengingatnya dengan begitu jelas.

"Anet, aku ingin bicara denganmu, ikut aku." Anet melihat Bian yang kini tengah berdiri di sampingnya. Anet tak melihat tanda-tanda keberadaan pasangan Bian.

"Jangan menyentuhnya, Tuan. Anet sudah bilang dia tidak akan membocorkan rahasia Anda. Jadi sekarang tolong Anda pergi dan jangan ganggu kami." Jim mengeluarkan tatapan tajamnya, pun dengan Bian yang terlihat tak mau mengalah dan bahkan sudah menarik tangan Anet supaya ia berdiri.

Anet tidak terima di perlakukan seperti itu oleh Bian, dia bukan wanita yang akan diam saja ketika ditarik kemanapun pria mau. Anet menginjak sepatu Bian dengan keras. Jim sampai meringis melihat tingkah bar-bar Anet, kalau dirinya yang berada di posisi pria itu mungkin Jim lebih baik menyerah. Anet tidak pernah main-main jika sudah marah, jurus karatenya bisa keluar sewaktu-waktu.

"Baiklah, aku akan berbicara di sini. Sialan, kaki dan selangkanganku sakit gara-gara wanita bar-bar sepertimu."

Anet mengangkat bahunya, merasa tak bersalah dengan apa yang baru dilakukannya. Dia juga tidak tersinggung dengan apa yang baru diucapkan Bian, Anet tahu dia memiliki masalah dengan kontrol emosi, kadang gerakan tangan dan kakinya lebih cepat daripada pikiran warasnya.

"Om mau aku berjanji untuk tidak membocorkan rahasia ini kan? Baiklah aku bisa diam, tapi apa Om tidak punya rasa kasihan pada wanita yang menjadi kekasih Om itu? Om selingkuh darinya, belum lagi selingkuhan Om itu 'berbatang'"

"Anet!" Jim dan Bian kompak berteriak.

"Apa? memang itu kan faktanya, memang punyamu tidak—"

"Jangan dilanjutkan, Sayang," ucap Jim memotong ucapan frontal Anet. Anet meminum minumannya tanpa rasa canggung sama sekali.

"Masalah Mira biarkan itu menjadi urusanku, aku tidak butuh orang lain untuk mencampuri urusan kami. Begitupun dengan bagaimana kehidupan seksualku itu bukan urusanmu, jadi aku minta menyingkir dari hidupku." Anet berdecih, ia muak dengan kearoganan Bian. Dia berbicara seolah Anet begitu bernafsu untuk mendekatinya. Kemarin-kemarin sih Anet akui memang dia seperti itu, tapi sekarang, setelah ia mengetahui semuanya, ia tidak sudi dekat-dekat dengan pria itu.

Bian adalah pria brengsek, Anet juga tidak tahu hati pria itu ditaruh dimana, ia berselingkuh tapi tak merasa bersalah sama sekali. Wanita yang waktu itu bersama Bian sangat cantik dan baik tapi bagi Bian seolah itu tidak cukup, ia masih butuh dekapan hangat seseorang lelaki. Anet bergidik membayangkannya.

Setelah Bian pergi, Anet dan Jim melanjutkan jalan-jalan mereka tanpa ada masalah lagi, meskipun keduanya tetap memikirkan kejadian tadi di kepala mereka. Anet bahkan begitu penasaran dengan hidup Bian, kenapa pria itu memilih menjadi gay? Kenapa pria itu harus mempermainkan wanita yang ternyata bernama Mira? Semua misteri itu ingin Anet ungkap tapi jika begitu maka ia harus kembali mendekati Bian.

Anet sekarang bingung dengan dirinya sendiri, ia ingin menjauh tapi ia juga ingin mendekat, ia ingin bersikap tak peduli tapi nyatanya hati dan pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan yang meminta jawaban.

"Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"

********

Yang harus dilakukan adalah... gosok gigi terus tidur wkwkwk...

see y...

Seducing Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang